SERIAL BIRRUL WALIDAYN ( SERIAL 1 : BAG 2 )
- Muhammad Basyaib
- 5 Jan 2021
- 11 menit membaca
Diperbarui: 6 Jan 2021

Terjemah dari :
Kitab Ma’aalim fii Birril Walidayn
Karya Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad As-Sadhan Hafizhahullahu
Dipublish: Moeslim Book Central
SERIAL 1
Rambu-Rambu Berbakti Kepada Orangtua
BAGIAN 2
Wahai para anak…
Karena agungnya kedudukan kedua orangtua, para Nabi Allah 'alaihimush sholatu wassalamu adalah manusia paling berbakti kepada kedua orangtua. Taat kepada kedua orangtuanya jika keduanya mukmin, sayang dan menginginkan kebaikan untuk keduanya jika keduanya non mukmin. Allah telah kabarkan sebagian dari mereka, manusia-manusia pilihan. Bagaimanakah mereka menjadi sebaik-baik anak yang yang berbakti kepada orangtuanya. Lihatlah Nabi Nuh 'alaihissalam dia khususkan doa untuk kedua orangtuanya agar dapat ampunan.
Dan sebagaimana telah Allah kabarkan :
“ Nabi Nuh bedoa, wahai Rabbku ampunilah aku dan kedua orangtuaku, dan berilah ampunan kepada semua orang yang masuk ke dalam rumahku jika dia beriman, dan ampunilah semua mukmin dan mukminat.” (QS. Nuh 28).
Ini dalil ibu bapak Nabi Nuh 'alaihissalam itu beriman sedangkan anaknya kafir.
Dan sebagaimana telah Allah kabarkan keadaan Nabi Isa 'alaihissalam :
“Isa yang saat itu baru saja lahir berkata "Aku adalah seorang anak yang berbakti kepada Ibuku, dan Allah tidak menjadikanku orang yang sombong dan celaka‟.” (QS Maryam :32).
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan : “Perintah berbakti kepada orangtua disebutkan setelah ketaatan kepada Allah, karena Allah sering menggandengkan ketaatan kepada Allah dan berbakti kepada orangtua.” Dan inilah keadaan Nabi Isa 'alaihissalam kepada ibunya.Kemudian, inilah bakti Nabi Yahya 'alaihissalam kepada kedua orangtuanya.
Allah berfirman :
“Dan Yahya adalah seorang anak yang berbakti kepada orangtuanya, dan dia bukanlah orang yang sombong dan durhaka.” (QS. Maryam 14).
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan : “Setelah disebut ketaatan kepada Rabb, kemudian Allah ciptakan Yahya sebagai orang yang penyayang, yang bersih dan bertakwa, Allah sambungkan dengan menyebut ketaatan Yahya kepada orangtuanya dan bakti Yahya kepada keduanya. Yahya adalah anak yang menjauhi perilaku durhaka baik dengan ucapan atau perbuatan. Berkaitan dengan durhaka dengan perintah orangtua atau larangan kedua orangtua.”
Wahai para anak…
Adapun keadaan kekasih Allah, yaitu Ibrahim 'alaihissalam bersama ayahnya, dan bagaimanakah Ibrahim 'alaihissalam mendakwahi ayahnya dan upaya Ibrahim 'alaihissalam untuk mengambil cinta ayahnya. Itulah salah satu upaya bakti yang sampai kepada puncaknya, penuh kasih sayang yang sampai kepada puncak, padahal bapaknya adalah orang kafir.
Allah berfirman dalam (QS. Maryam 41-45)
41. Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi.
42. Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?
43. Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.
44. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.
45. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan".
Qodhi Abu Su‟ud rahimahullahu mengatakan terkait dialog antara Ibrahim 'alaihissalam dengan ayahnya. “Sungguh Ibrahim telah menempuh jalan yang terbaik dan jalan yang paling lurus. Beliau 'alaihissalam gunakan alasan di depan ayahnya dengan argumen yang paling indah dan itu diiringi adab yang baik, tujuannya agar ayahnya tidak memilih sikap sombong dan keras kepala.”Kemudian, Ibrahim mengajak ayahnya supaya mengikutinya agar Ibarahim bisa menunjukan kebenaran yang nyata kepada ayahnya. Karena ayahnya tidak mendapat keberuntungan berupa ilmu yang datang dari Allah, secara mandiri karena memiliki pandangan yang benar. Ibrahim itu membuka dakwah kepada ayahnya dengan kalimat yang mengambil hati dan simpati ayahnya.
Sebagaimana Allah berfirman :
“Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu” (QS. Maryam :43)
Ibrahim tidak melabeli bapaknya dengan kebodohan yang keterlaluan, meskipun bodohnya keterlaluan (patung dibuat dan disembah sendiri, itu kebodohan yang keterlaluan). Dan Ibrahim tidak melabeli dengan ilmu yang unggul meskipun demikian adanya. Dalam kalimat ajakan kepada ayahnya ini, Ibrahim menempatkan diri sebagai kawan, padahal realitanya Ibrahim jauh lebih tinggi, lebih mulia, lebih berilmu daripada ayahnya.”
*Lihat diksi yang dipakai Ibrahim "Aku mendapat ilmu yang tidak kau dapatkan‟ tidak meggunakan diksi "Aku berilmu dan engkau bodoh wahai ayahku‟, padahal sama saja, tapi nilai rasanya beda mengatakan "tidak dapat ilmu‟ dan "bodoh‟.*
“Adapun Nabi kita, Muhammad Sallahu 'alaihi wa sallam dalam masalah bakti, beliau adalah manusia yang sangat menakjubkan. Buktinya beliau sangat sayang kepada pamanya, selalu membersamai Abu Thalib. Dan mengupayakan agar pamanya (sebagai ganti bapaknya yang sudah meninggal) cinta dengan dakwah Nabi Sallahu 'alaihi wa sallam, Beliau Sallahu 'alaihi wa sallam gunakan kata dengan sebaik-baik kata-kata, hingga menjelang ajalnya beliau Sallahu 'alaihi wa sallam berkata : “Wahai paman, ucapkanlah laa ilaaha illallah, kalimat yang aku jadikan bukti untuk membela paman di hadapan Allah.”
Dan ini bentuk bakti kepada pamanya yang paling besar, mendakwahi hingga menjelang ajalnya.
*Bakti yang paling bakti adalah mendakwahi tauhid kepada orangtua. Memegang tangan orangtua dan membawanya ke jalan kebaikan, namun ingat! dengan tutur kata yang lembut, penuh penghormatan.*
Wahai para anak….
Dikarenakan permasalahan berbakti kepada orangtua adalah masalah yang penting, banyak perkataan ulama tentang masalah ini. Mereka bahkan menulis buku secara khusus. Cukuplah sebagai bukti dalam kitab-kitab keutamaan amal, kitab jami‟, kitab khusus akhlak, yang memiliki bab khusus tentang berbakti kepada orangtua. Ada ulama yang menulis satu buku khusus tentang orangtua yaitu Ibnul Jauzy al-hambali rahimahullah, bukunya berjudul “Al-Birr wa Shillah”. Imam Bukhari rahimahullah, memiliki buku “Birrul Walidayn” yang mengumpulkan hadits-hadits tentang bakti kepada orangtua.
Ibnul Jauzy rahimahullah, mengatakan :“Aku melihat anak muda di zamanku, mereka tidak peduli dengan masalah berbakti kepada orangtua. Mereka tidak berpandangan bahwa berbakti kepada orangtua adalah sebuah keharusan, sebagaimana membayar hutang. Saya jumpai mereka bersuara keras kepada orangtua mereka, seakan-akan mereka tidak meyakini bahwa mentaati orangtuaadalah wajib. Mereka putus hubungan yang Allah perintahkan untuk disambung, yang Allah telah jelaskan dalam Al-Quran dan Allah telah larang dengan larangan paling keras. Bahkan mereka respon perintah berbakti kepada orangtua dengan memboikot orangtua dan bersuara keras di hadapannya."
*Semua dalil wajibnya menjalin silaturahim adalah dalil wajibnya berbakti kepada orangtua, karena shillah yang paling shillah, kerabat yang paling dekat adalah orangtua.*
Setelah itu Ibnul Jauzy rahimahullahu membawakan sejumlah dalil dan riwayat dari salaf mengenai berbakti dengan orangtua. Kemudian Ibnul Jauzy rahimahullahu berkata “Anak yang berbakti kepada orangtua hendaknya menyadari bahwa betapapun anak itu berbakti kepada orangtua, tetap saja belum bisa membalas kebaikan orangtua.”
Dari Zurah bin Ibrahim, ada laki-laki yang mendatangi Umar radhiyallahu 'anhu berkata : “Wahai amirul mukminin, saya punya seorang ibu, yang dia sudah tua renta. Sesungguhnya ibuku tidak bisa memenuhi hajatnya kecuali punggungku adalahkendaraanya.
*Artinya, dia gendong ibunya, ibunya pingin ini, pingin lihat itu, pingin beli ini, pingin ke pasar dll, digendong sama anaknya. Bukan hanya didorong dengan kursi roda, tapi digendong.*
Laki-laki itu berkata : “Aku yang mewudhukannya dan wajahkukupalingkan darinya.”
*Anak tersebut memalingkan muka karena anak tetap tidak boleh melihat aurot ibunya sendiri. Ketika ibunya butuh berwudhu dan perlu cebok, terlebih dahulu si anak menceboki sambil memalingkan mukanya agar tidak melihat aurot ibunya. Itu kesehariannya.*
Laki-laki itu berkata : “Wahai amirul mukminin, apakah aku telah menunaikan kewajibanku, telah membalas hak ibukku?” Jawaban Umar : “BELUM”
Si Anak mengatakan : “bukankah aku telah menggendongnya kepada punggungku, dan aku menahan diriku hanya untuk mengurusi ibuku.”
*Dia tidak kerja, kerjaanya hanya mengurusi ibu, habastu nafsi 'alaiha, "aku menahan diriku hanya untuk melayaninya". Ibunya tidak ditinggal ke kantor, ditinggal cari duit dll, tidak. Seharian dia menunggu ibunya, ibunya ingin apa, ingin kemana. Ini adalah anak yang totalitas mengurusi ibunya. Tidak kemudian menyuruh pembantu, tidak. Dia tidak kerja. Bayangkan! habastu nafsi 'alaiha, aku full time mengurus ibuku, aku fokus mengurusi ibuku wahai amirul mukminin.*
Umar katakan : “Ibumu dulu juga berbuat demikian saat kamu bayi,dengan harapan agara kamu berumur panjang.”Namun berbeda!
*Ibumu tidak bisa pergi jauh-jauh, kemana-mana harus bawa bayi, mau kepasar bayinya tidak bisa ditinggal, mau mandi, mau ke toilet tidak bisa lamalama. Ibumu juga full time mengurusi kamu namun beda niat ibumu dan niatmu*
Umar katakan : Dan kau wahai anak berbuat demikian kepada ibumu tapi dalam keadaan kau berangan-angan kapan segera matinya!
*Ibumu full time mengurusi dirimu dengan angan-angan semoga umurmu panjang, semoga sampai gedhe. Dan kau wahai anak berbuat demikian kepada ibumu tapi dalam keadaan kau berangan-angan kapan segera matinya! kapan bebas merdeka, kapan kemana-mana bebas tanpa gendong ibu, dll. Perbuatan yang sama itu nilainya beda karena amal hati, betapa mulianya amal hati, betapa pentingnya amal hati. Perbuatan sama tapi amal hati beda hasilnya kontras berbeda. Lain halnya keadaan ibu, ketika kita sakit saat masih bayi, yang dipikir bagaimana anak ini berumur panjang*
Kisah lain, ada laki-laki datang menemui Ibnu Umar radhiyallahu 'anhumaa dia katakan : "Kugendong ibuku di pundakku, dari Khurosan (sekitar Afganistan), jalan sampai Mekkah. Aku gendong ibuku untuk menunaikan manasik haji."
*Menggendong ibu, bukan hanya mendorong kursi roda dinaikan pesawat. Bayangkan!, amal yang luar biasa. Aku gendong ibuku manasik haji. Thawaf, ke Arafah, Mina, Musdalifah dll, digendong terus, tentu setelah haji, ibunya tidak ditinggal di Mekkah begitu saja, pasti harus dibawa pulang. Kendaraanya apa? punggung anaknya, digendong! Ini tinggal mimpi, ada anak seperti ini di zaman ini. Ini tinggal cerita yang tertulis di kertas. Mana ada anak yang berbakti hingga seperti ini? Ibunya ingin haji, digendong jalan kaki*
Dia berkata : “Apakah engkau punya sangkaan wahai sahabat Nabi, bahwa aku telah membalas kebaikan ibuku?”
*Hal yang ditanya hanya sangkaan saja, tidak sampai derajat yakin, apakah aku sudah berbakti?*
Jawaban Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma : "Belum! Kamu belum membalas ibumu! Meskipun erangan satu erangan ketika dia melahirkanmu"
Ibnul Jauzy rahimahullahu mengatakan :
"Bentuk berbakti kepada orang tua adalah dengan taat kepada keduanya selama itu tidak haram, mendahulukan permintaan keduanya daripada ibadah sunnah, mejauhi apa yang dilarang keduanya, menafkahi keduanya, dan bersengaja mencari-cari apa yang diinginkan keduanya."
*Bapak itu suka makanan ini, itu yang dicari, Ibu suka buah itu, itu yang dicari. itu yang diberikan.*
"Maksud berbakti adalah mubalaghoh, betul-betul totalitas melayani, punya sopan santun kepada keduanya, hormat kepada keduanya. Jangan bersuara keras di hadapanya, jangan membentak di hadapanya, jangan melotot kepada keduanya, jangan panggil langsung namanya, berjalanlah di belakangnya. Ini satu hal yang penting, bersabar dengan semua yang tidak nyaman dari keduanya."
*Banyak anak bisa berbakti kepada kedua orang tuanya membelikan ini dan itu, berbuat baik ini dan itu, tapi banyak anak yang tidak punya sabar dengan tindakan dan ucapan, serta sikap yang tidak mengenakkan dari orang tuanya.*
Wahai para anak...
Bahasan yang telah lewat mengenai berbakti kepada orangtua adalah salah sedikit penjelasan dari yang semestinya yang banyak.Terdapat banyak dalil-dalil syari'at yang menegaskan tinggi dan agungnya kedudukan orangtua.
Kesimpulannya : berbakti kepada orangtua adalah salah satu bentuk amal yang mendekatkan diri kepada Allah yang luar biasa. Orang-orang berlomba untuk bisa mendapatkannya. Adalah para Nabi dan Rasul utusan Allah, mereka adalah orang yang terdepan di antara orang yang berlomba berbakti kepada orangtua. Allah telah kisahkan keadaan sebagian mereka, tentang kasih sayang mereka dan bakti mereka, dan perbuatan mereka kepada kedua orangtuanya. Bakti kepada orangtua adalah kunci segala kebaikan dan penutup segala keburukan. Bakti kepada orangtua berarti taat kepada Allah dan taat kepada NabiNya Sallalahu 'alaihi wa sallam .Perilaku berbakti kepada orangtua adalah hutang, yang akan jadi simpanan bagi orang yang berbakti kepada orangtuanya. Anak yang berbakti, kelak dia akan melihat buah dari baktinya telah menjadi buah yang matang pada diri anak keturunannya, maka dirinyapun sejuk dan senang karenanya, lapang dadanya, bahkan diapun menyesal kenapa tidak melipat gandakan baktinya kepada orangtuanya, karena dia melihat bakti anak-anaknya kepada dirinya.
*Perilaku kepada orangtua adalah hutang. Siapa yang berbakti kepada orangtua Allah akan datangkan kepadanya anak-anak yang berbakti untuk dirinya. Siapa yang durhaka kepada kedua orangtuanya, Allah akan jadikan anaknya durhaka kepada dirinya. Anak yang berbakti akan menyesal ketika dia melihat anak-anak keturunanya berbakti kepadanya, mengapa dulu tidak melipat gandakan baktinya kepada kedua orangtuanya.*
Wahai para anak...
Maka singsingkanlah lengan bajumu, bersegeralah menuju dan mendekat kepada orangtuamu, pasang pendengaranmu baik-baik untuk mendengarkan keduanya, tawadhu'lah kepada keduanya, dan doakan keduanya Dan ketahuilah, -semoga Allah menjagamu-, betapapun engkau melakukan upaya untuk berbakti kepada orangtua, dan betapapun yang engkau lakukan, engkau tidak akan mampu membalas kebaikan keduanya. Bagaimanakah mungkin engkau bisa membayar hutangmu kepada kedua orangtuamu padahal keduanya melipatgandakan hutang keduanya kepadamu dengan medoakan dirimu, khawatir dengan kondisimu dan rasa cinta kedua orangtuamu kepada dirimu.
*Maksud dari melipatgandakan hutang keduanya kepadamu adalah, dengan bentuk meskipun dia sudah tidak merawatmu, dia senantiasa mendoakan kebaikan untukmu, senantiasa mengkhawatirkan dirimu. Sudah tidak lagi merawat, sudah lain rumah, sudah lain tempat tinggal, namun dia senantiasa khawatir dengan keadanmu, senantiasa mendoakanmu wahai anak. *
Wahai para anak...
Sesungguhnya kedudukan kedua oangtua itu agung sekali, bagaimana tidak agung, sungguh keduanya lebih memilih merelakan kenyamanan keduanya untuk dirimu. Keduanya sakit gara-gara engkau sakit, keduanya sedih ketika engkau bersedih, bahkan keduanya tidak bisa memejamkan mata, sampai anaknya yang masih kecil itu bisa memejamkan mata, dan baru kemudian dia bisa memaksakan dirinya untuk tidur.
*Setelah anaknya terlelap tidur barulah bapak-ibunya bisa tidur.*
Cukuplah bagimu sebagai indikator besarnya jasa kedua orangtuamu, adalah derivat dari cinta keduanya untuk mu, dimana mereka mengorbankan diri, bahkan mereka lupa bahwa keduanya sakit, dan mereka tinggalkan hal-hal yang membahagiakan keduanya. Itu semua dalam rangka agar anak senang, dan supaya engkau nyaman.
*Ibu melupakan sakitnya. Dia sakit tapi dia tidak bilang kalau dia sakit. Dia lapar tapi dia tidak bilang kalau dia lapar. Semata-mata supaya anaknya senang, supaya anaknya kenyang, nyaman. Demikian pengorbanan orangtua kita kepada anaknya masing-masing*
Seorang penyair megatakan :
Ibumu punya hak yang seandainya engkau tau dia adalah hak yang sangat banyak
Sehingga baktimu yang banyak wahai fulan, maka itu sedikit jika
dibandingkan kebaikan ibumu
Betapa banyak malam yang dilalui ibu dengan beban beratmu (hamil)
Yang dia sakit karenanya, dari dirinya erangan demi erangan
Ketika melahirkan, seandainya engkau mengetahui betapa derita ibumu.
Karena deritanya, maka hati itu seakan-akan terbang (saking sakitnya)
Betapa seringnya dia bersihkan kotoranmu dengan tangan
kanannya, dan tidaklah pangkuannya adalah kecuali bagaikan
tempat tidur untukmu
Dia tebus dirimu dengan sakit yang kau adukan
Dan buah dadanya adalah minuman untukmu
Dan berapa kali ibu lapar namun dia berikan kepadamu
makanannya karena sayang dan karena cinta, ketika engkau masih kecil.
Tentang kedua orangtua :
Sungguh hutang keduanya itu meliputimu selama keduanya
memberikan kepadamu cinta yang murni
Ketika keduanya melihat sakit pada dirimu
Keduanya cemas karena engkau sakit dan sakitmu itu menjadi
beban berat keduanya
Ketika keduanya mendengar eranganmu, bercucuranlah air
mata keduanya
Karena sedih, dan erangan mu itu beban berat keduanya.
Keduanya berangan-angan seandainya keadaanmu adalah
keadaan yang nyaman,
Dengan mengorbankan semua apa yang dimiliki oleh
keduatangannya (rela mengorbankan semua harta supaya engkau merasakan kenyamanan).
Sungguh engkau adalah beruntung jika melakukan hal yang baik
Dan engau tunaikan sebagaian dari hak keduanya.
Wahai para anak...
Meskipun banyak dalil dan riwayat yang menunjukkan besarnya kedudukan orangtua, namun setan mendapati jalan nyaman untuk menggoda sebagian manusia. Betapa menakjubkan kedudukan kedua orangtua, namun betapa mengherankan sikap anak kepada orangtua. Sungguh menakjubkan keadaan seorang ibu yang perutnya menjadi wadah untuk anaknya dan buah dadanya jadi minuman anaknya. Dia sakit karena sakit anaknya. Dia gembira karena gembiranya anaknya. Betapa menakjubkan keadaan ayah, malam dan siang mencari rezeki, mencari tempat tinggal. Anak-anaknya menangis ketika membutuhkan sesuatu. Ayah tidak bisa merasa senang. Hatinya tidak bisa tenang sampai bisa memenuhi hajat anak-anaknya semaksimal kemampuan yang bisa ayah berikan. Subhannallah, betapa menakjubkan perlakuan, kasih sayang orangtua. Seakan-akan orangtua adalah naungan untuk anak. Dia bergerak untuk anaknya. Diapun tenang karena tenang anaknya. Namun ada yang lebih mengherankan dari itu semua, keheranan yang tidak pernah habis, yaitu sikap anak yang tidak mengakui kebaikan orangtua, menutupi kebaikan orangtua, dan sikap keras kepada orangtua dan sikap lain yang lebih jelek.
Wahai para anak...
Betapa banyak orang mendengar, membaca dan meyaksikan bentukbentuk durhaka baik dengan kata-kata atau perbuatan, yang itu menyebabkan dahi berkenyit. Membuat jantung dan hati itu terasa pilu karena melihat hal ini. Ada ibu yang dihinakan, ada bapak yang dipukuli, dan ada orangtua lainya yang dibuang di panti jompo. Kita berlindung kepada Allah dari hal yang memalukan di dunia dan di akhirat.
Ya Allah jagalah kami dari kejelekan jiwa kami dan dari kejelakan setan.
Ya Allah berikanlah kepada kami rasa terimakasih terhadap nikmatMu.
Jadikanlah kami oang orang yang beramal sholih yang Kau ridhoi, dan perbaikilah anak keturunan kami.
Ya Allah jadikanlah kami anak-anak yang berbakti kepada orangtua.
Ya Allah jadikanlah kami sebab lapangnya hati mereka, dan sebab gembiranya mereka.
Wahai anak yang durhaka, atau orang yang menimpakan kepada keduanya tindakan yang menyakitkan, tidakkah engkau bertakwa kepada Allah dalam dirimu? Tidakkah engkau lihat ketika seseorang berbuat baik kepadamu, yang sebenarnya engkau tidak dalam kondisi sangat membutuhkan kebaikan orang tersebut. Tidakkah engkau melihat orang yang berbuat baik kepadamu tersebut sudah mengalungkan pada lehermu kalung hutang budi? Yang kalung hutang budi itu mengingatkanmu kepadanya. Engkau berterimakasih karena kebaikannya, dan kau antusiasmembalas hutang budi itu, padahal itu orang lain. Bagaimana jika seandainya kau darurat dan sangat membutuhkan kebaikannya, lantas dia berbuat baik kepadamu dengan gembira. Tidakkah orang tersebut menawanmu karena kebaikannya, padahal itu hanya satu kebaikan. Boleh jadi dirinya tidak minat menolongmu, tapi kamu tidak punya tempat menghindar kecuali mengakui kebaikannya dan memberikan balasan terimakasih kepadanya. Betapa mengherankan wahai anak yang durhaka, kau berterimakasih setiap pagi dan sore kepada orang yang sekali saja bebuat baik kepadamu, tapi ada gunung kebaikan dari orangtuamu yang kau tutupi, yang kau tidak akui jasanya. Inilah sikap aneh anak yang durhaka.
*Orang lain berbuat satu kebaikan dikenang-kenang, terimakasih pagi dan sore, sedang ada kebaikan sebesar gunung dari orangtua, malah terlupakan.*
Wahai para anak...
Sungguh satu hal yang sangat jelek untuk didengar, untuk dilihat dan dibaca, sikap mereka anak-anak yang sombong yang mengingkari kebaikan kedua orangtua. Durhakanya anak itu bertambah jelek ketika anak durhaka itu adalah anak yang rajin sholat jumat dan sholat jamaah. Wahai anak yang rajin sholat, tidakkah engkau bertakwa kepada Allah berkenaan dengan orangtuamu? Tidakah engkau memikirkan kedudukan keduanya? Tidakkah sholatmu mencegah dirimu untuk berbuat jelek kepada keduanya. Ingat, telah beruban kepala keduanya karena telah tua dan sedih, karena keduanya melihat engkau mengingkari hak dan kebaikan keduanya. Kedua orangtua itu merasa hancur, lantas berusaha menghibur diri. Keduanya telah diberi makan kedurhakaan yang lebih pahit dari tumbuhan yang pahit berkali lipat. Moga Allah balas kesabaran mu wahai bapak dan ibu, dan memperbesar ganjaran untukmu atas musibah yang menimpamu karena kedurhakaan anakmu. Wahai anak yang durhaka, engkau akan menjadi orang yang akan ditelantarkan. Engkau adalah orang yang tertipu. Engkau tidur lelap sepenuh dua kelopak matamu dan kau tinggalkan kedua orangtuamu dalam keadaan lemah dan mereka meneguk kedurhakaan dari dirimu yang itu jadi ganjalan di tenggorokannya. Kita berlindung kepada Allah dari kehinaan di dunia dan adzab di akhirat.
Jangan lupa dukung kami dengan cara share atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRALجَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء




Komentar