MENGGAPAI KEMULIAAN DENGAN TAWADHU' (1)
- Muhammad Basyaib
- 17 Mar 2021
- 3 menit membaca
Diperbarui: 19 Mar 2021

Oleh: Majalah Al-Sunnah, Ed. 07 Th XXI_1439H/2017M
Dipublish: Moeslim Book Central
TEKS HADITS
Tidak ada seorang bani Adam kecuali ada dikepalanya hakamah (seperti tali kekang kuda) ditangan seorang malaikat. Jika dia bertawadhu' (rendah hati) maka dikatakan kepada malaikat tersebut: angkat hakamahnya dan jika sombong dikatakan kepada malaikat tersebut: pakaikan hakamahnya.
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma oleh Imam ath Thabraniy rahimahullah dalam al Mu'jam al Kabir 3/182/1. Pada sanadnya ada Ali bin Zaid bin Jud'an seorang perawi yang memiliki sedikit kelemahan dalam hafalannya, sebagian ulama masih menganggap baik atau hasan haditsnya. Demikian juga al Hakim rahimahullah meriwayatkan hadits ini dengan sanad yang sama dalam al Mustadrak 2/591. Adz-Dzahabiy rahimahullah berkata: "Sanadnya baik". Al Haitsamiy rahimahullah dalam Majma' Zawa'id 8/82 berkata: "Diriwayatkan oleh at Thabraniy dan sanadnya hasan". Demikian juga Imam al Mundziriy rahimahullah dalam at Targhib 4/16 menghasankan sanad hadits ini. Al Uqailiy rahimahullah dalam adh Dhu'afa' no. (427), Ibnu Adi rahimahullah dalam al Kamil 2/322 dan adh Dhiya' rahimahullah dalam al Muntaqa Min Masmu'atihi Bi Marw meriwayatkan dari al Minhal bin Kholifah dari Ali bin Zaid bin Jud'an dari Said bin al Musayyib dari sahabat Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu . Syaikh al-Albani rahimahullah menilai hadits ini sebagai hadits hasan lighairihi dalam kitab Shahih At-Targhib Wa Tarhib no. 2895 dan Silsilah Ahadits Shahihah no, 538.
SYARAH KOSA KATA
• : tidak ada seorang manusia pun.
• : kecuali ada di kepalanya tali kekang yang biasa dipakaikan ke kepala hewan dan mulutnya.
• : bermakna di tangan Malaikat yang ditugaskan untuk itu.
• : Apabila bersikap tawadhu' atau rendah hati.
• : Allah ‘Azza wa Jalla sampaikan kepada Malaikat tersebut.
• : kinayah dari ketinggian kedudukan dan kehormatan.
• : Kinayah dari kerendahan, karena sombong termasuk sifat rendah dan hina.
SYARAH HADITS
Tidak ada satu tujuan di dunia ini kecuali manusia berusaha mendapatkannya. Mereka dikendalikan oleh kecintaan untuk memuaskan tabiat mereka. Terkadang mereka dalam menunaikannya tidak melihat perintah dan larangan Allah ’Azza wa Jalla. Timbullah setelah itu kerusakan, penyimpangan dan berbagai macam kemaksiatan.
Kemudian Allah mengutus para rasul yang menyeru tauhid kepada mereka. Mereka mengajak manusia untuk berakhlak mulia, sebagaimana sabda Rasululiah shallallahu ‘alaihi wasallam: Aku hanya diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak. *Hadits Shahih Lighairi, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam al Adab al Mufrad hal 42, Ahmad 2/381, Al Hakim 2/613, Ibnu Sa'ad dalam Thabaqat 1/192, Al Qudha'iy dalam Musnad asy Syihab 1165 dan al Khara'ithiy dalam Makarimul Akhlak Wa Ma'aliha hal 2. (Takhrij ini dinukil dari Makarimul Akhlak karya Syeikh Salim bin led Al Hilali).*
Berbahagialah mereka yang mengikuti petunjuk para rasul dan celakalah orang yang menyelisihi dan meninggalkannya.
Diantara akhlak para rasul dan nabi yang menjadi perhiasan orang-orang shaleh adatah tawaadhu' (rendah hati). Demikianlah Allah perintahkan nabi-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk bertawadhu' dalam firmanNya: Dan berendah hatilah kamu terhadap orang-orang yang beriman. (QS. Al Hijr/15:88)
Bahkan rendah hati menjadi sifat khusus kaum Mukminin, sebagaimana difirmankan Allah ‘Azza wa Jalla : Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (QS. Al-Furqan/25:63)
Hadits Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma yang mulia ini menjelaskan keutamaan sifat tawadhu', semakin rendah hati semakin tinggi kedudukan dan kemuliannya. Semakna dengan hadits ini adalah hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasululiah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Tidaklah seorang bersifat rendah hati (Tawadhu') karena Allah, kecuali Allah mengangkatnya. (HR Muslim)
Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: "Hadits ini mempunyai dua makna: Pertama: Allah ‘Azza wa Jalla akan meninggikan derajatnya di dunia, dan dengan tawadhu'nya akan mengokohkan kedudukannya di hati manusia. Kedua: Pahala di akhirat, yakni Allah ‘Azza wa Jalla akan mengangkat derajatnya di akhirat disebabkan tawadhu'nya di dunia". *Syarah Shahih Muslim 16/142.* Oleh karena itu Ibnul Haaj rahimahullah menyatakan: "Siapa yang menginginkan ketinggian, maka hendaknya bersifat rendah hati (tawadhu') ". *Al-Madkhal Libnil Haj 2/122.*
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRAL
جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء
Comments