top of page

MENGGAPAI KEMULIAAN DENGAN TAWADHU' (2)

Diperbarui: 19 Mar 2021



Oleh: Majalah Al-Sunnah, Ed. 07 Th XXI_1439H/2017M

Dipublish: Moeslim Book Central



Kemuliaan yang didapatkan dari sifat tawadhu' dikarenakan beberapa hal, diantaranya:

1. Tawadhu' adalah akhlak para nabi dan Rasul.


2. Semua orang menyayangi orang yang rendah hati dan tidak menyombongkan diri. Tawadhu' dapat mendatangkan rasa cinta, persaudaraan dan menghilangkan kebencian. Beliau Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, "Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu'. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas pada yang lain" (HR. Muslim no. 2865).


3. Menjalankan perintah Allah dalam firman-Nya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang- orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. (QS. asySyu'ara/26:215)


Syaikh Ibnu Utsaimtn rahimahullah berkata: "Maksudnya adalah tawadhu', karena orang yang sombong melihat dirinya bagaikan burung yang terbang di angkasa, maka Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan untuk merendahkan sayapnya dan merendahkan diri terhadap orang-orang beriman yang mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam" *Syarah Riyddhus Shalihin 3/515.*


4. Tawadhu' adalah Perangai Ibadurrahman, seperti dijelaskan dalam firman Allah ‘Azza wa Jalla: Dan hamba-hamba Allah yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (QS. al- Furqan/25:63)


Imam IbnulQoyyim rahimahullah mengatakan: "Firman Allah ‘Azza wa Jalla berjalan di atas bumi dengan rendah hati yaitu mereka berjalan dengan tenang, penuh dengan ketawadhu'an, tidak congkak dan sombong." *Madarijus Salikin 2/375.*


Dengan demikian sudah selayaknya bagi setiap Muslim untuk berhias diri dengan sifat tawadtiu'.


MAKNA DAN HAKEKAT TAWADHU'

Tawadhu' merupakan kebalikan dari sifat sombong. la merupakan sifat pertengahan antara sombong dan rendah diri. Jika sombong telah mengakibatkan setan diusir dari surga dan menjadi makhluk terlaknat, maka Tawadhu' berhasil menjadikan Adam dan Istrinya sebagai manusia yang diampuni setelah keduanya melakukan dosa.


Satu di antara banyaknya indikator sifat Tawadhu' seseorang adalah kemauan untuk mengakui kesalahan dirinya. Jika ia seorang suami, satu di antara banyaknya tanda sifat Tawadhu'nya adalah kerelaannya untuk membantu tugas rumah seorang istri. Sebagaimana diceritakan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terbiasa membantu pekerjaan rumah istrinya saat Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam di rumah dan keluar rumah ketika tiba waktunya shalat.


Ditanya Fudhail bin lyadh rahimahullah tentang tawadhu' beliau menjawab, "Tunduk dan patuh kepada kebenaran, menerima kebenaran dari siapapun yang menyampaikannya, walaupun mendengarnya dari anak kecil. Dan seandainya menerima dari orang yang paling bodohpun dia menerimanya!". *Madarij as-Salikin 2/329.*


Ditanya al Hasan al Bashri rahimahullah tentang tawadhu' beliau menjawab: "Tawadhu' adalah kamu keluar rumah dan tidak berjumpa Muslim kecuali kamu menganggapnya lebih baik darimu". *At-Tawadhu' wal Khumul hlm. 154 dan Ihya Ulumuddin 3/342.*


Sedangkan Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan hakikat tawadhu' dan memberikan penjelasan perbedaannya dengan menghinakan diri (al-Mahanah) dengan menyatakan: "Perbedaan antara tawadhu' dan al-Mahanah (menghinakan diri) adalah Tawadhu' muncul dari ilmu pengetahuan tentang Allah ‘Azza wa Jalla, mengenal nama dan sifat-Nya, pengagungan, kecintaan dan penghormatannya dan dari pengetahuan tentang dirinya dan jiwanya secara rinci serta aib-aib amalan serta perusaknya. Muncullah dari ini semua sifat tawadhu'. Tawadhu' adalah hati yang merendah karena Alldh ‘Azza wa Jalla dan rendah hati serta penuh rahmat kepada hamba-Nya, sehingga tidak memandang dirinya memiliki kelebihan atas seorangpun dan tidak memandang ia memiliki hak atas orang lain. Bahkan memandang kelebihan orang-orang atas dirinya dan hak-hak mereka atasnya. Ini adalah sifat yang hanya Allah ‘Azza wa Jalla berikan kepada orang yang dicintai, dimuliakan dan didekatkan kepada-Nya. *Kitab ar-Ruh hlm 273.*


Tawadhu' memiliki 3 ciri. Pertama, Ia dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan, kekuatan serta peluang untuk berlaku sombong, tetapi ia tidak bersikap sombong karena mengharap keridhaan Allah. Kedua, Tidak dilakukan secara berlebihan. Jika berlebihan, Tawadhu' bisa berubah menjadi sombong ataupun membanggakan diri. Sedangkan yang ketiga, Tawadhu' dilakukan pada waktu dan situasi yang tepat. Dalam hal ini, diperbolehkan berlaku sombong di depan orang yang sombong. Sebagaimana sikap berjalan tegap dengan gagah di depan musuh dalam peperangan.


LARANGAN BERSIKAP SOMBONG

Hadits yang mulia ini menunjukan larangan sombong yang tidak disukai Allah ‘Azza wa Jalla dan Malaikat. Kesombongan sifat rendah dan hina yang menyebabkan pemiliknya terhalang masuk ke dalam surga seperti dijelaskan dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: Tidak masuk surga orang yang memiliki dihatinya sebesar biji sawi dari kesombongan (HR Muslim).


Sifat sombong adalah lawan dari sifat rendah hati, sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma ini menganjurkan sifat rendah hati dan memperingatkan umatnya dari sifat tinggi hati atau sombong. Sehingga seorang muslim hendaknya berusaha sekuat tenaga menjauhi sifat tinggi hati ini.


Wabillahit Taufiq.


 

Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :



MOESLIM BOOK CENTRAL


جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء


Comentários


© 2023 by Money Savvy. Proudly created with wix.com

Get Social

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey LinkedIn Icon
  • Grey YouTube Icon
bottom of page