SERIAL BIRRUL WALIDAYN ( SERIAL 1 : BAG 1 )
- Muhammad Basyaib
- 5 Jan 2021
- 7 menit membaca
Diperbarui: 6 Jan 2021

Terjemah dari :
Kitab Ma’aalim fii Birril Walidayn
Karya Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad As-Sadhan Hafizhahullahu
Dipublish: Moeslim Book Central
SERIAL 1
Rambu-Rambu Berbakti Kepada Orangtua
BAGIAN 1
Wahai para anak...
Sungguh Allah telah jadikan manusia itu bersuku-suku, baik suku non Arab ataupun suku Arab supaya saling kenal. Kenalnya manusia itu dikarenakan sebuah ikatan, yang satu sama lain dari ikatan itu bertingkat-tingkat. Islam memiliki ikatan yang sangat luas. Ada juga ikatan yang lebih sempit, semisal ikatan kekerabatan, perkawinan, tetangga,
persahabatan dan lain-lain.
Wahai para anak...
Manusia mempunyai hak yang bertingkat-tingkat, dan tingkatan itu berbanding lurus dengan kuat dan dekatnya ikatan, atau lemah dan jauhnya ikatan. Islam mengaitkan sejumlah hak dan kewajiban dengan ikatan tersebut dan jenisnya. Islam memerintahkan untuk menyambung hubungan kekerabatan secara terus menerus, dan mengingatkan bahaya memutusnya. Sebagaimana islam menjadikan di antara hak ikatan tetangga adalah memuliakannya dan tidak boleh menghinanya. Wajib berbuat baik kepada tetangga dan tidak boleh menyakitinya. Demikian adanya hak syuf‟ah bagi tetangga dan lain-lain.
*Hak syuf‟ah yang dimiliki tetangga : tidak boleh menawarkan tanah atau rumah sebelum tetangga ditawari terlebih dahulu. Menjual atau menawarkan kepada tetangga dahulu, baru jika tidak ada yang butuh bisa kita jual, kita tawarkan di facebook, koran dan lain-lain. Para tetangga menurut sebagian ulama, mereka memiliki ada hak syuf‟ah. "*
Wahai para anak...
Dan termasuk ikatan istimewa di antara manusia yang secara khusus islam berulang kali mengingatkannya, adalah ikatan anak dengan orang tua. Islam memotivasi agar manusia lebih memperhatikan ikatan ini dibandingkan ikatan yang lainnya. Bahkan Islam memerintahkan untuk menyambungnya, dan berbuat baik kepada ikatan ini meski anak dalam kondisi yang paling sulit. Islam mengingatkan untuk tidak merusak orang-orang yang memiliki ikatan ini meski dengan kata-kata yang paling remeh. Ikatan yang menyatukan kita semua dengan asal-muasal kita, yang Allah jadikan dengan asal tersebut keberadaan kita di dunia ini. Itulah ikatan anak dengan ibu dan bapaknya
Wahai para anak...
"Kedudukan orangtua itu sangat agung, hak orangtua begitu besar. Allah berfirman dalam" (QS. Al-Isra : 23-24).
“Rabbmu telah menetapkan, janganlah kalian menyembah kecuali kepadaNya dan berbuat baiklah kepada orangtua, jika salah satu dari keduanya sampai kepada usia tua renta bersamamu wahai anak, maka jangan katakan kepadanya kata "uff". Dan jangan membentak keduanya, ucapkanlah kepada keduanya ucapan yang mulia. Ucapkanlah "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".” (QS. Al-Isra : 23-24)
*Maka orangtua yang sudah berusia lanjut, normalnya hidup dengan anak. Kata "uff" maknanya aku bosan dengan permintaanmu wahai bapak-ibu. Ayat Ini berisi larangan mengatakan "uff" kepada orangtua ketika mereka sudah tua. Tapi, bukan berarti jika orangtua masih muda boleh mengatakan demikian. Kenapa disebut "uff" secara khusus ketika keduanya sudah tua renta? Karena kata tersebut sangat-sangat menyakitkan. Lain halnya jika bapak-ibu itu masih gagah. Ketika bapak-ibu tidak bergantung kepada siapapun maka kondisinya berbeda. Namun, jika sudah tua ikut anak, di rumah anak, mendapat perlakuan semacam ini, dia tidak bisa apa-apa. Maka tentu ini suatu hal yang menyakitkan. Maka secara khusus, disebut mengucap "uff" ketika tua, ini tidak punya mafhum mukholafah. Artinya, bukan berarti sebelum tua renta boleh mengucapkan "uff". Tapi ini menjelaskan betapa jelekanya ucapan semacam ini ketika keduanya telah tua renta dan ikut anak.Bertawadhu‟lah kepada keduanya karena sayang kepada keduanya, jangan sombong dihadapan bapak-ibumu. Dan bedoalah kepada Allah “Ya Allah sayangi orangtuaku karena keduanya telah merawatku ketika aku kecil.”*
Ibnu Katsir rahimahullah berkata : “Oleh karena itu Allah gandengkan ibadah kepada Allah, dengan berbuat baik kepada orangtua.
Allah berfirman,
“Dan berbuat baiklah kepada orangtua”(QS. Al-Isra : 23)
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Lukman : 14)
Tentang ayat larangan berkata "uff",“Jika salah satu dari keduanya sampai kepada usia tua renta bersamamu wahai anak, maka jangan katakan kepadanya kata "uff".” (QS. Al-Isra : 23).
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan : “Jangan perdengarkan perkataan yang menyakitkan, sampai-sampai kata "uff".”Jangan bentak keduanya, kata Ibnu Katsir rahimahullah maknanya : “Jangan engkau melakukan perbuatan yang menyakiti kedua
orangtuamu”. Sebagaimana perkataan Atta‟ bin Abi Rabaah rahimahullah: “Jangan mengibaskan tangan di hadapan orangtua.”
*Setelah Allah larang dari perbuatan buruk, maka Allah perintahkan anak untuk berbuat baik.*
“Katakanlah kepada keduanya, kata-kata yang mulia.” (QS. Al-Isra : 23), yaitu kata yang lembut, menyenangkan, yang baik, yang itu diucapkan penuh rasa sopan, penuh penghormatan.
*Hal ini boleh jadi beda antar masyarakat, beda zaman dll. Misal di Jawa, dengan bahasa jawa kromo, di tempat lain berbeda lagi.*
Tawadhulah kepada orangtua dengan tindakanmu wahai anak, doakanlah ketika mereka sudah tua atau sudah meninggal dunia.
Wahai para anak.
Sungguh Allah telah berulang kali menyebutkan kedudukan orangtua. Mewajibkan berbuat baik kepada orangtua, dikarenakan istimewanya kedua orangtua, dan besarnya kebaikan orangtua kepada anak.
Allah berfirman :
“Mereka bertanya kepadamu, apa yang diinfakkan, katakanlah semua kebaikan/harta yang kalian infakkan itu ditujukan kepada orangtua, kerabat, anak yatim, anak miskin dan ibnu sabil.” (QS Al-Baqoroh 215).
Allah berfirman :
“Sembahlah Allah dan jangan kau sekutukan Allah dengan sesuatu apapun dan berbuat baiklah kepada orangtua.” (QS An-Nisaa 36).
Allah berfirman :
“Marilah kubacakan apa yang diharamkan oleh Rabb kalian atas kalian, jangan sekutukan Allah dengan sesuatu apapun dan berbuat baiklah kepada orangtua.” (QS Al-An‟am 151).
Allah berfirman :
“Dan kami wasiatkan kepada manusia berbuat baik kepada orangtuaterutama kepada ibunya, yang ibunya telah mengandungnya lemah dan letih, kemudian menyapihkan selama 2 tahun. Berterimakasihlah kepada Allah dan berterimakasihlah kepada kedua orangtua. Dan kepadaKu-lah kalian akan kembali.” (QS. Lukman 14).
*Kata "wasiatkan‟ dalam QS. Lukman : 14 adalah perintah yang ditegaskan. Tidak ada orang yang bisa berterimakasih kepada Allah dan berbakti kepada orangtuanya kecuali orang yang yakin dan sadar bahwa dia akan kembali menghadap Allah dan mempertanggungjawabkan amal perbuatanya. Siapa yang sadar dia akan kembali kepada Allah, dia akan jadi anak yang berbakti. Anak itu tidak akan jadi anak yang berbakti jika dia tidak kenal Allah, tidak tahu akhirat, Tidak takut akan kembali menghadap Allah. Kunci penting berbakti adalah kesadaran bahwa kita semua akan kembali kepada Allah. Di antara tanda sadar akan kembali pada Allah, adalah sikap baik kita kepada kedua orangtua masing-masing.*
Allah berfirman :
“Dan Kami wasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orangtuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan susah, dan melahirkannya dalam keadaan susah, selama 30 bulan.” (QS Al-Ahqaf 15).
*30 bulan artinya 2 tahun ditambah 6 bulan. Minimal kelahiran disebut normal yaitu ketika usia janin 6 bulan. QS Al-Ahqaf 15 dijadikan dalil oleh sebagian ulama fiqih bahwa lahir normal minimal setelah janin berumur 6 bulan, mustahil ada bayi sehat, normal, lahir kurang dari 6 bulan.*
Wahai para anak...
Di antara agungnya hak orangtua yaitu wajib berbuat baik dan bersikap lembut kepada orangtua meskipun orangtuanya musyrik atau kafir (sedangkan anaknya adalah mukmin atau muslim). Meskipun tidak boleh taat kepada orangtua dalam maksiat kepada Allah.
Allah berfirman :
“Dan kami wasiatkan manusia agar berbuat baik kepada orangtuanya, dan jika kedua orangtuamu memaksamu untuk melakukan kemusyrikan maka jangan taat. Karena hanya kepadaKu tempat kembali kalian dan akan Aku beritahukan semua yang kalian
lakukan.” (QS Al-Ankabut 8).
Allah berfirman :
“Dan kami wasiatkan manusia agar berbuat baik kepada orangtuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan susah, dan melahirkannya dalam keadaan susah, selama 30 bulan.” (QS Al-Ahqaf 15).
Ayat-ayat lain yang telah menyebutkan baik secara eksplisit maupun implisit yang menunjukan besarnya hak orangtua. Adapun hadits-hadits terkait kepada orangtua sangatlah banyak. diantaranya :
Dari Abdullah bin Masud radhiyallahu 'anhu :
“Aku bertanya kepada Rasulullah Sallalahu'alaihi wa sallam, Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah azza wa jalla?‟ Beliau Sallalahu'alaihi wa sallam menjawab, "Shalat pada waktunya‟. Lalu aku bertanya, Kemudian apa lagi?‟ Beliau Sallalahu'alaihi wa sallam mengatakan, Kemudian berbakti kepada kedua orangtua. ‟Lalu aku mengatakan,Kemudian apa lagi?‟ Lalu beliau Sallalahu'alaihi wa sallam mengatakan, Berjihad di jalan Allah‟.
*Menunjukkan cinta Allah itu bertingkat-tingkat dan amal itu juga bertingkat-tingkat. Berbakti kepada orangtua lebih utama dari jihad, yang hukumnya fardhu kifayah.*
Dari Abu Hurairoh radhiyallahu 'anhu :
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah Sallalahu 'alaihi wa sallam dan berkata, Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan sikap baikku?‟ Nabi Sallalahu 'alaihi wa sallam
menjawab, Ibumu!‟ Dan orang tersebut kembali bertanya, Kemudian siapa lagi?‟ Nabi Sallalahu 'alaihi wa sallam menjawab, Ibumu!‟ Orang tersebut bertanya kembali, Kemudian siapa lagi?‟ Beliau Sallalahu 'alaihi wa sallam menjawab, Ibumu.‟ Orang tersebut bertanya kembali, Kemudian siapa lagi,‟ Nabi Sallalahu 'alaihi wa sallam menjawab, Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548).
*Faidah tambahan: kata "paling berhak‟, menunjukkan semua orang berhak mendapat sikap baik dari kita, namun hak manusia dalam mendapat sikap baik kita itu bertingkat-tingkat. Maka yang ditanyakan kepada Nabi Sallahu 'alaihi wa sallam adalah
yang paling berhak.
Allah berfirman :
“Dan berkata baiklah kepada semua manusia”. juga dalam hadits “Seorang muslim adalah yang muslim lainnya merasa selamat dari gangguan lisan dan tangannya” (HR. Ahmad).
Ibu mendapat hak 3x lipat dari ayah, menimbang kesulitan ibu 3x lipat daripada ayah yaitu kesulitan hamil, kesulitan melahirkan dan kesulitan menyusui. Tiga hal yang tidak dialami ayah. Adapun dalam hal merawat dan mendidik, ayah dan ibu sudah sepantasnya bersekutu, berserikat. Meski di banyak keluarga, banyak suami yang masa bodoh dengan anak, tidak pernah memandikan, menggendong dll, seharusnya dalam masalah merawat adalah tanggungjawab bersama-sama. Orang yang celaka adalah dia yang pintu surga ada di depannya tapi dia tidak bisa memanfaatkannya dengan baik. Pintu surga tersebut adalah bakti kepada orangtua.*
Berkata Imam Nawawi rahimahullahu :
“Yang dimaksud dengan adalah hina. Makna asal dari adalah hidung menempel kepada tanah, debu yang bercampur pasir. Ada yang mengatakan segala sesuatu yang menyakiti hidung. Isi hadits ini adalah motivasi untuk berbuat baik kepada orangtua dan besarnya pahala berbakti kepada orangtua. Makna hadits berbakti ketika keduanya tua renta dan lemah, dengan memberikan pelayanan, menafkahi dll adalah sebab masuk surga. Siapa yang teledor terhadap perkara ini, dia kehilangan kesempatan masuk surga, dan sungguh dia termasuk manusia yang hina.”
*Diantara hal yang menjadi bentuk berbakti yaitu menafkahi orangtua yang miskin dan sudah tidak bekerja, anak wajib menafkahi. Memberi uang bulanan agar orangtua terpenuhi kebutuhan pokok hariannya.*
Dari Abdullah bin Amr radhiallahu anhuma, dia berkata, "Seseorang mendatangi Nabi Sallahu 'alahi wa sallam, lalu dia meminta izin kepadanya untuk berjihad. "Maka beliau Sallahu 'alahi wa sallam bersabda, "Apakah kedua orangtuamu masih hidup?" Beliau berkata, "Ya." Maka beliau Sallahu 'alahi wa sallam bersabda, "Berjihadlah dalam berbakti pada keduanya." (HR. Bukhari, 4/18).
*Jika orang yang mau jihad saja disuruh pulang, maka lebih-lebih lagi orang yang cari duit, kerja, meniti karir dll, lebih berhak disuruh pulang. Pulang ke kampung, temui bapak dan ibumu. Apa tujuan ke kota? cari duit? kerja dalam rangka ibadah? kalau tujuannya dalam rangka bekerja untuk ibadah dan cari pahala, maka ada cara lain yang lebih berpahala yaitu berbakti kepada orangtua. Jika yang cari mati syahid saja disuruh pulang, apalagi yang hanya cari duit. Ada ibadah yang lebih agung yaitu berbakti kepada orangtua.*
Diriwayatkan dari Abu Daud :
Abdullah bin Amr radhiallahu 'anhuma berkata: “Seseorang pernah mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata: Wahai Rasulullah, sungguh aku datang ingin berjihad bersama, aku berharap wajah Allah dan kehidupan ahirat, dan aku telah datang dalam keadaan kedua orangtuaku benar-benar menangis?”, beliau Sallahu 'alaihi wa sallam menjawab: “Kalau begitu, kembalilah kepada keduanya, buatlah mereka berdua tertawa sebagaimana kamu telah membuat mereka berdua menangis.” (HR. Ibnu Majah, Abu Daud dan An Nasai).
*Hadits menunjukan bahwa anak yang durhaka kepada orangtuanya, melakukan tindakan yang membuat orangtuanya sampai menangis, tidak cukup dengan meminta maaf, namun ada kewajiban membuat mereka tertawa sebagaimana telah membuatnya menangis. Bagian dari jihad adalah berbakti kepada orangtua, karena jihad maknanya juga demikian, susah payah untuk mencari ridho Allah. Dan berbakti kepada orangtua adalah hal yang susah payah, perlu nafas panjang, perlu sabar yang tidak ada habisnya, apalagi saat keduanya sudah tua renta. Ketika keduanya saat makan harus disuapi, saat mandi harus dimandikan dll, untuk bisa berbakti harus dengan nafas yang panjang dan sabar yang tidak pernah habis.*
lanjut di bab 2
Jangan lupa dukung kami dengan cara share atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRALجَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء




Komentar