Tafsir Surat 'Abasa ( Ia Bermuka Masam ) (2)
- Muhammad Basyaib
- 15 Mar 2021
- 5 menit membaca
Diperbarui: 19 Mar 2021

Oleh : Imam Ibnu Katsir asy-Syafi'i Rahimahullah
Disalin dari : Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8 hal 397-405Terbitan Pustaka Imam Syafi'i Jakarta,
Dipublish : Moeslim Book Central
QS. 'ABASA 17-32 - Peringatan Allah Azza wa jalla kepada manusia yang tidak mengetahui hakikat dirinya. - Berbagai nikmat Allah azza wa jalla atas manusia.
Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya. Dari apakah Allah menciptakannya? Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya. Kemudian Dia memudahkan jalannya, kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur, kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali. sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya, maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar- benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu. (QS. 'Abasa/80:17-32)
Allah Ta'ala berfirman seraya mencela beberapa orang anak cucu Adam yang mengingkari hari kebangkitan dan dikumpulkannya para makhluk, "Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya." Adh-Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, "Binasalah manusia" yakni terkutuklah manusia. Demikian juga yang dikemukakan oleh Abu Malik. Dan itulah jenis manusia yang suka berbuat dusta, karena terlalu banyak mendustakan hari berbangkit tanpa sandaran yang jelas, bahkan hanya sekedar menjauhi saja dan tidak didasari oleh suatu ilmu. Mengenai firman-Nya, " Alangkah amat sangat kekafirannya," Ibnu Juraij mengatakan: "Yakni, sunggah sangat parah kekafirannya itu." Sedangkan Ibnu Jarir mengemukakan: "Bisa jadi hal itu berarti, 'apakah yang membuatnya kafir?' Atau 'apakah yang membuatnya mendustakan hari berbangkit?'"
Kemudian Allah Ta'ala menjelaskan kepadanya bagaimana Dia dulu menciptakannya dari sesuatu yang hina, dan bahwasanya Dia sanggup untuk mengembalikannya seperti awal Dia menciptakan. Oleh karena itu, Dia berfirman, " Dari apakah Allah menciptakannya? Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya." Maksudnya, Dia tentukan ajal dan amalnya, serta apakah dia akan sengsara atau bahagia. " Kemudian Dia memudahkan jalannya." Al-'Aufi meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, kemudian Dia mempermudah keluarnya dari perut ibunya. Dan demikian juga yang dikemukakan oleh Ikrimah, adh-Dhahhak, Abu Shalih, Qatadah, as-Suddi, dan menjadi pilihan Ibnu Jarir, dan juga Mujahid berkata demikian. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah: "Sesungguhnya Kami telah memberinya petunjuk kepada jalan yang lurus, maka apakah yang demikian akan disyukuri atau diingkari?" (QS. Al-Insaan/76: 3). Maksudnya, Allah telah jelaskan dan mudahkan kepadanya. Demikianlah yang dikatakan oleh al-Hasan dan Ibnu Zaid, dan inilah yang lebih kuat. Wallaahu a'lam.
Dan firman-Nya, " Kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur." Artinya, setelah Dia menciptakannya, maka Dia akan mematikannya dan kemudian menguburkannya. Yakni, Dia jadikan untuknya kuburan.
Firman Allah Ta'ala, " Kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali." Yakni, Dia akan membangkitkannya setelah kematiannya. Dan dari kata itu disebut kata al-ba'ts dan an-nusyur (kebangkitan).
Firman-Nya, " Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya," Ibnu Jarir mengatakan:" Allah Jalla Tsanaa-uhu berfirman, 'sekali-kali', masalahnya tidak seperti apa yang katakan oleh orang kafir ini bahwa dia telah menunaikan hak Allah atas dirinya baik berkenaan dengan dirinya maupun harta bendanya. " Manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya." Dia (Allah) menyatakan bahwa orang kafir itu belum menunaikan berbagai kewajiban yang telah diwajibkan oleh Allah kepadanya.
Kemudian diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim melalui jalan Ibnu Abi Najih dari Mujahid, mengenai firman-Nya " Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya," dia mengatakan: "Tidak seorang pun menunaikan semua yang diwajibkan kepadanya selamanya."
Hal yang sama juga diceritakan oleh al-Baghawi dari alHasan al-Bashri. Dan saya tidak pernah mendapatkan satu pendapat pun dari orang-orang terdahulu mengenai hal ini kecuali pendapat di atas. Dan menurut saya mengenai makna tersebut, wallaahu a'lam, bahwa makna: "Kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali," yakni membangkitkannya, " Sekalikali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya," maksudnya, dia tidak mengerjakannya sekarang hingga waktu berakhir dan berakhir pula ketetapan Allah bagi anak cucu Adam bagi siapa yang ditakdirkan Allah untuk mengadakan dan mengeluarkannya ke dunia ini. Dan Allah Ta'ala memerintahkan hal tersebut, baik dalam hal penciptaan maupun penetapan. Dan jika hal itu sudah berakhir di sisi Allah, maka Dia akan membangkitkan semua makhluk dan mengembalikan mereka seperti pertama kali Dia menciptakan.
Dan firman Allah Ta'ala, "Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya." Dalam firmanNya ini terkandung upaya mengingatkan akan pemberian karunia. Selain itu, terkandung juga dalil penumbuhan tumbuh-tumbuhan dari bumi yang mati untuk menunjukkan penghidupan kembali jasad-jasad setelah sebelumnya berupa tulang-belulang yang berserakan dan tanah yang bertebaran.
" Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit)." Maksudnya, Kami telah menurunkan air dari langit ke bumi. "Kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya." Yakni Kami tempatkan air itu di sana, lalu ia masuk ke dalam lapisanlapisan tanah, selanjutnya masuk ke dalam biji-bijian yang terdapat di dalam bumi, sehingga tumbuh, tinggi, dan tampak di permukaan bumi. " Lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu. anggur dan sayur-sayuran" Yang dimaksud al-habb di sini adalah semua biji-bijian. Dan kata 'inab sudah sangat populer, yaitu anggur. Sedangkan qadhban berarti sejenis sayur-sayuran yang biasa dimakan mentah oleh binatang. Dan ada juga yang menyebutnya dengan al-qutt. Demikian yang dikemukakan oleh Ibnu 'Abbas, Qatadah, adh-Dhahhak, dan as-Suddi. Sedangkan alHasan al-Bashri mengatakan: "Al-qadhb berarti makanan binatang". " Zaitun," zaitun ini merupakan sesuatu yang sudah populer, yaitu bumbu. Perasannya pun bisa sebagai bumbu, juga untuk menyalakan lampu pelita, dipergunakan untuk meminyaki sesuatu. " Dan pohon kurma," dapat dimakan mentah, hampir matang, atau ruthab (yang sudah matang), atau tamr, baik yang masih mentah atau sudah masak, dan diperas menjadi manisan atau cuka. "Dan kebun-kebun (yang) lebat." Yakni, kebun-kebun. Al-Hasan dan Qatadah mengemukakan: "Ghulban berarti pohon kurma yang lebat lagi rapat." Ibnu 'Abbas dan Mujahid mengatakan: "Ghulban berarti setiap yang merapat dan berkumpul." Dan Ibnu 'Abbas juga mengatakan: "Ghulban berarti pohon yang dapat dijadikan sebagai tempat bernaung." Dan 'Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, dia berkata tentang ayat: " Dan kebun-kebun yang lebat," yaitu tumbuhannya yang tinggi. 'Ikrimah berkata: "Banyaknya pepohonan."
Allah berfirman, " Dan buah-buahan serta rumputrumputan," kata al-faakihah adalah hasil yang dikeluarkan dari tumbuhan berupa buah-buahan. Ibnu 'Abbas berkata: "Al-faakihah adalah sesuatu yang dimakan dalam keadaan berair (basah) dan al-abb adalah sesuatu yang tumbuh dari tanah yang dikonsumsi oleh binatang ternak dan tidak dimakan oleh manusia. 'Atha' berkata: "Sesuatu yang tumbuh dipermukaan tanah disebut dengan al-abb" Ibnu Jarir meriwayatkan dari Anas, ia berkata: 'Umar bin alKhaththab Radiallahu 'anhu pernah membaca, dan ketika sampai pada ayat, dia mengatakan, "Kami telah memahami kata al-faakihah (buah), tetapi apa arti al-abb" Maka beliau bersabda: "Demi Allah, hai Ibnul Khaththab, hal itu adalah takalluf" Dan sanad itu shahih. Hadits tersebut telah diriwayatkan oleh lebih dari satu perawi dari Anas. Dan hal itu berarti juga bahwa dia bermaksud untuk mengetahui bentuk, jenis, dan wujudnya, jika tidak maka setiap orang yang membaca ayat ini akan mengetahui bahwa ia adalah salah satu aari tumbuhan bumi. Hal itu didasarkan pada firman-Nya, " Lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayursayuran, zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan."
Dan firman Allah Ta'ala, " Untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu." Yakni, sebagai bekal hidup dan untuk binatang ternak kalian di dunia ini sampai hari Kiamat.
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRAL
جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء
Comments