Menggali Tafsir & Faedah Ayat Puasa (5)
- Muhammad Basyaib
- 20 Apr 2021
- 3 menit membaca
Penulis: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.P.I. Hafizahullah
Dipublish: Moeslim Book Central
“agar kalian bertakwa.”
Kemudian Allah berfirman, ” Supaya kalian menjadi orang yang bertakwa.” Jadi maksud pokok dari Allah Subhanahu wa ta'ala mensyari'atkan puasa kepada kita adalah supaya kita menjadi orang yang bertakwa. Ketika kita berpuasa, kita dilatih utuk meninggalkan hal-hal yang mubah (boleh dikerjakan) semata-mata karena perintah Allah Subhanahu wa ta'ala. Jika kita telah merasa mudah untuk meninggalkan hal-hal yang mubah semata-mata karena perintah Allah Subhanahu wa ta'ala dan karena takut pada Allah Subhanahu wa ta'ala, lantas mengapa kita merasa berat untuk meninggalkan hal-hal yang Allah haramkan? Seharusnya dan tentunya meninggalkan hal-hal yang Allah larang itu lebih terasa ringan daripada meninggalkan hal-hal yang mubah.
Diantara makna takwa dalam ayat ini jika dikaitkan dengan konteks puasa adalah bertakwa kepada Allah dengan menjauhi larangan-larangan puasa terutama hal-hal yang membatalkan puasa. Syaikh Abdurrahman as-Sa’di mengatakan, “Diantara bentuk takwa yang menjadi kandungan puasa adalah orang yang berpuasa meninggalkan makan, minum, hubungan biologis dan lain-lain yang Allah haramkan bagi orang yang berpuasa. Padahal itu semua adalah suatu hal yang disukai oleh jiwa orang yang berpuasa. Hal ini dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dan berharap pahala dengan meninggalkannya. Ini adalah bagian dari takwa.” *Tafsir al-Karim ar-Rahman hlm 84, Dar Ibnul Jauzi*
Demikian juga Allah katakan, “Supaya kalian menjadi orang yang bertakwa.” Potongan ayat ini menunjukkan bahwa maksud pokok disyari'atkannya puasa adalah untuk menuju jiwa yang taqwa dan bukan semata-mata sehatnya badan. Oleh karena itu, ayat ini bisa kita katakan mengandung isyarat tidak benarnya konten hadits yang terkenal, yang sering disampaikan oleh banyak orang di bulan Ramadhan. Itulah hadits yang mengatakan, “Puasalah kalian niscaya kalian akan berbadan sehat.” (HR Ibnu Sunni dari Abu Hurairah, dinilai dhaif oleh al-Albani dalam Dhaif al-Jami’ ash-Shaghir no 3504).
Ini adalah suatu hal yang tidak benar. Hadits ini lemah dari sisi sanad, demikian juga bermasalah dari kandungan maknanya. Hadits tersebut mengatakan bahwa tujuan puasa adalah badan sehat padahal Allah katakan tujuan syariat puasa adalah menuju jiwa yang takwa.
Demikian juga sebagaimana kita ketahui bersama bahwa orang yang sakit ketika bulan Ramadhan itu diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Ketika berpuasa itu menyebabkan sakit semakin parah ataupun kesembuhan semakin lama, terlarang (baca: makruh) untuk berpuasa. Seandainya puasa itu menyebabkan sehat tentu orang yang sakit diperintahkan dan disyariatkan untuk berpuasa supaya sembuh dari segala penyakit yang ada pada dirinya dan menimpa badannya.
Demikianlah pembahasan berkaitan dengan isi dan kandungan firman Allah Subhanahu wa ta'ala di surat Al-Baqarah ayat 183. Seiring doa kepada Allah Subhanahu wa ta'ala agar Allah berikan keberkahan kita di bulan Ramadhan ini sehingga kita menjadi orang yang bisa sungguhsungguh memanfaatkannya dengan baik.
Kandungan Ayat:
1. Urgensi ibadah puasa karena kewajiban puasa dibuka dengan panggilan. Puasa adalah konsekuensi dari iman oleh karena itu perintah puasa ditujukan kepada orang-orang yang beriman. Tidak berpuasa itu merusak keimanan.
2. Ayat di atas menunjukkan kewajiban berpuasa.
3. Ibadah puasa juga diwajibkan kepada umatumat terdahulu.
4. Seorang itu dihibur dengan diberi informasi bahwa kewajiban yang sama juga diwajibkan kepada orang lain. Dengan demikian orang tersebut merasa ringan untuk mengerjakan kewajiban tersebut.
5. Hikmah diwajibkannya puasa adalah takwa kepada Allah.
6. Karena demikian istimewanya puasa sepatutnya seorang muslim melakukan hal-hal yang mengantarkan kepada ketakwaan. Allah wajibkan puasa untuk tujuan ini yaitu menjadi insan yang bertakwa. Hal ini menunjukkan bahwa takwa adalah tujuan yang sangat mulia.
7. Diantara hikmah Allah adalah disyariatkannya aneka ragam ibadah. Tujuannya adalah agar berbagai ibadah tersebut bisa menjadi ujian yang sempurna bagi semua manusia. Amalan yang paling berat bagi masing-masing orang itu berbeda-beda. Ada yang merasa berat membayar zakat. Ada yang ringan untuk bayar zakat namun berat untuk mengerjakan shalat. Ada yang merasa ringan untuk membayar zakat dan mengerjakan shalat namun berat untuk berpuasan dan seterusnya.
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRAL
جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء
Comments