Menggali Tafsir & Faedah Ayat Puasa (2)
- Muhammad Basyaib
- 20 Apr 2021
- 2 menit membaca
Penulis: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.P.I. Hafizahullah
Dipublish: Moeslim Book Central
Allah buka firman-Nya dengan mengatakan, ” Wahai orang-orang yang beriman!, ” yang ini jika dalam bahasa Arab, bagi orang yang pernah belajar bahasa Arab, akan mengerti bahwasanya kalimat ini ditujukan kepada laki-laki. Karena kata (aamanuu) diperuntukkan bagi laki-laki. Demikian juga (alladzina) berbeda dengan (allaa’i) dan (allati). Jadi dalam bahas Arab - dan - digunakan untuk laki-laki.
Meskipun demikian, sebagaimana kita ketahui bersama, kewajiban puasa Ramadhan tidak hanya mengikat dan berlaku untuk laki-laki namun juga mengikat laki-laki dan perempuan. Hal ini adalah karena satu kaedah penting dalam agama bahwasanya perintah Allah Azza wa jalla dan rasul-Nya yang ditujukan kepada laki-laki itu berlaku untuk perempuan. Demikian juga aturan syariat yang ditujukan kepada perempuan dan menggunakan kata-kata yg digunakan untuk perempuan itu berlaku untuk laki-laki, kecuali jika terdapat dalil tegas dan jelas yang menunjukkan bahwa yang Allah maksudkan dan inginkan dengan perintah tersebut hanya untuk laki-laki tanpa perempuan. Mengingat sabda Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, dan yang lain, Nabi katakan, “Sesungguhnya perempuan itu adalah bagian dari laki-laki dalam berbagai perintah Allah Azza wa jalla dan rasul-Nya.” *H.R Abu Daud No.236 dan Ahmad No.26195 dihasankan oleh Syaikh Al-Albani.*
Berdasarkan hadits ini, segala perintah yang ditujukan kepada perempuan berlaku untuk laki-laki. Demikian juga sebaliknya perintah yang ditujukan pada laki-laki berlaku itu juga berlaku untuk perempuan. Jadi meskipun kalimat dalam potongan ayat di atas bentuk kalimat yang digunakan untuk laki-laki menurut bahasa Arab, namun perintah berpuasa berlaku untuk semua baik laki-laki ataupun perempuan.
Di dalam ayat ini Allah memerintahkan dan mewajibkan puasa bagi orang-orang yang beriman. Perlu diketahui, bahwasannya kata-kata “orang-orang yang beriman” dalam Al-Qur'an memiliki dua makna dan pengertian:
1. Jika Allah Subhanahu wa ta'ala menggunakan kata-kata “orangorang yang beriman” dalam konteks pujian, pembicaraan tentang penduduk surga, dan orang yang mendapatkan keberuntungan, orang yang beriman maka yang dimaksudkan adalah orang yang beriman dengan keimanan yang sempurna.
2. Sebaliknya, jika kata-kata “orang-orang yang beriman” itu digunakan dalam Al-Qur'an sebagai pembukaan untuk berbagai macam perintah dan larangan, maka maknanya berbeda dengan orang yang beriman dalam konteks pujian dan sanjungan.
Kata-kata “orang-orang yang beriman” ketika itu menjadi pembuka untuk suatu perintah dan larangan itu mencakup orang yang bagus kualitas keimanannya, yang disebut dengan sebutan mu’min, atau orang yang biasa-biasa dan cukup rendah kualitas keimanannya. Sebagaimana terdapat dalam hadits Jibril disebut dengan istilah muslim, bahkan tercakup di dalamnya orang-orang munafik. Oleh karena itu, semua orang-orang yang menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekafiran itu tercakup dalam perintah untuk berpuasa.
“diwajibkan atas kalian berpuasa...”
Allah berfirman selanjutnya, “diwajibkan atas kalian berpuasa.” Ayat ini menunjukkan bahwa puasa itu menjadi kewajiban kita kaum muslimin, orang-orang yang beriman dengan berbagai macam kualitas keimanan, baik orang yang memiliki kualitas unggul dalam iman, kualitas sedang ataupun kualitas rendah. Bahkan orang yang sekedar menampakkan keimanan padahal di dalam hatinya menyembunyikan kekafiran pun tercakup dalam kewajiban ini. Allah mewajibkan mereka semua, tiga kelompok manusia ini, untuk menjalankan ibadah yang disebut dengan ash-shiyam atau puasa.
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRAL
جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء
Comments