MENGENAL 5 KAEDAH DALAM FIQIH (7)
- Muhammad Basyaib
- 4 Mar 2021
- 4 menit membaca
Diperbarui: 5 Mar 2021

Penulis: Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi
Dipublish: Moeslim Book Central
KAEDAH KETIGA | KESULITAN MEMBAWA KEMUDAHAN
Makna Kaedah
Makna kaedah ini sangat jelas yaitu bahwa diantara kaedah agung dalam syariat Islam yang mulia adalah kemudahan, sebab seluruh syariat Islam adalah mudah, lebih-lebih jika ada kesulitan seperti sakit, safar dan sebagainya maka Islam akan menambah kemudahan tersebut dengan memberikan rukhshoh (keringanan) sebagai kemudahan dan rahmat dari Allah Subhanahu wa ta'ala kepada para hambaNya.
DALIL-DALIL KAEDAH
Semua kita sepakat bahwa Islam merupakan agama yang mudah, mencintai dan menganjurkan kemudahan. Banyak sekali dalildalil yang mendasari hal ini, di antaranya:
1. Dalil Al-Qurāan
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. (QS. Al-Baqarah: 185)
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. (QS. An-Nisaā: 28)
Dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (QS. Al-Haj: 78)
2. Dalil Hadits
Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: āSesungguhnya agama ini mudahā (HR. Bukhari: 39)
Tatkala Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam mengutus Muadz bin Jabal dan Abu Musa alAsyāari d ke Yaman, beliau berpesan kepada keduanya: āHendaknya kalian mempermudah dan jangan mempersulit, berikanlah kabar gembira dan jangan membuat lari, saling membantu dan jangan berselisihā (HR. Bukhari 3038 dan Muslim 1733)
Aisyah Radiallahu 'anha berkata: āTidaklah Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam diberi pilihan di antara dua perkara kecuali beliau memilih yang paling ringan selagi hal tersebut bukan dosa. Adapun bila hal tersebut merupakan dosa maka beliau adalah orang yang paling jauh darinyaā. (HR. Bukhari 3560 dan Muslim 2327)
Masih banyak dalil-dalil lainnya lagi. Imam asy-Syathibi Rahimahullah mengatakan: āDalil-dalil tentang kemudahan bagi umat ini telah mencapai derajat yang pastiā. *Al-Muwafaqot 1/231.*
MACAM-MACAM KEMUDAHAN
Kemudahan dalam Islam terbagi menjadi dua macam:
1. Kemudahan asli
Semua syariāat dan hukum Islam, semuanya adalah mudah. Inilah yang biasa dimaksud dalam banyak dalil. Imam Ibnu Hazm Rahimahullah berkata: āSemua perintah Allah Azza wa jalla kepada kita adalah mudah dan tidak berat. Dan tidak ada kemudahan yang lebih daripada sesuatu yang mengantarkan manusia menuju surga dan menjauhkan mereka dari nerakaā. *Al-Ihkam 2/176.*
2. Kemudahan karena ada sebab
Semua syariāat pada asalnya mudah, sekalipun demikian bila ada sebab maka Allah Azza wa jalla menambah kemudahan lagi, seperti orang safar diberikan keringanan untuk qoshor dan jamaā, orang tidak bisa berwudhu diberi keriganan untuk tayammum dan seterusnya.
RAMBU-RAMBU KEMUDAHAN
Para ulama telah meletakkan beberapa patokan dan syarat *Lihat Qowaidul Ahkam al-Izzu bin Abdus Salam 2/7, Al-Asybah wa Nadhoir as-Suyuthi hlm. 80-81, al-Muwafaqot asy-Syathibi 1/302-303, Dhowabit al-Maslahah al-Buthi hlm. 278, Rofāul Haroj Ibnu Humaid hlm. 143-146, Manhaj Taisir al-Muāashir ath-Thowil hlm. 55-56.* untuk melaksanakan kaedah kemudahan, di antaranya:
1. Benar-benar ada udzur yang membolehkannya mengambil keringanan
2. Adanya dalil syarāi yang membolehkan untuk mengambil keringanan, sebab keringanan yang hakiki adalah dengan mengikuti dalil bukan dengan menyelisihinya.
3. Mencukupkan pada kebutuhan saja dan tidak melampui batas dari garis yang telah ditetapkan oleh dalil.
Demikianlah patokan-patokan ketat yang diletakkan oleh para ulama berdasarkan dalil-dalil, sehingga menjadikan mereka bisa meletakkan perkara pada tempatnya. Namun, dengan kemajuan zaman, asingnya agama dan lemahnya para pembela agama, maka bermunculanlah sekelompok manusia yang melenceng dari jalan yang lurus, sehingga mereka memungut pendapat-pendapat nyeleneh dan ganjil dalam masalah hukum, bahkan dalam masalah aqidah!!
Sangat disayangkan, banyak orang mensalahgunakan kemudahan syariāat ini bukan pada tempatnya, sehingga jatuhlah mereka dalam lembah kegelapan dan jalan yang meruwetkan, mereka memungut pendapat-pendapat ganjil ulama sesuai dengan hawa nafsu mereka, baik dalam masalah hukum, bahkan dalam masalah aqidah!!
Bukankah paham liberalisme yang menilai bahwa semua agama sama, semua agama menuju surga merupakan seruan yang meruntuhkan aqidah walaā dan baroā?! Namun, semua itu oleh para pengusungnya diperjuangkan dengan dalih bahwa Islam adalah agama yang rohmatan lil alamin (membawa kasih sayang bagi alam semesta)!!
Dalam masalah hukum, cukup banyak contohnya, bukankah para ulama telah bersepakat bahwa wanita tidak boleh menjadi pemimpin Negara *Lihat Syarh Sunnah al-Baghowi 10/77, al-Fishol fil Milal wan Nihal 3/110-111, Tafsir al-Qurthubi 13/122-123.* ?! Bukankah para ulama telah bersepakat wajibnya memelihara jenggot *Lihat Marotibul Ijmaā Ibnu Hazm hlm. 57, al-Iqnaā fi Masail Ijmaā Ibnul Qoththon 2/299, al-Ikhtiyarat Ibnu Taimiyyah hlm.10, al-Ibdaā fi Madhril Ibtidaā Ali Mahfudh hlm. 384.* ?! Bukankah para ulama telah bersepakat tentang haramnya jabat tangan dengan wanita *Lihat Risalah Adillatu Tahrim Mushofahah Ajnabiyyah oleh Syaikh Muhammad bin Ahmad Ismail,* ?! Lantas, bandingkanlah semua itu dengan hujatan para pengusung fiqih ākemudahan semuā yang mencabik-cabik ijmaā tersebut hanya dengan alasan kemoderan zaman dan kemudahan Islam?! Seperti inikah cara memahami kemudahan Islam?! *Lihat contoh-contoh lainnya dalam kitab Irsal Syuwath āala Man Tatabbaāa Syawadh oleh Sholih bin Ali asy-Syamroni. *
Ketahuilah wahai saudaraku, hendaknya kita tujuan utama kita adalah ridho Allah Azza wa jalla, janganlah kita terpedaya dengan keridhoan manusia sehingga mengotak-atik ayat dan hadits agar sesuai dengan kebanyakan masyarakat. Dikisahkan ada seorang ahli ilmu pernah mengatakan: āTatkala bencana cukur jenggot telah melanda negeri timur, sehingga orang yang dianggap alimpun ikut-ikutan cukur jenggot karena khawatir ditertawakan masyarakatnya, maka saya mencari-cari dengan penuh kesungguhan untuk mencari dalil yang membolehkan cukur jenggot, sehingga para alim tersebut terbebas dari keharamanā¦ā *Manhaj Taisir Muaāshir Abdullah bin Ibrahim ath-Thowil hlm. 64 dan ad-Daāwah Ila Allah Taqiyuddin al-Hilali hlm. 162. *
Perhatikanlah, bagaimana dia menyakini terlebih dahulu baru kemudian mencari-cari dalilnya sehingga dia akan memaksakan dalil agar sesuai dengan keyakinan pertamanya. Sungguh ini adalah metode yang amat berbahaya sekali.
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRALŲ¬ŁŲ²ŁŲ§ŁŁŁ Ł Ų§ŁŁŁŁ Ų®ŁŁŁŲ±ŁŲ§ ŁŁŲ«ŁŁŁŲ±ŁŲ§ ŁŁŲ¬ŁŲ²ŁŲ§ŁŁŁ Ł Ų§ŁŁŁŁ Ų§ŁŲŁŲ³ŁŁŁ Ų§ŁŁŲ¬ŁŲ²ŁŲ§Ų”


Komentar