top of page

MENGENAL 5 KAEDAH DALAM FIQIH (4)

Diperbarui: 5 Mar 2021



Penulis: Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi

Dipublish: Moeslim Book Central



D. Macam-Macam Niat dan Fungsinya

Niat ada dua macam:


1. Niat amal. Yaitu niat seseorang dalam beramal, hal ini biasa dibahas oleh para ulama fiqih. Niat ini memiliki dua fungsi:


Pertama: Membedakan antara ibadah dengan adat kebiasaan semata, seperti ada seseorang mandi, ada dua kemungkinan antara mandi dengan niat menghilangkan hadats besar (jinabat) atau mandi hanya untuk kesegaran saja.


Kedua: Membedakan antara satu ibadah dengan ibadah yang lain, seperti orang masuk masjid, bisa jadi niatnya shalat tahiyyatul masjid atau bisa jadi shalat sunnah qobliyyah.


2. Niat ma’mul lahu. Yaitu untuk siapa amalan tersebut, yang biasa dibicarakan oleh ulama’ ahli suluk dan tazkiyatun nufus, yaitu seseorang dalam beribadah apakah niatnya untuk Allah Subhanahu wa ta'ala (Ikhlas) atau untuk lainnya (riya’). *Majmu’ Fatawa 18/256 karya Ibnu Taimiyyah, Al-Irsyad Ila Ma’rifatil Ahkam hlm. 449 oleh Syaikh As-Sa’di Rahimahullah, Maqoshidul Mukallafina hlm. 109-110 oleh Dr. Sulaiman alAsyqor.*


E. Jangan Cuma “Yang Penting Kan Niatnya”

Sebagian orang ada yang salah dalam menerapkan kaedah ini, mereka mengatakan bahwa semua amal perbuatan itu tergantung niatnya, baik amal tersebut baik ataupun jelek, sehingga atas dasar ini mereka mengatakan bahwa orang yang melakukan perbuatan haram seperti bid’ah dan maksiat bisa berpahala karena niat mereka sehingga sering kita dengar mereka mengatakan: “Yang penting kan niatnya baik”!!!.


Untuk menjawab syubhat ini *Lihat bantahannya secara luas dalam Ilmu Ushul Bida’ karya Syaikh Ali bin Hasan AlHalabi.* maka perlu diipahami bahwa dalam memahami dalil jangan hanya mengambil satu atau dua buah dalil serta meninggalkan lainnya, namun hendaklah dia melihat semua dalil syar’i yang berhubungan dengan masalahnya lalu baru dia hukumi.


Sesungguhnya berdalil dengan kaedah ini untuk hal di atas adalah sebuah kesalahan fatal, karena kaedah ini hanya menjelaskan salah satu pokok diterimanya sebuah amal, yaitu masalah ikhlash kepada Allah Azza wa jalla dalam semua amal perbuatan yang dilakukannya. Dan masih ada satu pokok lagi yang harus dipenuhi, yaitu mengikuti sunnah Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam dalam apa yang dia kerjakan. Berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam: Dari Aisyah berkata : “Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Barang siapa yang melakukan sebuah amal perbuatan yang tidak ada contohnya dari kami maka amal perbuatan itu tertolak.” (HR. Muslim : 1718)


Kaedah diatas adalah timbangan amalan bathin sedangkan hadits Aisyah adalah timbangan amal perbuatan dhohir.


Alangkah indahnya atsar dari Said bin Musayyib Rahimahullah, ia melihat seorang laki-laki menunaikan shalat setelah fajar lebih dari dua rakaat, ia memanjangkan rukuk dan sujudnya. Akhirnya Said bin Musayyib pun melarangnya. Orang itu berkata: “Wahai Abu Muhammad, apakah Allah akan menyiksaku dengan sebab shalat? “Beliau menjawab tidak, tetapi Allah akan menyiksamu karena menyelisihi As-Sunnah”. *Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi dalam Sunan Kubra 2/466 dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Irwaul Gholil 2/236.*


Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani Rahimahullah mengomentari atsar ini: “Ini adalah jawaban Said bin Musayyib yang sangat indah. Dan merupakan senjata pamungkas terhadap para ahlul bid’ah yang menganggap baik kebanyakan bid’ah dengan alasan dzikir dan shalat, kemudian membantai Ahlus Sunnah dan menuduh bahwa mereka (Ahlu Sunnah) mengingkari dzikir dan shalat! Padahal sebenarnya yang mereka ingkari adalah penyelewengan ahlu bid’ah dari tuntunan Rasul Shalallahu 'alaihi wa sallam dalam dzikir, shalat dan lainlain”. *Irwaul Ghalil 2/236*


F. Benalu Perusak Niat’

Ada beberapa hal yang menjadi perusak niat seorang. Hendaknya dia mengenalinya untuk mewaspadainya:


1. Kebodohan

Kebodohan adalah sumber segala keburukan sebagaimana ilmu adalah sumber segala kebaikan.


2. Was-Was Syaitan

Syaitan adalah musuh bebuyutan anak Adam yang berusaha semaksimal mungkin untuk menggoda dan merusak amal ibadah mereka. Diantara jerat-jerat Iblis adalah menyusupkan was was dalam niat anak Adam sehingga mereka berada dalam kebingungan dan keraguan.


3. Penyakit Hati

Hati bagaikan raja untuk seluruh anggota tubuhnya. Jika hati telah rusak maka akan menimbulkan kerusakan pada lainnya seperti cinta dunia, cinta populeritas dan pujian manusia, tamak terhadap harta dan tahta, fitnah syubhat dan syhawat. *Lihat buku “Niat, Penentu Amal” hlm. 103-117 oleh Al-Ustadz Abu Yahya Badru Salam Lc.*


G. Contoh Penerapan Kaedah

Contoh-contoh penerapan kaedah ini tentang pengaruh niat dalam kehidupan baik ibadah ataupun mumalah banyak sekali. Diantaranya:


1. Orang yang membantah ahli bid’ah dan kelompok sesat. Jika niatnya adalah untuk nasehat dan memperingatkan umat dari kejelekan maka bernilai ibadah, tetapi jika sekedar pelampiasan amarah, kedengkian dan nafsu maka berdosa.


2. Orang yang melakukan amalan-amalan mubah seperti tidur atau makan, kalau dia berniat dengan makannya atau tidurnya untuk bisa menjalankan ibadah kepada Allah Azza wa jalla, maka berubah menjadi ibadah yang berpahala, namun kalau tidak berniat sama sekali dan cuma karena sudah kebiasaannya dia makan dan tidur saja, maka dia tidak mendapatkan apa-apa.


3. Orang yang thawaf mengelilingi rumah sebanyak tujuh kali. Jika niatnya adalah ibadah tahawaf maka hukumnya haram karena thawaf khusus di Ka’bah saja, tetapi jika dia mengelilingi tersebut karena olah raga atau mencari uang yang hilang maka boleh.


4. Orang yang memanggil istrinya: “Dek, Ummi” dan sebagainya. Jika dia meniatkan zhihar (menyamakan sitri dengan ibu atau mahramnya dalam pengharaman nikah) maka tidak boleh, tetapi jika hanya sekedar panggilan harmonis semata maka boleh.


5. Jika seorang mengatakan kepada istrinya: ‘Pulanglah ke rumah ortumu”. Jika meniatkan thalak maka jatuh thalak tetapi jika tidak meniatkan thalak maka tidak jatuh thalak.


 

Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :



MOESLIM BOOK CENTRAL


جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء


Postingan Terakhir

Lihat Semua
RUJUK DAN HULU' (2)

Oleh : Syaikh Muhammad bin Ibrahim at-Tuwayjiriy Disalin dari : Kitab RINGKASAN FIQIH ISLAM Dipublish : Moeslim Book Central HULU'  ◾...

 
 
 
RUJUK DAN HULU' (1)

Oleh : Syaikh Muhammad bin Ibrahim at-Tuwayjiriy Disalin dari : Kitab RINGKASAN FIQIH ISLAM Dipublish : Moeslim Book Central ROJ'AH...

 
 
 

留言


© 2023 by Money Savvy. Proudly created with wix.com

Get Social

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey LinkedIn Icon
  • Grey YouTube Icon
bottom of page