MENGENAL 5 KAEDAH DALAM FIQIH (2)
- Muhammad Basyaib
- 4 Mar 2021
- 3 menit membaca
Diperbarui: 5 Mar 2021

Penulis: Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi
Dipublish: Moeslim Book Central
Hukum Berhujjah Dengan Kaedah Fiqhiyyah?
Apakah kaedah-kaedah fiqih ini boleh dijadikan sebagai sebuah hujjah ?
Jawabnya : masalah ini perlu diperinci:
Pertama : Jika kaedah itu terambil dari nash al Qur’an dan as Sunnah as Shahihah atau didukung oleh keduanya, maka tidak diragukan lagi bahwa kaedah itu adalah hujjah, karena berhujjah dengan kaedah tersebut sama saja dengan berhujjah dengan nash yang menjadi sandaran utamanya.
Kedua : Adapun kaedah fiqih yang tersusun berdasarkan ijtihad para ulama’ yang tidak berdasarkan dalil yang jelas, maka tidak bisa dijadikan dalil hanya saja dijadikan sebagai penopang dan pendukungnya. *Al-Qowaid Al-Kulliyyah wa Dhowabith Fiqhiyyah hlm. 87 oleh Dr. Utsman Syubair.*
Macam-Macamnya:
Kaedah fiqih kalau ditinjau dari luas dan sempitnya pembahasan dan permasalahan, terbagi menjadi tiga macam:
1. Kaedah-kaedah besar
• Amal perbuatan itu tergantung niatnya
atau yang masyhur dengan istilah :
“Semua perkara itu tergantung pada tujuannya.”
• Sesuatu yang yakin tidak bisa hilang dengan keraguan
• Kesulitan membawa kemudahan
• Tidak boleh berbuat sesuatu yang membahayakan
• Sebuah adat kebiasaan itu bisa dijadikan sandaran hukum
2. Kaedah-kaedah tidak besar
Yaitu kaedah yang tidak masuk dalam kaedah besar diatas, meskipun cakupannya juga luas, namun tidak seluas kaedah-kaedah besar. Contohnya kaedah : “Kondisi darurat bisa membolehkan sesuatu yang terlarang.”
3. Kaedah dalam satu bab
Yaitu kaedah yang hanya memiliki kawasan permasalahan yang sempit. Yang ini biasanya hanya berlaku untuk satu bab saja. Kaedah-kaedah ini yang disebut oleh para ulama’ dengan: Dhowabith
Misalnya kaedah : Asal hukum air itu suci.
Kaedah ini hanya pada permasalahan air saja dan tidak berlaku pada yang lainnya.
Manfaat Mempelajarinya
Mengetahui manfaat mempelajari suatu bidang ilmu sangat penting agar menjadi motivasi kita untuk semangat mempelajarinya. Al-Futuhi Rahimahullah pernah berkata: “Hendaknya bagi orang yang mempelajari suatu ilmu untuk memiliki gambaran tentangnya dan mengetahui tujuan dan buah yang akan dia petik bila mempelajarinya”. *Mukhtashor at-Tahrir hlm. 8.*
Dan mempelajari kaedah-kaedah fiqih sangat penting sebab permasalahan dalam fiqih banyak sekali dan terus berkembang sesuai perkembangan zaman.
Banyak faedah yang bisa dipetik dari belajar dan mengetahui kaedah fiqhiyyah, diantaranya:
Pertama: Sebuah kaedah fiqhiyyah bisa digunakan untuk mengetahui banyak permasalahan fiqhiyyah yang tercakup dalam pembahasannya.
Dan ini akan sangat memudahkan seorang penuntut ilmu untuk mengetahui hukum-hukm fiqih tanpa harus menghafal sebuah permasalahan satu persatu, karena masalah-masalah dalam fiqih itu banyak sekali. Dalam madzhab Hanafi saja disebutkan masalah fiqihnya mencapai 500 ribu masalah *Al-Qowaid Al-Fiqhiyyah oleh Ba Husain hlm. 15.*, lantas bagaimana dengan madzhab lainnya, dan bagaimana pula dengan perkembangan zaman sekarang?!!
Berkata Imam Al Qorrofi Rahimahullah : “Barang siapa yang menguasai fiqih lewat penguasaan kaedah-kaedahnya, maka dia tidak butuh untuk menghafal semua permasalahannya satu persatu karena sudah tercakup dalam keumuman kaedah tersebut. *Al Furuq Al Qorrofi 2/115.*
Kedua: Penguasaan kaedah fiqhiyyah akan sangat membantu seseorang dalam memberikan sebuah hukum yang kontemporer dan belum pernah terjadi sebelumnya dengan cara yang mudah. Sebab, Islam ini agama yang sempurna tetapi kesempurnaan Islam bukan dengan membahas satu persatu masalah namun dengan memberikan kaedah-kaedah indah. Tinggal kita mau mempelajarinya taukah tidak.
Alangkah bagusnya ucapan Imam asy-Syafi’i Rahimahullah tatkala mengatakan: “Tidak ada suatu masalah baru-pun yang menimpa seorang yang memiliki pengetahuan agama kecuali dalam Al-Qur’an telah ada jawaban dan petunjuknya”.*Ar-Risalah hlm. 20.*
Ketiga: Mengetahui keindahan syariat Islam dan intisari syariat. Dengan mempelajari kaedah fiqih, kita akan semakin bangga dan yakin dengan agama Islam yang releven untuk setiap zaman dan tempat, dan mampu menjawab perbagai permasalahan dan tantangan zaman.
Inilah yang diisyaratkan Al-Qorrofi tatkala mengatakan: “Kaedah-kaedah yang mulia dan agung sekali, mengandung rahasia-rahasia syariat dan hikmah-hikmahnya”. *Al Furuq Al Qorrofi 1/2.* Ibnu Asyur Rahimahullah juga mengatakan: “Kaedah fiqih diambil dari berbagai masalah cabang fiqih yang banyak dengan mengetahui hubungannya dengan tujuan pokok syariat dan keindahan syariat”. *Maqoshidu Syariah hlm. 6..*
Keempat: Agar ilmu fiqihnya kuat dan kokoh. Lihatlah para ulama yang mantap ilmunya, rata-rata mereka adalah memiliki pengetahuan kaedah-kaedah yang sangat matang, seperti Syaikhul Islam ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qoyyim yang banyak perhatian tentang masalah kaedah-kaedah. Oleh karenanya, termasuk kesalahan dalam menuntut ilmu adalah jika hanya menyibukkan dengan perkara-perkara cabang masalah fiqih namun tidak mempelajari kaedah-kaedahnya. Contoh, dia menyibukkan dengan perincian bab air secara detail dan terperinci tapi ternyata dia berada di samudera luas tanpa kaedah sehingga dia berenang tanpa mengetahui jurus renang dan akhirnya diapun tenggalam. Al-Qorrofi Rahimahullah mengatakan: “Barangsiapa yang mempelajari cabang masalah tanpa kaedahnya maka dia akan plin-plan, goncang dan tidak mapan”. *Al-Furuq 1/3.*
Semoga yang sedikit ini menjadi pengantar kita untuk lebih memahami ilmu kaedah fiqih lebih mapan lagi.
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRAL
جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء
Comentarios