MENGENAL 5 KAEDAH DALAM FIQIH (1)
- Muhammad Basyaib
- 4 Mar 2021
- 3 menit membaca
Diperbarui: 5 Mar 2021

Penulis: Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi
Dipublish: Moeslim Book Central
Allah Azza wa jalla menciptakan manusia untuk ibadah. Dan agar ibadah diterima di sisi Allah w maka harus dibangun di atas cahaya ilmu. Oleh karenanya, diantara ilmu penting yang hendaknya dipelajari adalah ilmu fiqih *Imam Ibnul Jauzi Rahimahullah mengatakan: “Bukti utama tentang keutamaa suatu ilmu adalah melihat pada buahnya. Barangsiapa mengamati buah ilmu fiqih, niscaya dia akan memahami bahwa fiqih adalah ilmu yang paling utama, sebab para ulama madzhab unggul dari lainnya dalam masalah fiqih sekalipun di zaman mereka ada yang lebih berilmu dari mereka dalam ilmu Al-Qur’an, hadits dan bahasa”. (Shaidul Khothir hlm. 289)* agar ibadah dan muamalah kita benar sesuai rambu-rambu Islam. Dan agar ilmu fiqih kita kuat dan tidak kropos maka harus dibangun di atas landasan yang kokoh. Di sinilah pentingnya kita mempelajari kaedah-kaedah fiqih.
Al-Qorrofi Rahimahullah mengatakan: “Setiap fiqih yang tidak dibangun di atas kaedah-kaida maka itu bukanlah fiqih yang sejati”. *Adz-Dzakhiroh 1/55* Syaikhul Islam Rahimahullah juga mengatakan: “Seorang harus memiliki landasan pokok untuk menilai suatu permasalahan agar berbicara sesuai ilmu dan adil.” *Minhaj Sunnah Nabawiyyah 5/83.* Beliau juga mengatakan: “Seorang mufti (ahli fatwa) harus pintar meletakkan permasalahan di atas kaedahkaedah dan menerapkannya atas permasalahan tersebut”. *Al-Istiqomah hlm. 3*
Muqoddimah Tentang Kaedah Fiqih
Sebelum memasuki lebih lanjut tentang ilmu kaedah fiqih, perlu kita ketahui secara ringkas beberapa hal penting tentang ilmu ini5 :
Makna Kaedah Fiqih
Kaedah secara bahasa pondasi dan dasar, sedangkan fiqih secara bahasa pemahaman. Adapun secara istilah artinya dasardasar syar’i yang mencakup luas cabang-cabang permasalahan fiqih untuk diketahui hukumnya.
Sumber Kaedah Fiqhiyyah
Setiap kaedah fiqih maka harus dilandasi dalil dari Al-Qur’an, hadits, ijma atau qiyas atau maqoshid syariah (tujuan pokok syariat).
1. Kaedah fiqih yang diambil dari nash Al Qur’an Misalnya firman Allah Azza wa jalla : “Dan janganlah kalian memakan harta sesama kalian denga cara yag bathil.” (QS. Al Baqarah : 188)
Dan masih banyak lagi contohnya. *Bacalah buku yang bagus Qowaid Qur’aniyyah karya Dr. Umar bin Abdillah al-Muqbil. Di dalamnya terdapat kaedah-kaedah penting dalam Al-Qur’an.*
2. Kaedah yang diambil dari sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam adalah : “Tidak boleh berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain.”
Dan masih banyak lagi contoh lainnya. *Imam Nawawi Rahimahullah telah mengumpulkan beberapa kaedah penting yang diambil dari hadits dalam bukunya yang bermanfaat Arbain Nawawiyyah yang judul aslinya adalah “Al-Arba’in Fi Mabanil Islam wa Qowa’idil Ahkam” (40 Hadits tentang pondasi Islam dan Landasan Hukum), sebagaimana dalam Syarh Bukhari hlm. 117 karya anNawawi.*
3. Kaedah yang diambil dari Atsar ulama seperti: “Setiap Pinjaman yang membawa manfaat maka itu riba”. *Al-Mushonnaf 8/304 oleh Abdurrozzaq*
4. Istinbath dan Penelitian Ulama: “Tidak ada ijtihad jika sudah ada nash”.
Sejarah Perkembangan Kaedah Fiqih
Ilmu ini mengalami perkembangan dalam beberapa fase:
1. Fase Perkembangan
Ilmu ini dimulai dengan adanya beberapa ayat dan hadits Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam yang bisa dianggap sebagai sebuah kaedah yang mencakup banyak permasalahan fiqih, lalu dilanjutkan oleh para ulama dalam kitab mereka. Kalau kita cermati perkataan Imam Syafi’i Rahimahullah dalam beberapa kitabnya maka akan kita dapati bahwa beliau mengungkapkan sebuah kaedah fiqhiyyah, misalnya : “Sebuah keringanan syar’i itu tidak bisa melampaui tempat berlakunya.” (Al Umm 1/80)
2. Fase Penghimpunan Kaedah Fiqih
Kaedah fiqhiyyah baru dikenal sebagai sebuah disiplin ilmu yang tersendiri sekitar abad ke empat hijriyah. Barangkali yang pertama kali dianggap mengumpulkan kaedah- kaedah fiqhiyyah dalam kitab tersendiri adalah Imam Karkhi (beliau wafat tahun 340 H) yang mana beliau memiliki sebuah risalah yang mengandung tiga puluh sembilan kaedah fiqhiyyah yang dikenal dengan “Ushul Karkhi”. Yang kemudian disyarh oleh Muhammad an-Nasafi (537 H).
Kemudian setelah itu para ulama berlomba untuk menulis dalam bidang ini sehingga banyak didapatkan kitab yang berhubungan dan membahas kaedah fiqhiyyah.
3. Fase Kemapanan Kaedah Fiqih
Pada abad 10 Hijriyyah, ilmu kaedah fiqih telah mapan dengan tersusun secara rapi. Diantara yang paling terkenal adalah kitab yang ditulis oleh al-Hafizh As-Suyuthi Rahimahullah yang berjudul Al-Asybah wa Nadhoir. Kitab ini telah diringkas, disyarh, dibikin mandzumah dan sebagainya sebagai bukti perhatian ulama kepadanya.
Demikianlah sampai sekarang ini, para ulama berlomba menulis kaedah fiqih dengan berbagai metode yang mudah dan praktis untuk memudahkan pemahamannya kepada umat.
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRAL
جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء
Comments