top of page

LIMA KAEDAH MENGENAL MADZHAB KAUM MUSYRIKIN



LIMA KAEDAH MENGENAL MADZHAB KAUM MUSYRIKIN

Oleh : Ustadz Abu Zahroh Al-Anwar

Disalin dari Majalah al-Furqon No. 76 Ed. 6 Th.Ke-7_1429H/2008 M

Dipublish : Moeslim Book Central


TAQDIM

Alhamdulillah, sholawat dan saiarn senantiasa tercurah bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, sahabat, dan pengikut setia mereka di dalam kebajikan hingga mendekati hari pembalasan, Amma ba'du.


Ketahuilah, bahwasanya agama Nabi Ibrohim ‘alaihissalam adalah mengikhlaskan peribadatan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata dan meninggalkan kesyirikan.


Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

Dan mereka mengatakan: "Hendaklah kalian menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kalian mendapat petunjuk." Katakanlah: "Tidak, bahkan kami mengikuti aagama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah ia dari golongan orang musyrik." (QS. al-Baqarah [2]: 135)


Dan juga dalam surat an-Nahl ayat: 123

Kemudian kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif" dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. (QS. an-Nahl ayat [16]: 123)


Dan tauhid ibadah inilah yang menjadi hikmah penciptaan jin dan manusia seluruhnya, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla:

Dan tidaklah Aku (Allah) ciptakan jin dan manusia kecuali dengan hikmah agar mereka beribadah hanya kepada-Ku. (QS. adz-Dzariyat [51]: 56)


Tauhid merupakan kewajiban yang paling hakiki bagi umat manusia yang menjadi hak Allah ‘Azza wa Jalla. Selain itu, tauhid juga menjadi syarat utama diterimanya suatu peribadatan, maka tidaklah sah dan tidak pula diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala segala bentuk peribadatan apabila tidak didasari dengan tauhid yang lurus dan benar, sebagaimana wudhu yang menjadi syarat diterimanya sholat seseorang.


Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

...Sungguh jika engkau menyekutukan Allah, benar-benar akan hancur amalanmu dan sungguh engkau benar-benar akan menjadi golongan orang-orang yang merugi. (QS. az-Zumar [39]: 65)


Betapa penting landasan tauhid pada setiap amalan hamba dan betapa besar bahaya kesyirikan apabila dia bercampur dan mengotori suatu amalan, hingga dapat menghancurkan amalan itu bahkan menjadikan pelakunya kekal abadi di dalam neraka. Karena hal inilah, maka mengetahui tentang kesyirikan sangatlah penting, bahkan lebih penting dari pengetahuan dan keilmuan tentang sholat, zakat, puasa, haji dan peribadatan-peribadatan yang lain. Dengan mengetahui kesyirikan tersebut, seseorang akan selamat dari jaring-jaring kesyirikan dengan izin Allah.


KAIDAH DALAM MENGENALI KESYIRIKAN

Di dalam al-Qur'an terdapat lima kaidah agung untuk mengenali kesyirikan orang-orang musyrikin. Dengan memahami kaidah-kaidah tersebut, seseorang akan mengetahui dengan jelas hakekat kesyirikan dan selanjutnya akan dapat melepaskan serta menjaga diri dari jerat jaringjaring kesyirikan.


Berikut ini uraian tentang lima kaidah tersebut, semoga dengannya kita mendapatkan petunjuk jalan yang lurus dan mendapatkan lentera yang terang benderang untuk membedakan antara ketauhidan dan kesyirikan.


KAIDAH PERTAMA

KAUM MUSYRIKIN YANG DIPERANGI NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM MENGAKUI TAUHID RUBUBIYAH


Dalil kaidah ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam: QS. Yunus [10]: 31, QS. al-Mu'minun [23]: 84-85, dan QS. Luqman [31]: 25.


MAKNA KAIDAH


Sesungguhnya orang-orang kafir yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus di tengah-tengah mereka, mengakui dan menetapkan Rububiyah Allah ‘Azza wa Jalla, bahwasanya Allah ‘Azza wa Jalla adalah Pencipta, Pemberi rezeki, dan Pengatur segala urusan di langit dan bumI dan apa yang ada di dalam keduanya.


Berkata lbnu Abil Iz rahimahullah dalam Syarh Aqidah atThohawiyah 1/26: "Tidaklah ada yang mengingkari tauhid ini suatu kelompok (pun) yang dikenal dari kalangan anak keturunan Nabi Adam ‘alaihissalam."


Tetapi pengakuan dan penetapan mereka (orang-orang musyrik) terhadap tauhid rububiyah ini, tidaklah memberi manfaat dan tidak cukup untukdapat mengeluarkan mereka dari kekufuran ataupun memasukkan mereka ke dalam Islam, sebagaimana pembesar-pembesar kafir Quraisy saat itu yang telah mengikrarkan dan mengimani tauhid rububiyah ini, tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala tetap memerintahkan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memerangi mereka dan tidak menganggap mereka sebagai orang-orang muslim.


SEGI PENGAMBILAN DALIL DALAM MENETAPKAN KAIDAH INI


Sebagian umat manusia yang menyekutukan Allah ‘Azza wa Jalla dalam peribadatan, menyangka bahwa tauhid rububiyah iniiah yang menjadi tujuan diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga pertentangan atau peperangan antara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum musyrikin terjadi karena masalah tauhid rububiyah. Mereka juga menyangka bahwa tauhid rububiyah adalah satu-satunya hal pokok yang telah mencukupi agar seseorang dapat terjaga darah dan hartanya di dunia dan selamat dari adzab Allah ‘Azza wa Jalla di akhirat, dan persangkaan mereka iniiah yang akhirnya membuat mereka َِّّsyahadat memaknai ّhanya sebatas bahwasanya tidak ada Pencipta, Pemberi rezeki, dan Pengatur segala urusan langit dan bumi dan apa yang ada di dalam keduanya kecuali Allah ‘Azza wa Jalla.


Maka lihatlah ayat-ayat yang menjadi dalil penetapan kaidah ini. Dalam ayat-ayat tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menumbangkan argumentasi mereka hingga ke akar-akarnya, dan perhatikanlah salah satunya dalam firman Allah ‘Azza wa Jalla:

Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan pengiihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka Katakanlah "Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" (QS. Yunus [10]: 31)


Dalam ayat ini terdapat dua hal yang menjadi bantahan bagi argumentasi mereka:


1. Firman Allah ‘Azza wa Jalla menghikayatkan jawaban َmereka. ُMereka akan mengatakan: "Kepunyaan Allah") memberikan pengertian yang gamblang lagi terang benderang bagaikan matahari di siang hari, bahwa orang-orang musyrik awal, menetapkan tauhid rububiyah (meyakini bahwa Allah adalah Pencipta, Pemberi rezeki, Penguasa dan Pengatur segala urusan langit dan bumi beserta apa yang ada di dalam keduanya).


2. Allah ‘Azza wa Jalla menutup ayat yang mulia ini dengan tuntutan agar mereka bertaqwa kepada Allah dengan menjadikan benteng penjaga antara hamba dan adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seandainya pengakuan mereka terhadap tauhid rububiyah tersebut mencuKupinya, maka tidaklah Allah ‘Azza wa Jalla akan menuntut hal tersebut.


SEKILAS MAKNA "LAA ILAAHA ILLALLAH"


Seorang yang mendapatkan taufiq dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam mentadaburi Kitabullah dan Sunnah serta sirah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam dakwahnya akan jelas baginya kekeliruan i'tiqod orang yang mengatakan bahwa makna syahadat "Laa Ilaaha Illallah" adalah penetapan bahwasanya tidaklah ada Pencipta, Pemberi rezeki, Penguasa, dan Pengatur segala urusan langit dan bumi beserta apa yang ada di dalam keduanya kecuali Allah ‘Azza wa Jalla. Yang sedemikian ini karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan makna syahadat "Laa Ilaaha Illallah" dalam al-Qur'an dan tidaklah menyerahkan pemahaman maknanya kepada umat manusia. Allah ‘Azza wa Jalla menjelaskan bahwa makna syahadat ini adalah peniadaan dan penetapan. Peniadaan penyembahan (yang haq) dari selain Allah ‘Azza wa Jalla dan penetapan peribadatan (yang haq) adalah semata-mata menjadi hak Allah Subhanahu wa Ta’ala.


Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak berlepas diri dari apa yang kalian sembah, kecuali Yang menciptakanku, karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku." Dan menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu. (QS. az-Zukhruf [43]: 26-28)


Berkata Ibnu Katsir rahimahullah: Kalimat ini adalah peribadatan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala semata yang tiada sekutu bagi-Nya dan melepasnya dari selain Allah ‘Azza wa Jalla. Inilah (makna) "Laa Ilaaha Illallah"


Dan dalam ayat lain Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka "Laa Ilaaha Illallah" mereka menyombongkan diri. Dan mereka mengatakan: "Apakah kami harus meninggalkan sesembahan kami karena seorang penyair gila?" (QS. ash-Shoffat [37]: 35-36)


Ayat ini merupakan dalil yang sangat terang bahwa makna "Laa Ilaaha Illallah" bukanlah penetapan bahwasanya tidaklah ada pencipta, pemberi rezeki, penguasa dan pengatur segala urusan iangit dan bumi beserta apa yang ada di dalam keduanya kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun maknanya adalah peniadaan penyembahan yang haq dari selain Allah ‘Azza wa Jalla dan penetapan peribadatan semata-mata menjadi hak Allah. Kalau seandainya maknanya tidaklah ada Pencipta, Pemberi rezeki, Penguasa, dan Pengatur segala urusan langit dan bumi beserta apa yang ada di dalam keduanya kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala, niscaya mereka (orang-orang musyrik) tidak akan menolaknya, karena makna ini telah mereka tetapkan dan mereka yakini. Maka lihatlah firman Allah ‘Azza wa Jalla yang menguatkan penafsiran ini.


Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu menjadi sesembahan yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan." (QS. Shad [38]: 5)


Berdasarkari ayat ini mereka memahami makna syahadat "Laa Ilaaha Illallah" adalah menjadikan sesembahan yang berhak disembah secara haq hanyalah satu, yaitu: Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena inilah mereka menolak untuk mengikrarkannya. Dan tidaklah mereka menolaknya kecuali karena konsekuensi dari ikrar tersebut adalah meninggalkan sesembahan-sesembahan yang mereka dan nenek moyang mereka sembah.


KAIDAH KEDUA

KAUM MUSYRIKIN BERIBADAH KEPADA SELAIN ALLOH AGAR DAPAT MENDEKATKAN DIRI MEREKA KEPADA ALLOH ‘AZZA WA JALLA DAN UNTUK MENDAPATKAN SYAFA'ATNYA DI SISI ALLOH SUBHANAHU WA TA’ALA


Ingatlah, Hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya." Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Alloh tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (QS. az-Zumar [39]: 3)


Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemadharatan kepada mereka dan tidak (pula) manfaat, dan mereka berkata: "mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah." Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya balk di langit dan tidak (pula) di bumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu). (QS.Yunus [10]: 18)


PENTINGNYA MENGETAHUI KAIDAH INI


Mengetahui kaidah ini sangatlah penting karena dengannya dapat diketahui bahwa sebab kesyirikan orangorang terdahulu adalah mencari pendekatan diri dan syafa'at (kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala), hingga akhirnya Allah ‘Azza wa Jalla mengutus Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menjelaskan bahwa hal itu merupakan bentuk kekufuran dan kesyirikan dan termasuk perbuatan meremehkan Allah Rabb alam semesta. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencurahkan segala daya upaya di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menanggung berbagai macam beban serta resiko untuk mendakwahi mereka hingga dltinggalkan sesembahan (selain Allah ‘Azza wa Jalla) yang disembah oleh mereka dan nenek moyang mereka, dan sirnalah semua lambang serta syi'ar keberhalaan.


Tetapi, zaman terus berputar, ilmu agama semakin diremehkan, dan muncul berbagai syubhat yang dilancarkan setan bersama bala tentaranya yang di dalamnya penuh dengan kata-kata indah dan dibumbui hujjah-hujjah yang tidak ditempatkan dan tidak dipahami sesuai porsinya, sehingga kebanyakan umat manusia terjerumus dalam kubangan kesyirikan. Dan bahkan karena tipisnya pengetahuan agama ditambah dengan kuatnya syubhat, secara tidak sadar mereka meneriakkan dan membela perbuatan mereka dengan hujjah dan landasan orang-orang musyrik awal, begitu juga upaya pembelaan mereka secara fisik terhadap keyakinan mereka adalah sebagaimana upaya pendahulu-pendahulu mereka.


Tanggapan mereka terhadap juru dakwah yang ikhlas dan yang benar-benar memberi nasehat di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menunjuki mereka jalan yang haq adalah sebagaimana tanggapan para pendahulu mereka. Semua ini terjadi, karena mereka tidak memahami kaidah ini dengan balk. Dari sini nampak jelas betapa pentingnya kita mengetahui dan mempelajari sebaik-baiknya kaidah yang agung ini.


MAKNA KAIDAH


Penyembahan berhala adalah pemandangan yang paling sering ditemui dan telah menyebar luas di kalangan masyarakat Arab jahiliyah, sehingga setiap rumah di antara rumah-rumah mereka tidaklah sepi dari berhala-berhala yang disembah dan diibadahi. Mengapa penyembahan berhala memiliki tempat dan kedudukan yang begitu luar biasa di sisi mereka...??? Jawabannya adalah: Karena berhala-berhala tersebut pada hakekatnya dibuat berdasarkan gambaran dari bentuk dan sifat sesembahan yang ghaib, yang diharapkan dapat menyampaikan hajat mereka kepada Allah ‘Azza wa Jalla.


Orang-orang musyrik jahiliyah menyangka bahwa tidaklah mungkin menyampaikan hajat mereka secara langsung kepada Allah ‘Azza wa Jalla, tetapi harus melalui perantara orang-orang shoiih yang memiliki kedudukan di sisi-Nya, dan mereka menyangka bahwa tidaklah mungkin Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menolak syafa'at orangorang sholih itu karena kedudukan mereka di sisi Allah ‘Azza wa Jalla. Mereka menyamakan Allah ‘Azza wa Jalla dengan raja-raja atau penguasa di dunia, yang mana setiap orang tidak dapat menyampaikan keperluannya kepada raja kecuali dengan perantara ajudan atau orang-orang yang dekat dengannya.


Berdasarkan ideologi inilah mereka melukis dan memahat patung orang-orang shaiih. Dan berdasarkan ini pulalah mereka berdoa, meminta pertolongan, bernadzar dan menyajikan berbagai macam peribadatan terhadapnya. Jika tidak, sesungguhnya mereka lebih pandai dan lebih berakal daripada sekedar menyembah batu, pepohonan atau lainnya, karena mereka memiliki keyakinan bahwa ketika mereka menyembah benda-benda tersebut maka arwah orang-orang shalih, malaikat, dan para nabi turun iaiu menyatu dengan benda-benda tersebut, kemudian menjadi perantara antara penyembahnya dengan Allah ‘Azza wa Jalla sehingga dapat menyampaikan hajat mereka ke hadirat Allah ‘Azza wa Jalla.


Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam dua ayat di atas (QS. az-Zumar [39]: 3 dan QS.Yunus [10]: 18) menghukumi bahwa perbuatan mereka ini adalah perbuatan syirikdan kufur.


SEKILAS TENTANG SYAFA'AT


Jika seseorang berkata: "Apakah anda dan orang-orang yang sejalan dengan anda mengingkari syafa'at?" maka jawabannya: "Rahmatullahi 'alaikum! Kita tidak mengingkari syafa'at, tetapi perlu diketahui bahwasanya semua syafa'at adalah milik Allah ‘Azza wa Jalla dan kita memohon syafa'at hanya semata-mata kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala:

Katakanlah: "Hanya kepunyaan Allah syafa'at itu semuanya." (QS. az-Zumar [39]: 44).


Dan perlu diketahui, syafa'at yang haq haruslah terpenuhi di dalamnya dua hal: .

1. Dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla,

2. Orang yang mendapatkan syafa'at adalah dari kalangan ahli tauhid,


Allah Azza wa jalla berfirman :

.Tidaklah ada yang member! syafa'at di sisi-Nya kecuali dengan izin-Nya... (QS. al-Baqarah [2]: 255)


Tidaklah mereka memberi syafa'at kecuali terhadap orang yang diridhai Allah.. .(QS. al-Anbiya'[21]: 28)


Adapun orang-orang yang kafir dan melakukan kesyirikan maka tidaklah berguna bagi mereka syafa'at dari seorang yang memberi syafa'at.


...Orang-orang yang dzhalim mereka tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak pula mempunyai seorang pemberi syafa'at yang diterima syafa'atnya.(QS. al-Mukmin [40]: 18)


Sedangkan syafa'at yang dicari dari selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka jeias tidak dapat terpenuhi dua syarat tersebut di atas dan bahkan inilah dzat kesyirikan orang-orang jahiliyah awal.


KAIDAH KETIGA

DI ANTARA MEREKA (ORANG-ORANG MUSYRIK) ADA YANG MENYEMBAH MATAHARI, BULAN, PEPOHONAN, BATU, MALAIKAT, NAB! DAN ORANG-ORANG SHALIH. RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM MEMERANGI MEREKA SEMUA DAN TIDAKLAH MEMBEDA-BEDAKAN ANTARA YANG SATU DENGAN YANG LAINNYA.


DALIL KAIDAH:


(a). QS. al-Anfal [8]: 39 (b). QS. Fushshilat [41]:37 (c). QS. Ali Imron [3]: 80 (d),QS. al-Maidah [5]:116 (e). QS. al-lsro' [17]: 57 (f). QS. an-Najm [53]: 19-20.


MAKNA KAIDAH


Orang Arab pada asalnya mengikuti agama Nabi Ismail ‘Alahisallam, sampai datang seorang yang merusak agama mereka dan menyebarkan kesyirikan di tengah-tengah mereka. Hingga akhirnya mereka terjerumus ke dalam jurang kesyirikan. Di antara mereka ada yang menyembah matahari, pohon, batu, malaikat, nabi dan orang-orang shalih. Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla memerintah-kan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memerangi mereka semua tanpa membeda-bedakan antara kesyirikan yang satu dengan yang lain, karena sebab peperangan tersebut adalah satu, yaitu: menghapus kesyirikan dan menjadikan semua amalan bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.


Kaidah ini memberikan jawaban terhadap sebagian orang yang mengatakan bahwa ayat-ayat yang menjelaskan tentang kekufuran orang-orang yang menyembah kepada selain Allah ‘Azza wa Jalla hanya dikhususkan bagi penyembah berhala yang berupa matahari, pepohonan, batu, dan lain-lainnya. Adapun orang-orang yang mencari syafa'at kepada para malaikat, nabi, dan orang-orang shalih tidaklah termasuk di dalamnya. Kaidah ini juga sebagai bantahan kepada orang yang mengatakan bahwa juru dakwah tauhid menjadikan malaikat, nabi, dan orang-orang shalih semisal matahari, bulan, batu, pohon, dan lain-lainnya, sekaligus menjelaskan bahwa sesembahan orang-orang jahiliyah bukan hanya terbatas pada matahari, bulan, batu, pohon dan lain-lainnya tetapi merekapun menyembah malaikat, nabi dan orang-orang sholih dan Allah ‘Azza wa Jalla, tidak membeda-bedakan hukum yang berlaku bagi mereka.


KESIMPULAN KAIDAH


1. Bahwasanya sesembahan-sesembahan yang disembah selain Allah ‘Azza wa Jalla pada masa Rasulullah di utus di muka bumi ini bermacam-macam, bukan hanya terbatas pada matahari, bulan, batu, pohon atau semisalnya, tetapi mereka juga menyembah malaikat, nabi, dan orang-orang sholih. Dengan demikian, maka ayat yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berbicara tentang kesyirikan meliputi semua bentukbentuk kesyirikan tersebut secara umum.


2. Perintah untuk memerangi orang-orang musyrik beriaku secara umum dan menyeluruh kepada seluruh ahli kesyirikan, termasuk di dalamnya penyembah malaikat, nabi dan orang-orang shalih.


3. Tumbangnya hujjah orang-orang yang mengatakan bahwa ayat-ayat tentang kesyirikan dan hukuman Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada mereka (pelaku kesyirikan) hanyalah bagi para penyembah matahari, bulan, batu, pohon, dan lain-lain. Dan sesungguhnya mereka berhujjah seperti ini dalam rangka membolehkan peribadatan kepada orang-orang shalih.


KAIDAH KEEMPAT

KAUM MUSYRIKIN AWAL MENGIKHLASKAN IBADAH SEMATA-MATA BAGI ALLAH ‘AZZA WA JALLA DI WAKTU MENDAPAT BENCANA DAN KESULITAN, DAN MEREKA MENYEKUTUKAN-NYA DI WAKTU LONGGAR


DALIL KAIDAH


(a). QS. al-lsro' [17]: 67 (b).QS. Luqman [31]: 32 (c). QS. al-Ankabut[29]:65 MAKNA


KAIDAH


Makna dari kaidah ini sangat jelas, yaitu: bahwa orang-orang musyrik awal mereka menyekutukan Allah ‘Azza wa Jalla pada saat longgar, akan tetapi apabila mereka berada dalam kesulitan, mereka mengikhlaskan peribadatan hanya semata-mata bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala.


Kaidah ini menetapkan bahwa orang-orang musyrik masa kini, lebih parah kesyirikannya dibandingkan kaum musyrikin awal dari sudut pandang bahwa kaum musyrik awal mereka menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika dalam kelonggaran sedangkan pada saat tertimpa kesulitan, mereka mengikhlaskan peribadatan semata-mata bagi Allah ‘Azza wa Jalla, adapun kaum musyrikin saat ini, mereka menyekutukan Allah pada saat longgar dan di saat tertimpa kesulitan. Setelah mengetahui hal ini, maka seorang muslim akan lebih berhati-hati dan waspada dari kesyirikan dan tidaklah ia mengatakan: "Kenapa kita harus membicarakan masalah tauhid?" karena perkataan-perkataan semisal ini merupakan sebesar-besar jaring setan dan menjadi senjatanya yang paling ampuh untuk menjerumuskan manusia ke dalam kegelapan kesyirikan dan kemaksiatan-kemaksiatan selainnya.


PARAHNYA KESYIRIKAN KAUM MUSYRIKIN SAAT INI


Kabut kegelapan, kerusakan, dan kejelekan kesyirikan kaum musyrikin saat ini melebihi kesyirikan kaum musyrik awal dari beberapa sisi:


Pertama, Kaum musyrikin awal menyekutukan Allah ‘Azza wa Jalla ketika dalam kelonggaran sedangkan pada saat tertimpa kesulitan maka mereka mengikhlaskan peribadatan semata-mata hanya bagi Allah ‘Azza wa Jalla. Adapun kaum musyrikin saat ini, mereka menyekutukan Allah pada saat longgar dan di saat tertimpa kesulitan. Muhammad bin Ishaq menyebutkan dari Ikrimah bin Abu Jahl bahwasanya tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membuka kota Makkah, dia (Ikrimah) lari meninggalkan kota Makkah. Tatkala dia naik perahu menuju negeri Habsyi, sesampai di tengah lautan, tiba-tiba digoncang badai. Maka orang-orang yang berada di dalam perahu berkata: "Ikhlaskan doa bagi Rabb kalian, sebab tidak ada yang mampu menyelamatkan dari badai yang menggoncang ini kecuali Dia." Ikrimah kemudian ber-kata: "Demi Allah, kalau tidak ada yang mampu menyelamatkan seseorang ketika di lautan kecuali Dia, maka tidak ada pula yang dapat menyelamatkan seseorang di daratan selain-Nya."


Kedua, Sebagian kaum musyrikin masa kini, apabila tertimpa kesulitan justru semakin menjadi-jadi kesyirikan yang dilakukannya, hal ini bertolak belakang dengan sikap kaum musyrikin awal. Realita seperti ini banyak terjadi pada orang-orang yang mengaku berada dalam kebajikan, ilmu, dan kezuhudan ketika mereka bersimpuh dengan menebar bunga telon sembari mengangkat kedua tangannya di hadapan orang-orang yang telah meninggal dunia yang mereka anggap sebagai waliyullah, mereka memohon di hadapan orang-orang yang tidak mendengar doa mereka dan tidak pula dapat memberi manfaat serta mudharat sedikitpun. Hal serupa juga terjadi pada sebagian kaum nelayan. Suatu ketika saat penulis berada dalam suatu majelis membaca ayat-ayat serta penjeiasan uiama' mengenai masalah ini, dan menjelaskan realita kaum musyrikin pada saat sekarang ini, maka salah seorang teman yang berada dalam majelis ini yang pernah bekerja sebagai seorang nelayan bertutur bahwa sebagian nelayan apabila tertimpa badai yang menggoncang perahunya, mereka bersumpah dengan nama orang-orang yang dianggap sebagai waliyullah dan sesampai di daratan mereka menyembelih binatang dikuburan orang yang dianggap wali tersebut sebagai rasa syukur mereka terhadapnya.


Ketiga, Kaum musyrikin awal menyembah orang-orang shalih, sedangkan kaum musyrikin masa kini menyembah orang-orang yang amat fasik dan mereka mengakui hal ini. Orang-orang yang mereka anggap sebagai wali, aqthob, atau ghouts tidaklah melaksanakan sholat, tidak berpuasa, tidak membersihkan diri dari perbuatan-perbuatan keji semisal zina, dan iainnya dengan dalih bahwa mereka telah terlepas dari beban melaksanakan kewajiban-kewajiban dalam Islam, dan terlepas dari hukum halal-haram bahkan mereka berpendapat bahwa hukum halal dan haram hanya untuk orang awam. Mereka mengakui bahwa sesepuh-sesepuh mereka tidak sholat, tidak puasa, dan tidak menjaga diri dari perbuatan keji dan mungkar, namun mereka tetap menyembahnya.


KESIMPULAN KAIDAH KEEMPAT


Kaum musyrikin niasa kini lebih parah kesyirikannya di bandingkan dengan kaum musyrikin awal.


KAIDAH KELIMA

SEBAGIAN KAUM MUSYRIKIN MEMILIKIILMU, HUJJAH, DAN BUKU-BUKU YANG BANYAK GUNA MEMPERTAHANKAN iDEOLOGI MEREKA.


DALIL KAIDAH


Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul yang diutus kepada mereka dengan membawa keteranganketerangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada diri mereka dan mereka dikepung oleh adzab yang selalu mereka perolok-olokkan itu. (QS. Ghofir [40]: 83)


MAKNA KAIDAH


Orang-orang musyrik terutama ulama-ulama mereka kadang mempunyai banyak ilmu dan hujjah. Di antara mereka ada yang mempunyai ilmu dalam tauhid uluhiyah: َ


Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu menjadi sesembahan yang satu saja? Sesungguhnya itu benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. (QS. Shad [38]: 5)


Dan adakalanya mereka mempunyai ilmu fiqih, sebagaimana dikabarkan dalam firman Allah ‘Azza wa Jalla:

Keadaan mereka yang demikian itu karena mereka berkata sesungguhnya jual beli itu, sama dengan riba. Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS.al-Baqarah[2]:275)


Jenis ilmu yang dijumpai dalam umat ini, dijumpai pula di sisi kaum musyrikin yang menjadi musuh para Rasul. Mereka membantah para Rasul dengan ilmu yang mereka miliki, bahkan Allah ‘Azza wa Jalla menamakan perkataan mereka sebagai hujjah karena kekuatan syubhat yang ditimbulkannya.


Kaum musyrikin menghalangi manusia dari kebenaran, dengan ilmu, dan hujjah yang mereka miliki. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu, musuh yaitu setan-setan dari jenis manusia dan dari jenis jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah untuk menipu manusia. Jikalau Allah menghendaki, mereka tidaklah akan melakukannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka kerjakan. (QS. al-An'am [6]: 112)


Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah: "Renungkanlah ayat ini dan keagungan kadarnya, Di dalamnya terdapat penjelasan pokok-pokok kebathilan dan peringatan dari tempat-tempat yang harus diwaspadai dan (agar) tidak terpedaya dengannya. Jika anda renungkan perkataanperkataan ahli bathil; anda akan mendapati bahwasanya ahli bathil membungkusnya dengan ibarat-ibarat dan lafadz-lafadz yang indah yang menyebabkan seseorang yang tidak memiliki bashiroh akan segera menerima ucapan-ucapan tersebut."


BILAMANA SESEORANG TIDAK BERILMU


Seorang ahli tauhid yang tidak memiliki senjata berupa ilmu yang bermanfaat, sangat dikhawatirkan (ketika dia menempuh jalan ini), dia akan dengan cepat terpengaruh oleh hembusan syubhat yang diterpakan orang-orang yang memusuhi dakwah tauhid, atau terpengaruh oleh mereka yang menisbatkan dirinya kepada dakwah tauhid tetapi telah banyak terkena badai syubhat yang dilancarkan musuh-musuh dakwah ini.


Maka barangsiapa yang memberi nasehat dan berbuat adil pada dirinya serta orang lain, niscaya akan dapat membaca dengan terang lagi jelas bahwa sebagian pemuda-pemudi (yang menisbatkan dirinya sebagai ahli tauhid) tidaklah mereka terpengaruh sehingga menjadi mangsa empuk para penyeru kesesatan yang bertopeng hujjah dan kefasihan lisan. Dan tidaklah mereka terombang-ambingkan oleh gelombang fitnah sehingga dengan mudah mengikuti setiap seruan orang-orang berbaju ilmu dan kebajikan yang berhias dengan kata-kata manis nan indah, semua ini tidak akan terjadi kecuali dengan sebab tidak adanya ilmu yang mantap dan kokoh dalam diri mereka. Wallahul musta'an.


Semoga Allah ‘Azza wa Jalla senantiasa membimbing kita di jalan-Nya yang lurus, menunjukkan kebenaran sebagai kebenaran dan memberikan taufiq kepada kita untuk mengikutinya, serta menunjukkan kesalahan sebagai kesalahan dan memberikan taufiq kepada kita untuk menjauhinya, sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla Maha Kuasa untuk mengabulkan hal tersebut.



 


Jangan lupa dukung kami dengan cara share atau belanja buku dan produk lainnya di :



MOESLIM BOOK CENTRAL


جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء



















Comments


© 2023 by Money Savvy. Proudly created with wix.com

Get Social

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey LinkedIn Icon
  • Grey YouTube Icon
bottom of page