top of page

HAK-HAK ISTRI (6)

Diperbarui: 9 Mar 2021



Oleh: Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA.

Dipublish: Moeslim Book Central



Dan sebaik-baik contoh suami yang berbuak baik terhadap istrinya adalah Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam. Di antara kisahnya adalah tatkala istri Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam Shafiyah mendatangi beliau yang dalam keadaan i'tikaf di sepuluh terakhir Ramadhan. Dan kita tahu bahwa hakikat i'tikaf adalah konsentrasi beribadah kepada Allah, dan tidak boleh keluar dari masjid kecuali darurat. Akan tetapi Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam memberhentikan ibadahnya kepada Allah agar dapat berbicara dengan istrinya, dan mengantarkan istrinya keluar dari masjid sampai kerumahnya. Kisah lain juga tatkala Shafiyyah hendak naik ke atas untanya, akan tetapi dia tidak bisa mencapainya. Maka Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam menegakkan lututnya untuk dinaiki Shafiyyah agar bisa naik ke atas untanya. Dan kejadian ini disaksikan oleh para sahabat. Ketahuilah para suami, sesungguhnya wanita itu ingin ketika dia diperlakukan mulia di hadapan orang lain, dia ingin menunjukkan bahwa dia disayangi dan memiliki kedudukan yang baik di sisi suaminya. Sebagaimana yang dilakukan 'Aisyah radhiallahu 'anha. Beliau mengatakan, "Suatu hari orang-orang Habasyah masuk masjid dan menunjukkan atraksi permainan di dalam masjid, lalu Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam memanggil Aisyah, "Wahai Humaira, apakah engkau mau melihat mereka?" Aisyah menjawab, "Iya." Maka Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam berdiri di depan pintu, lalu aku datang dan aku letakkan daguku pada pundak Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam dan aku tempelkan wajahku pada pipi beliau." Lalu ia mengatakan, "Di antara perkataan mereka tatkala itu adalah, 'Abul Qasim adalah seorang yang baik’." Maka Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, "Apakah sudah cukup wahai Aisyah?" Ia menjawab: "Jangan terburu-buru wahai Rasulullah." Maka beliau pun tetap berdiri. Lalu Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam mengulangi lagi pertanyaannya, "Apakah sudah cukup wahai Aisyah?" Namun, Aisyah tetap menjawab, "Jangan terburu-buru wahai Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam" ,Aisyah mengatakan, "Sebenarnya bukan karena aku senang melihat permainan mereka, tetapi aku hanya ingin memperlihatkan kepada para wanita bagaimana kedudukan Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam terhadapku dan kedudukanku terhadapnya." (HR. An-Nasa'i 8/181 no. 8902)


Maka ini di antara dalil yang menunjukkan bagaimana perhatian Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam terhadap istrinya. Maka hendaknya seorang suami memuliakan istri dengan berbagai sikap yang baik. Dalam hadits lain juga disebutkan bahwa 'Aisyah radhiallahu 'anha mengatakan, "Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah melaksanakan shalat dengan duduk dan Beliau membaca surat sambil duduk. Bila sedikit tersisa dari bacaannya sekitar tiga puluh atau empat puluh ayat, maka beliau berdiri dan melanjutkan bacaannya itu dengan berdiri. Kemudian beliau rukuk lalu sujud, Kemudian beliau melakukan seperti itu pada rakaat kedua. Bila beliau telah menyelesaikan shalatnya, beliau melihat (kepadaku). Bila aku telah bangun maka beliau mengajak aku berbincang dan bila aku masih tidur, maka beliau berbaring". (HR. Bukahri 2/48 no. 1119)


Lihatlah bagaimana sikap Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam yang menyempatkan berbicara dengan istrinya di penghujung malam. Padahal kita ketahui bahwa pada waktu itu adalah waktu yang dianjurkan untuk banyak berdzikir dan berdoa kepada Allah Azza wa jalla


3. Hendaknya seorang suami cemburu kepada istrinya.

Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya diantara cemburu itu ada yang disukai Allah dan ada yang dibenci Allah dan diantara sikap sombong itu ada yang disukai Allah dan ada yang dibenci Allah, cemburu yang disukai Allah adalah cemburu dalam keraguan dan yang dibenci Allah adalah cemburu diluar keraguan, sedangkan sikap sombong yang disukai Allah sombongnya seorang hamba untuk Allah saat perang dan sombong dengan sedekah." (HR. Ahmad 5/445 no. 23798)


Oleh karenanya tatkala seorang suami mendapati istrinya berbicara dengan orang lain, maka hendaknya seorang suami merasa cemburu akan hal tersebut, karena hal tersebut adalah hal yang patut untuk seorang suami merasa curiga. Seorang suami harus menunjukkan kecemburuannya agar sang istri tahu bahwa dia disayang oleh suaminya. Bukan malah seorang suami memamerkan kecantikan dan aurat istrinya dengan membiarkan istrinya menggunakan pakaian yang menarik perhatian orang-orang. Maka hal yang seperti ini tidak diperbolehkan karena di antara hak istri adalah seorang suami cemburu kepadanya jika didapati hal-hal yang perlu untuk dicurigai. Akan tetapi jika kecemburuan tersebut tanpa alasan atau kecurigaan yang berlebihan, maka yang demikian juga tidak boleh.


4.Tidak boleh seorang suami mencela fisiknya

Tidak boleh bagi suami untuk mengejek, mengolok-olok, atau mencela fisik sang istri dengan perkataan apapun, meskipun perkataan itu benar adanya. Apalagi sampai mengatakan sebagaimana di dalam hadits, "Dan janganlah engkau menjelek-jelekkannya (dengan perkataan atau cacian) dengan mengatkan 'Semoga Allah memburukkan wajahmu'." (HR. Abu Daud 2/244 no. 2142)


5.Tidak boleh memboikotnya kecuali di dalam rumah

Ketika seorang suami sedang marah terhadap istrinya, jangan dengan mudah baginya untuk pergi dari rumahnya dan tidak pulang. Ketahuilah bahwa hak tersebut hanya boleh dilakukan dalam kondisi terdesak. Akan tetapi jika ada seorang suami yang setiap kali marah kepada istrinya meninggalkan rumahnya, maka hal tersebut tidak boleh. Oleh karenanya seorang suami boleh memboikot istri dengan syarata hanya di rumahnya, dan ini adalah hak istri. Bahkan para ulama mengatakan bahwa meskipun hal tersebut boleh dilakukan sebagaimana yang pernah di lakukan Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam terhadap istriistrinya. Akan tetapi hal tersebut (memboikot istri di luar rumah) bisa membuat istri jauh lebih sakit hati. Maka ingatlah bahwa hukum asal seorang suami tidak boleh meninggalkan rumah. Dia boleh marah dan jengkel, akan tetapi tetap di rumahnya memperhatikan istrinya.


6.mengingat kebaikan istri tatkala suami marah kepada istrinya

Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda,"Janganlah seorang Mukmin membenci wanita Mukminah, jika dia membenci salah satu perangainya, niscaya dia akan ridha dengan perangainya yang lain." (HR. Muslim 2/1091 no. 1469)


Maka tatkala istri kita melakukan kesalahan, jangan kita seorang suami langsung terfokus pada kesalahannya tersebut. Ingatlah kebaikan-kebaikannya yang lain, agar hati kita bisa bersyukur. Karena baik wanita maupun laki-laki pasti memiliki kesalahan. Maka jangan sampai karena satu kesalahan seorang istri membuat suami melupakan segala kebaikan yang dilakukan istri terhadapnya.


Demikianlah pembahasan kita pada kesempatan kita saat ini.


 

Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :



MOESLIM BOOK CENTRAL


جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء


Postingan Terakhir

Lihat Semua
RUJUK DAN HULU' (2)

Oleh : Syaikh Muhammad bin Ibrahim at-Tuwayjiriy Disalin dari : Kitab RINGKASAN FIQIH ISLAM Dipublish : Moeslim Book Central HULU'  ◾...

 
 
 
RUJUK DAN HULU' (1)

Oleh : Syaikh Muhammad bin Ibrahim at-Tuwayjiriy Disalin dari : Kitab RINGKASAN FIQIH ISLAM Dipublish : Moeslim Book Central ROJ'AH...

 
 
 

Komentáre


© 2023 by Money Savvy. Proudly created with wix.com

Get Social

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey LinkedIn Icon
  • Grey YouTube Icon
bottom of page