HAK-HAK ISTRI (5)
- Muhammad Basyaib
- 3 Mar 2021
- 3 menit membaca
Diperbarui: 9 Mar 2021

Oleh: Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
Dipublish: Moeslim Book Central
Dari sini seorang suami harus sadar bahwasanya istri adalah amanah dari Allah Azza wa jalla dan harus dijaga dengan baik, karena kelak seorang suami akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap amanah yang Allah berikan kepadanya.
Dalam hadits lain Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Dan aku berwasiat (untuk berbuat baik) kepada wanita, karena sesungguhnya dia diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian yang paling bengkok adalah tulang rusuk yang paling atas, jika kamu berusaha untuk meluruskannya, niscaya akan patah, jika kamu membiarkannya, dia akan senantiasa bengkok, maka aku berwasiat agar kalian berbuat baik terhadap wanita." (HR. Muslim 1468)
Maka tatkala kita ketahui bahwa istri kita tercipta sebagaimana Hawa yaitu dari tulang rusuk Nabi Adam 'alaihissalam, maka tabiat tulang tersebut adalah bengkok dan tidak mungkin untuk diluruskan. Oleh karenanya Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan tentang kekurangan wanita bukan bertujuan untuk menghinakan para wanita, akan tetapi agar para laki-laki memberi udzur kepada wanita. Oleh karenanya Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam membuka dan menutup hadits di atas dengan memerintahkan untuk berbuat baik kepada para wanita. Sebagian ulama menafsirkan kata "Aku berwasiat agar kalian berbuat baik terhadap wanita " dengan mengatakan, "Yaitu hendaknya sebagian (para suami) saling mewasiatkan sebagian (para suami) yang lain untuk berbuat baik kepada mereka (para istri)."
Penafsiran ulama di atas seakan-akan menunjukkan bahwa perkara berbuat baik kepada istri adalah perkara yang seering dilupakan, sehingga para ulama merasa perlu untuk para suami saling mengingatkan kepada para suami yang lainnya akan hal ini. Karena memang benar bahwa saat ini banyak seorang suami yang lupa untuk berbuat baik kepada istrinya. Padahal tatkala bergaul dengan wanita lain, dia bersikap lemah lebut dan bertutur kata yang sopan. Akan tetapi tatkala bertemu dan berbicara dengan istrinya, dia tidak memikirkan kata-kata yang keluar dari mulutnya, sehingga tidak jarang dia menyakiti hati istrinya dan membuatnya menangis. Ini adalah perkara yang sangat menyedihkan. Syaikh Abdurrazzaq pernah menceritakan kisah yang seperti ini. Ada empat orang yang saling bersahabat, dan salah satunya adalah yang paling berakhlak mulia. Sehingga tatkala ketiga temannya pulang ke rumahnya masing-masing, mereka menceritakan baiknya akhlak temannya kepada istrinya masing-masing, sehingga istri-istri merekapun mengenal teman suaminya tersebut sebagai orang yang berakhlak mulia. Sampai suatu ketika mereka berempat mengadakan acara keluarga dengan mengahdirkan masing-masing istrinya. Tatkala masing-masing istri mereka bertemu, ketiga istri temannya akhirnya bercerita dan memuji teman suaminya yang berakhlak mulia kepada istrinya. Maka seketika istrinya kaget karena selama ini dia tidak mendapatkan kelembutan akhlak tersebut dari suaminya sebagaimana yang diceritakan oleh ketiga istri teman suaminya.
Oleh karenanya kita sering mendapati sebuah fenomen dimana seseorang mampu berbuat baik kepada orang yang jauh, akan tetapi bagi orang terdekatnya (di rumah) tidak demikian. Padahal sikap tersebut harusnya terbalik. Sehingga ketika seorang suami mudah memaafkan kesalahan orang lain, maka seharusnya dia pun bisa lebih mudah lagi untuk memaafkan istrinya. Begitupula dalam hal memberi udzur dan kebaikan-kebaikan lainnya. Karena sesungguhnya kebaikan istri itu sangat banyak, apalagi Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam telah mengisyaratkan bahwa wanita itu sifatnya bengkok dan sulit untuk diluruskan. Oleh karenanya kita sebagai laki-laki harus mengerti kekurangkekurangan wanita tersebut. apalagi sebagian ulama menafsirkan maksud tulang rusuk yang paling bengkok di bagian atas adalah lisan para wanita yang terkadang berbicara tanpa memikirkan terlebih dahulu. Oleh karena itu hendaknya suami tidak terlalu mengambil hati dari perkataan istrinya, karena telah menjadi tabiatnya seperti itu.
Kemudian dalam hadits lain Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istriku." (HR. Ibnu Majah 1/636 no. 1977)
Ini dalil bahwa kesempatan bagi seorang suami untuk meraih surga tertinggi dengan berakhlak mulia terhadap istrinya. Karena kata Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, "Sesungguhnya di antara orang yang paling aku cintai dan yang tempat duduknya lebih dekat kepadaku pada hari kiamat ialah orang yang akhlaknya paling bagus." (HR. Tirmidzi 4/370 no. 2018)
Dan sungguh akhlak asli seseorang akan tampak ketika seseorang bergaul dengan istrinya. Tatkala seseorang bergaul dengan orang lain, maka semua orang bisa untuk memperbagus perangainya sampai kapanpun, akan tetapi ketika bersama istri, maka itu adalah hal yang tidak mudah untuk dilakukan dalam waktu yang lama. Maka ketika ada seseorang yang terus berakhlak mulia kepada istrinya, maka ketahuilah bahwa memang dirinya memiliki akhlak mulia dan tidak dibuat-buat. Oleh karenanya hendaknya para suami menjadikan hadits ini sebagai motivasi untuk bisa meraih surga tertinggi dengan menajdi suami yang terbaik untuk istri.
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRAL
جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء
Comments