BAB THALAQ (2)
- Muhammad Basyaib
- 24 Feb 2021
- 3 menit membaca
Diperbarui: 9 Mar 2021

Oleh : Syaikh Muhammad bin Ibrahim at-Tuwayjiry
Disalin dari : Kitab Ringkasan Fiqih Islam
Sumber dan Penerjemah : IslamHouse
Dipublish : Moeslim Book Central
THALAQ SUNNAH DAN BID'AH
1. Thalaq sunnah: Yaitu seorang suami menceraikan isteri yang telah disetubuhinya dengan satu thalaq, dalam keadaan suci (bukan haidh) yang tidak disetubuhi pada waktu suci tersebut. Suami tersebut berhak untuk rujuk kembali selama dia masih dalam iddahnya yang berjangka tiga quru' (tiga kali haidh).
Apabila iddahnya telah berlalu dan dia tidak merujuknya, berarti mereka telah resmi bercerai, wanita tersebut tidak halal baginya kecuali dengan akad dan mahar baru, sedangkan jika dia merujuknya dalam waktu iddah, berarti dia masih tetap sebagai isterinya.
ā¢ļ· Apabila suami menjatuhkan thalaq dua, maka hukum yang ada sama seperti thalaq pertama, yang mana kalau dia merujuknya dalam iddah, berarti wanita tersebut masih tetap sebagai isterinya, sedangkan jika tidak merujuknya sampai iddahnya selesai, maka dia tidak lagi halal baginya kecuali dengan akad dan mahar baru. ļ·
⢠Kemudian jika suami menjatuhkan thalaq ketiga, maka dia menjadi bebas darinya, wanita tersebut tidak halal baginya sampai dinikahi oleh laki-laki lain dengan nikah yang benar. Thalaq dengan sifat dan urutan seperti diatas dinamakan thalaq sunni dari segi jumlah dan sunni dari segi waktu.
ā¢ļ· Diantara thalaq sunni: Seorang suami menceraikan isterinya setelah ada kejelasan tentang kehamilannya, dengan hanya menjatuhkan satu thalaq. Apabila isterinya termasuk yang tidak haidh lagi, seperti manupouse, maka suami bisa menceraikannya kapan saja.
ļ·Allah Taāala berfirman: "Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh dirujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik .. " (QS. Al-Baqarah/2:229)
Kemudian dilanjutkan: "Kemudian jika sisuami menthalaqnya (sesudah thalaq yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kamu yang (mau) mengetahui" (QS. Al-Baqarah/2:230).
Apabila perceraian telah sempurna dan telah berpisah keduanya, disunnahkan bagi suami untuk memberinya sesuatu sesuai dengan keadaan finansialnya, sebagai penghibur ketakutan wanita tersebut dan juga untuk memenuhi sebagian dari haknya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taāala: "Kepada wanita-wanita yang diceraikan (hendaklah diberikan oleh suaminya) mut'ah (pemberian) menurut yang ma'ruf, sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang yang takwa" (QS. Al-Baqarah/2:241)
2. Thalaq bid'ah: Yaitu thalaq yang menyelisihi syari'at, dia terbagi menjadi dua:
a. Bid'ah dalam waktu: Seperti ketika menceraikannya dalam keadaan haidh, nifas atau dalam keadaan suci yang telah disetubuhinya namun belum ada kejelasan hamil ataupun tidaknya. Thalaq seperti ini haram namun tetap jatuh, akan tetapi pelakunya berdosa, dia harus merujuknya kembali jika itu bukan thalaq tiga.
Apabila suami itu merujuk kembali wanita yang dalam keadaan haidh atau nifas, hendaklah dia menahannya sampai suci, kemudian haidh, kemudian suci, lalu setelah itu jika mau dia boleh menceraikannya. Bagi dia yang menceraikan dalam keadan wanita tersebut suci namun disetubuhi padanya, hendaklah dia menahannya sampai haidh kemudian suci, lalu setelah itu dia boleh menceraikannya.
Bahwasanya Ibnu Umar radhiyallahu āanhu menceraikan isterinya yang masih dalam keadaan haidh, pergilah Umar memberitahu Nabi shallallahu āalaihi wasallam tentang hal tersebut, maka beliaupun bersabda: "Perintahkan dia untuk merujuknya, kemudian menceraikannya dalam keadaan wanita tersebut suci atau hamil" (HR. Muslim no. 1471)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu āanhu bahwa dia menceraikan isterinya dalam keadaan haidh, bertanyalah Umar kepada Rasulullah shallallahu āalaihi wasallam tentangnya, beliau menjawab: "Perintahkan dia untuk merujuknya sampai wanita tersebut suci, kemudian haidh lagi yang berikutnya, kemudian suci kembali, kemudian setelah itu ceraikanlah atau hendaklah dia menahannya". (HR. Bukhari no. 5251 dan HR. Muslim no. 1471 dan ini lafadznya)
b. Bid'ah dalam jumlah: Seperti dengan menjatuhkan thalaq tiga dalam satu kalimat, atau menceraikannya tiga kali berurutan dalam satu majlis, seperti perkataan: kamu cerai, kamu cerai, kamu cerai. Thalaq seperti ini haram, namun tetap jatuh, pelakunya berdosa. Thalaq tiga dengan satu kalimat atau beberapa kalimat berurutan dalam keadaan satu suci tidak jatuh kecuali hanya satu thalaq dibarengi dengan dosa.
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRALŲ¬ŁŲ²ŁŲ§ŁŁŁ Ł Ų§ŁŁŁŁ Ų®ŁŁŁŲ±ŁŲ§ ŁŁŲ«ŁŁŁŲ±ŁŲ§ ŁŁŲ¬ŁŲ²ŁŲ§ŁŁŁ Ł Ų§ŁŁŁŁ Ų§ŁŲŁŲ³ŁŁŁ Ų§ŁŁŲ¬ŁŲ²ŁŲ§Ų”


Komentar