USHULUS SUNNAH WA I’TIQAD DIEN [Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah] ~ (BAGIAN : 1)
- Muhammad Basyaib
- 11 Feb 2021
- 3 menit membaca
Diperbarui: 25 Feb 2021

Penerjemah : Ustadz Abul Jauzaa
Dipublish : Moeslim Book central
Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin AlMudhaffar Al-Muqri‟, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-Husain bin Muhammad bin Habasy Al-Muqri‟, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Muhammad ‘Abdurrahmaan bin Abi Haatim, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada ayahku (Abu Haatim Ar-Raaziy) dan Abu Zur’ah tentang madzhab Ahlus-Sunnah dalam Ushuuluddiin (pokok-pokok agama), serta apa yang mereka dapatkan dari para ulama yang mereka jumpai di berbagai kota dan apa yang mereka yakini tentang hal tersebut. Mereka berdua berkata: “Kami telah berjumpa dengan para ulama di seluruh kota baik di Hijaaz, „Iraaq, Syam, dan Yaman, maka diantara madzhab yang mereka anut adalah :
1. Iman itu perkataan dan perbuatan, dapat bertambah dan berkurang.
2. Al-Qur‟an adalah Kalaamullah, bukan makhluk dari semua sisinya.
3. Takdir yang baik dan yang buruk berasal dari Allah ‘Azza wa Jalla.
4. Sebaik-baik umat sepeninggal Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam adalah Abu Bakr Ash- Shiddiiq, lalu „Umar bin Al-Khaththaab, lalu „Utsmaan bin „Affaan, lalu „Aliy bin Abi Thaalib „alaihimis- salaam. Mereka adalah Khulafaaur-Raasyidiin yang terbimbing.
5. Dan bahwasannya sepuluh orang shahabat yang disebutkan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam dan dipersaksikan masuk surga adalah sesuai dengan yang dikatakan oleh Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam, dan perkataan beliau Shalallahu 'alaihi wa sallam tersebut adalah benar.
6. Mendoakan rahmat kepada seluruh shahabat Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam dan menahan diri untuk tidak membicarakan perselisihan yang terjadi di antara mereka.
7. Dan bahwasannya Allah ‘Azza wa Jalla berada di atas ‟Arsy-Nya, terpisah dari makhluk- Nya sebagaimana yang Ia sifatkan diri-Nya dalam Kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya Shalallahu 'alaihi wa sallam ,tanpa menanyakan „bagaimana‟, ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman: َ„Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat (QS. Asy-Syuuraa : 11).
8 Dan bahwasannya Allah Tabaaraka wa Ta’ala dapat dilihat kelak di akhirat, dilihat oleh penduduk surga dengan mata kepala mereka, dan mereka pun mendengar perkataan- Nya ‘Azza wa Jalla sebagaimana yang Ia kehendaki dan seperti yang Ia kehendaki.
9. Surga itu benar (haq) dan neraka juga benar (haq). Keduanya adalah makhluk Allah yang akan kekal selamanya. Surga adalah balasan bagi para wali-Nya, sedangkan neraka adalah hukuman bagi para pelaku maksiat kecuali yang diberikan rahmat (diampuni) oleh Allah ‘Azza wa Jalla.
10. Ash-shiraath itu benar (haq).
11. Miizaan itu benar (haq). Ia memiliki dua daun timbangan yang akan menimbang amalan baik dan buruk para hamba adalah benar.
12. Haudh (Telaga) yang merupakan pemuliaan bagi Nabi kita Shalallahu 'alaihi wa sallam adalah benar (haq).
13. Syafa‟at adalah benar (haq).
14. Kebangkitan (kelak di hari kiamat) setelah kematian adalah benar (haq).
15. Para pelaku dosa besar berada di dalam kehendak Allah ‘Azza wa Jalla (apakah Ia berkehendak mengampuninya ataukah memberikan adzab/hukuman kepadanya – Abul-Jauzaa’).
16. Kami tidak mengkafirkan kaum muslimin dengan sebab dosa-dosa yang mereka lakukan, dan kami menyerahkan urusan batin mereka kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
17. Dan kami menegakkan kewajiban jihad dan haji bersama para pemimpin kaum muslimin di setiap masa dan zaman.
18. Dan kami memandang tidak bolehnya keluar dari ketaatan (memberontak) kepada para pemimpin (kaum muslimin) dan mengobarkan peperangan di masa fitnah. Kami senantiasa mendengar dan taat kepada orang yang Allah ‘Azza wa Jalla berikan kekuasaan untuk mengatur urusan kami. Kami tidak akan melepaskan tangan kami dari ketaatan. Kami mengikuti sunnah dan jama‟ah, serta menjauhkan diri dari keganjilan, penyelisihan, dan perpecahan.
19. Sesungguhnya jihad tetap eksis sejak Allah ‘Azza wa Jalla utus Nabi-Nya Shalallahu 'alaihi wa sallam hingga hari kiamat, dilakukan bersama ulil-amri (pemerintah) dari kalangan para pemimpin kaum muslimin, tidak akan dibatalkan oleh sesuatupun.
20. Begitu juga dengan haji dan penunaian zakat hewan ternak saaimah (yang digembalakan mencari makanan sendiri di alam bebas atau padang rumput – Abul- Jauzaa’) kepada ulil-amri (pemerintah) dari kalangan para pemimpin kaum muslimin.
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRAL
جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء
תגובות