TAAT LALU LINTAS | IMPLEMENTASI KETAATAN KEPADA PEMIMPIN (1)
- Muhammad Basyaib
- 13 Mar 2021
- 3 menit membaca
Diperbarui: 16 Mar 2021

Tafsir QS. Al-Luqman [31]: 18-19
Oleh: Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron
Disalin dari: Majalah Al-Furqon No. 75 Ed.5 Thn. Ke-7_1428H/2007M
TEKS DAN TERJEMAH AYAT
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (QS. Luqman [31]: 18-19)
Umumnya orang yang bepergian menghadapi banyak masalah, kadang dia harus terjebak dalam kemacetan, kekurangan bekal, atau menghadapi masalah yang tidak terduga sebelumnya. Kadang dia harus menempuh jalan yang belum dikenal, sempit, rusak, lurus dan berbelok, turun dan naik. Ini semua butuh peraturan yang harus ditaati oleh semua pengguna jalan. Pada umumnya kecelakaan disebabkan ulah pemakai jalan yang tidak mentaati peraturan lalu lintas.
Musibah di perjalanan resikonya lebih berat dibandingkan jika terjadi di rumah, bukan hanya korban yang merasakan sakit, akan tetapi keluarga korban juga direpotkan, harus berurusan dengan orang lain, polisi atau keluarga korban.
Lalu bagaimana menurut pandangan Islam lalu lintas yang benar agar kita selamat dan jika terjadi musibah pun bukan karena kesalahan kita? Ikutilah pembahasan di bawah ini.
MAKNA AYAT SECARA UMUM
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: "Alloh āAzza wa Jalla memerintahkan hamba-Nya hendaknya merendahkan suaranya sebagaimana Alloh menyuruh kaum muslimin menundukkan pandangannya dan menyuruh pula agar sederhana ketika berjalan. Ini semua sesuai dengan kemampuannya." (al-Istiqomah 1/335)
KANDUNGAN AYAT
1. Sikap kita jika berjumpa dengan orang
Alloh āAzza wa Jalla berfirman: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)
Makna ayat ini menurut ahli ilmu sebagai berikut: Ibnu Abbas radhiyallahu āanhuma berkata: "Janganlah kamu palingkan pipimu dari manusia karena sombong dan bangga dengan dirimu dan menghina yang lain."
Berkata Imam al-Qurthubi rahimahullah: "Hadapilah mereka dengan kerendahan diri, lunak, jika yang mengajak bicara kepadamu yang paling kecil atau masih muda maka dengarkan perkataannya sehingga selesai bicaranya." (Tafsir al-Qurthubi 14/64)
Rosululloh shallallahu āalaihi wasallam bersabda:
Imam al-Qurthubi rahimahullah mengartikan hadits tersebut dengan: "Janganlah kamu berpaling, tidak berbicara dan tidak salam dan semisalnya." (Tafsir alQurthubi 14/64)
2. Bagaimana kita berjalan, atau berkendaraan
...dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh...
Adapun yang dimaksud angkuh, Rosululloh Shalallahu 'alihi wa sallam bersabda: Sombong/angkuh itu menolak kebenaran dan menghina manusia (HR. Muslim: 131)
3. Bila berjalan hendaknya sederhana
...Dan sederhanalah kamu dalam berjalan...
Adapun maksud ayat ini adalah hendaknya tawadhu', menundukkan diri, tidak boleh sombong, tidak terlalu cepat. Ini adalah perkataan Mujahid, Qotadah, dan Yazid bin Abi Hubaib (Tafsir at-Thobari 10/216)
Adapun batas sederhana ketika berjalan adalah relatif, tidak ada ukuran pasti, karena kaidah ushul fiqih setiap perintah yang ketentuannya tidak dijelaskan oleh syar'i, maka kembali kepada 'urf atau adat yang berlaku.
Aisyah radhiyallahu āanha pernah melihat orang berjalan dengan malas seperti akan mati, dia radhiyallahu āanha berkata: "Apa ini?" Mereka menjawab: "Ini orang faqir." Lalu Aisyah radhiyallahu āanha berkata: "Sungguh 'Umar radhiyallahu āanhu bila berjalan ia cepat, bila berkata terdengar, dan bila memukul menyakitkan. (al-Baist ala inkaril bidaā 1/82)
4. Ketika berbicara, menegur atau bertengkar hendaknya melunakkan suara
... dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburukburuk suara ialah suara keledai.
Adapun maksud melunakkan suara adalah bila berbicara tidak terlalu keras, dan tidak pula sulit didengar, akan tetapi rendahkan suaramu. (Tafsir at-Thobari 10/216)
Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata: "Jangan kamu memaksa mengeraskan suara di luar kemampuanmu. Berbicaralah seperlunya, karena dengan mengeraskan suara di luar kebutuhan merupakan beban yang berat, hendaknya kamu tawadhu' dan merendahkan diri ketika berbicara." (Tafsir al-Qurthubi 14/66)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: "Janganlah berlebihan berbicara dan jangan mengeraskan suaramu tanpa faidah." (Tafsir Ibnu Katsir 3/588)
ADAB PEJALAN KAKI
Orang yang berjalan kaki pun ada aturannya dalam Islam. Pejalan kaki yang salah bisa menjadi korban pengguna jalan yang lainnya. Adapun adab berjalan kaki sebagai berikut: ļ·
⢠Tidak boleh sombong
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong. (QS. al-Isro' [17]: 37)
ā¢ļ· Hendaknya menundukkan diri, tidak mengumbar pandangan
Dan hamba-hamba Robb Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati (QS. al-Furqon [25]: 63)
Jabir radhiyallahu āanhu berkata: Nabi shallallahu āalaihi wasallam bila berjalan tidak tolahtoleh. (Shohihul Jami' al-Albani: 4786)
Jika pun menoleh maka dengan pundaknnya pula. (Shohih, HR. at-Tirmidzi: 2877) ļ·
⢠Hendaknya sedang dalam berjalan
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: "Berjalanlah yang sedang, tidak terlalu pelan, dan tidak cepat yang melampaui batas." (Tafsir Ibnu Katsir 3/588 dan Nawadirul Usul fi Ahaditsir Rosul 3/12) ļ·
⢠Tidak bergaya, mengundang diperhatikan orang ļ·
⢠Jika diolok-olok, tidak membalas dengan olokolokan
...dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. (QS. alFurqon [25]: 63)
Insya' Alloh, bila kita berjalan sesuai dengan Sunnah Nabi shallallahu āalaihi wasallam kita akan lebih selamat.
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRALŲ¬ŁŲ²ŁŲ§ŁŁŁ Ł Ų§ŁŁŁŁ Ų®ŁŁŁŲ±ŁŲ§ ŁŁŲ«ŁŁŁŲ±ŁŲ§ ŁŁŲ¬ŁŲ²ŁŲ§ŁŁŁ Ł Ų§ŁŁŁŁ Ų§ŁŲŁŲ³ŁŁŁ Ų§ŁŁŲ¬ŁŲ²ŁŲ§Ų”




Komentar