top of page

SALAF SHALIH Antara Ilmu & Iman (3)

Diperbarui: 25 Feb 2021





Penulis : Syaikh ‘Abdullâh Jibrîn

Penterjemah : Ustâdz Khâlid Syamhudi

Sumber : http://muslim.or.id

Dipublish : Moeslim Book Central



Klasifikasi Ilmu Salaf


Ilmu para salaf dapat dikategorikan menjadi beberapa:

Pertama, ilmu tentang ayat-ayat Al Quran, maknanya dan yang terkait dengannya. Ini disebut tafsir.


Kedua, ilmu hadits, cabang dan pengklasifikasiannya serta pembagiannya dalam beberapa macam dan lain sebagainya. Termasuk juga yang terkait dengannya adalah mengetahui hadits shahih dari yang lemah, yang dapat diterima dan yang tertolak dan mengetahui para perawi dan riwayat yang berhubungan dengan mereka. Ini disebut ilmu sunnah.


Ketiga, ilmu memahami dan mengambil faedah dari nash. Ini disebut ilmu fikih. Keempat, ilmu i'tiqad (keyakinan). Mereka membaginya menjadi ilmu ushul dan furu' (cabang). Yang ushul yaitu ilmu yang berkait dengan aqidah. Ilmu ini mereka jelaskan dan terangkan dari satu sisi tertentu. Sedangkan yang berkait dengan furu' (cabang) mereka jelaskan dari segi yang lainnya.


Ketika mereka menyadari bahwa ada beberapa masalah yang menyebabkan seseorang bisa menjadi kafir, mereka menyendirikannya dalam tulisan. Mereka menulis banyak kitab yang berkait dengan aqidah, ilmu sunnah. Karena melihat dan menyaksikan beberapa ahlul bid'ah yang dikhawatirkan akan melakukan pengrusakan di muka bumi, maka membantah kebid'ahan-kebid'ahan mereka. Mereka menulis sesuatu yang membantah syubhat-syubhat yang mereka lontarkan kepada orang lemah imannya.


Alloh menjagakan kitab-kitab yang ditulis oleh para salaf tersebut buat kita. Misalnya bisa didapatkan kitab-kitab yang berisi aqidah yang ditulis pada abad kedua, kebanyakannya ditulis pada abad ketiga. Kitab-kitab ini ada dan mudah didapatkan. Jika seorang alim mengumpulkannya, membacanya dan mengikat diri dengannya, maka dia akan tahu bahwa para salaf berada di atas aqidah yang kokok dan ilmu yang dalam. Nara sumber ilmu mereka adalah dua wahyu yaitu Al Quran dan sunnah yang jadikan sebagai referensi.


Sedangkan masalah far'iyah (cabang) yang ditulis oleh para salaf dan diwariskan turun temurun, juga banyak. Hal ini karena mereka ingin menjaga sunnah nabi mereka dan ilmu diwarisi dari beliau shollallohu 'alaihi wa sallam. Sehingga mereka menulis kitab-kitab mereka dalam masalah furu'. Mereka isi dengan hadits-hadits yang sah dari nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wa sallam, mereka riwayatkan dengan membawakan sanadnya sampai ke nara sumbernya (yaitu Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam). Kitab-kitab mereka juga berisi atsar-atsar dari sahabat, tabi'in yang menjelaskan perkataan dan pendapat mereka.


Ini semua demi menjaga ilmu itu sehingga tidak terlupakan. Karena Alloh Subhanahu wa Ta'ala telah menjamin keterpeliharaan syariat ini, maka Alloh menakdirkan ulamaulama salaf untuk syariat ini yang akan menjaganya:

1. Dengan sanad dalam dada mereka.

2. Dengan menuliskan sanad dan mengetahui orangorangnya agar bisa mengetahui hadits yang shahih dari yang lemah.

3. Dengan menulisnya. Karena mereka khawatir, ada ilmu sedikit yang hilang akibat lupa atau lainnya, akibat wafatnya orang yang menghafalnya di dada mereka. Karenanya mereka segera membukukannya sehingga syariat ini tetap terjaga tidak ada yang hilang.


Yang termasuk imam abad kedua dalam masalah ini yaitu Imam Malik dan Abu Hanifah yang banyak menulis pada abad kedua tentang permasalahan yang berkait dengan furu'. Begitu juga dua teman Abu Hanifah yaitu Abu Yusuf dan Muhammad bin Al Hasan. Termasuk orang-orang yang ada pada zaman itu adalah Ibnu Juraij, Abdurrazaq bin Hammam, Ma'mar bin Rasyid dan ulama lain pada masa itu.


Kemudian setelah mereka adalah murid-murid mereka. Mereka juga menulis banyak kitab dalam masalah ini, seperti penulis shahih Bukhari dan Shahih Muslim, penulis kitab-kitab sunan, kitab-kitab musnad. Sebagian di antara mereka, ada yang hidup pada akhir abad kedua dan ada pula yang hidup pada abad ketiga, maksudnya masih dalam abad-abad yang diutamakan.


Kemudian generasi setelah mereka, orang-orang yang menulis dalam masalah furu' itu, semoga Alloh memberikan manfaat dengan ilmu-ilmu mereka.



Metoda Belajar Salaf


Pertama, hafalan. Tidak diragukan lagi bahwa ilmunya para salaf itu benar, lebih dapat berbuah (kebaikan) dan lebih absah. Karena kesibukan mereka dengan ilmu ini dan antusiasme mereka untuk menulis dan mengokohkannya. Semua ini merupakan karunia Alloh kepada mereka.


Hal itu karena mereka ketika menerima warisan ilmu, sebagian di antara mereka sibuk untuk menghafalnya dalam dada hingga tidak pernah lupa. Sehingga Alloh menganugerahkan orang saat itu hafalan yang kuat, sampai-sampai diriwayatkan dari As Sya'bi Amir bin Syarahbil mengatakan, "Aku tidak pernah menuliskan hitam di atas putih." Maksudnya dia hanya menghafal, dia menghafal semua ilmu yang sampai kepadanya, dan tidak butuh menulis di buku. Buktinya adalah atsar-atsar dan hadits-hadits yang diriwayatkan darinya.


Kedua, pemahaman. Hal ini dengan memahami nash-nash, mempelajarinya dan menyimpulkan hukum darinya.


Ketiga, kombinasi antara hafalan dan pemahaman. Dalam masalah ini, Rosululloh membuat sebuah permisalan dengan air hujan yang jatuh ke bumi dan Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam menjelaskan bahwa air hujan, jika jatuh ke muka bumi, maka bumi terbagi menjadi empat:


Menadah air sehingga manusia bercocok tanam, memberi minum ternak-ternak mereka dan bisa melepaskan dahaga dengannya. Bagian ini sama dengan kedudukan orangorang yang dianugerahkan Alloh hafalan, meskipun tidak memiliki pemahaman.


Bumi yang kena air atau hujan, akan tetapi tanah ini tidak bisa menadah air, namun diserap. Kemudian tumbuhan mulai tumbuh dan manusia bisa memanfaatkan tumbuhan ini dan menggembalakan ternak mereka disana. Bagian ini sama dengan kedudukan para ulama ahli fikih yang berikan kemampuan untuk memahami dan menyimpulkan hukum, meskipun dia tidak memiliki kemampuan untuk menghafal.


Bumi yang memiliki kedua sifat di atas yaitu bisa menadah air hujan untuk keperluan minum, dan sisanya untuk menumbuhkan rumput yang banyak. Ini sama dengan orang yang mengumpulkan antara dua hal itu yaitu antara hafalan dan pemahaman. Bumi yang gersang, tidak bisa menumbuhkan tanaman juga tidak menahan air. Ini perumpamaan bagi orang yang tidak menyibukkan dengan ilmu sedikit pun bahkan dia menjauhinya.


pembagian ini dijelaskan oleh Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam dalam sabda beliau shollallohu 'alaihi wa sallam: "Sesungguhnya perumpamaan ilmu dan hidayah yang aku bawa seperti air hujan yang menimpa bumi. Di antara bumi ini ada yang kelompok yang baik, dia menerima air lalu menumbuhkan rumput yang banyak, di antaranya juga ada yang gersang (cadas), dia bisa menahan (menadah) air, sehingga bisa dimanfaatkan oleh manusia, manusia bisa minum, mengairi (tanaman) dan bisa menggembala. Dan air hujan itu juga mengenai bagian bumi yang lain yaitu lembah yang tidak bisa menahan air dan tidak bisa menumbuhkan rumput. Itulah perumpamaan orang yang paham tentang agama Alloh (Islam), dia mendapatkan manfaat dari apa yang aku bawa, dia tahu lalu mengajarkannya. Dan perumpamaan orang yang tidak memperdulikannya sama sekali dan tidak menerima hidayah dari Alloh yang aku bawa." (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari no. 79, Imam Muslim no. 2282 dari Abu Musa Al Asy'ari rodhiallohu 'anhu)


 

Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :



MOESLIM BOOK CENTRAL


جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء



Yorumlar


© 2023 by Money Savvy. Proudly created with wix.com

Get Social

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey LinkedIn Icon
  • Grey YouTube Icon
bottom of page