top of page

RAMADHAN DALAM BAYANG-BAYANG COVID-19 (16)


Penulis: Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi

Dipublish: Moeslim Book Central



2. Tetap tinggal di rumah

Pemerintah dan ahli medis menganjurkan untuk tetap di rumah dan tidak keluar rumah untuk meminimalisir terjangkiti virus corona. Hal ini juga yang terus digalakkan oleh pemerintah agar penyebaran virus corona tidak meluas. Salah satu ucapan Presiden: “Saatnya sekarang ini bekerja di rumah, belajar di rumah, dan beribadah di rumah”.


Maka hendaknya bagi kita mentaati himbauan ini agar kita selamat dari wabah, tidak tertular dan tidak menularkan virus kepada orang lain.


Himbauan ini selaras dengan beberapa hadits Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam yang menganjurkan kepada kita untuk sabar berdiam di rumah saat terjadi wabah dan fitnah. Aisyah radiallahu 'anha bertutur, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam tentang tha’un (wabah)”. Beliau Shalallahu 'alaihi wa sallam menjawab, “Sesungguhnya wabah adalah azab yang ditimpakan Allah kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Namun Dia menjadikan wabah sebagai rahmat untuk kaum mukminin. Saat terjadi wabah, siapapun yang berdiam di rumahnya. Dengan penuh kesabaran dan berharap pahala. Sambil meyakini bahwa dia tidak akan terkena sesuatu, kecuali yang telah ditakdirkan Allah. Orang yang seperti itu, pasti akan mendapatkan pahala orang yang syahid”. *HR. Ahmad dan sanad-nya dinilai shahih oleh al-Arna’uth*


Dalam hadits yang lain, Nabi pernah ditanya: Apa kunci keselamatan? Maka beliau menjawab: “Jaga lisanmu, tinggallah di rumahmu, tangisilah dosamu”. *HR at-Tirmidzi, dihasankan Al Albani*


Hal ini telah dipahami dan dipraktekkan oleh generasi terbaik umat ini sebagai ketundukan mereka kepada perintah agama. Imam Malik Rahimahullah meriwayatkan dalam Al-Muwatho’ 1/424 dari Ibnu Abi Mulaikah bahwa Umar bin Khothob pernah melewati seorang wanita dari Bani Makhzum yang tengah thawaf di Ka’bah padahal dia terkena penyakit lepra, Umar menegur wanita itu seraya mengatakan; Wahai hamba Allah, janganlah engkau mengganggu manusia, seandainya kamu menetap di rumahmu niscaya lebih baik. Wanita itu akhirnya tetap tinggal di rumahnya, hingga suatu saat ada seorang yang mengatakan padanya; Sesungguhnya orang yang melarangmu keluar (maksudnya, Umar) kini telah meninggal dunia, maka keluarlah. Wanita itu menjawab: Bagaimana mungkin saya taat padanya saat dia masih hidup lalu memaksiatinya saat dia telah meninggal...


Imam Adz Dzahabi Rahimahullah menyebutkan dalam Siyar A’lam Nubala’ 15/507 dalam biografi Abu Wahb Al Andalusi wafat thn 344 H, pernah dikatakan padanya: Marilah kita pergi sekarang untuk ziarah ke fulan, dia menjawab: Mana Ilmu? Kita harus taat kepada pemimpin, dia telah melarang kita jalan-jalan di malam hari.


Subhanallah, demikianlah potret indah ketaatan para salaf kepada para pemimpin. Maka jadikanlah mereka teladan dalam hidupmu jika engkau ingin bahagia, karena mereka adalah generasi emas yang dipuji oleh Allah dan Rasul-Nya.


Maka kami mengajak kepada saudara-saudaraku sekalian untuk mengikuti arahan dan himbauan Presiden agar saat ini kita rakyat Indonesia lebih banyak belajar, beribadah dan bekerja di rumah, demi kebaikan kita semua agar terhindar dari wabah virus covid-19 yang melanda dunia.


Ayo kawan, mari kita kompak bekerjasama demi kebaikan bersama. Saya yakin dengan pertolongan Allah Subhanahu wa ta'ala kita mampu melewati ujian ini. Mari banyak istighfar dan semakin dekat dengan Allah serta mengikuti arahan para pemimpin dan ahli kesehatan dalam menghadapi bencana ini. Jangan egois dan jangan bandel. Semoga Allah Subhanahu wa ta'ala melindungi kita semua dari bencana .


Syaikhuna Prof. Dr. Khalid bin Ali Al-Musyaqih Rahimahullah (salah satu murid senior Syaikh Utsaimin) menasehatkan kepada kita bagaimana sikap yang benar di tengah bencana wabah covid-19 yang melanda, beliau menjelaskan: “Hendaknya seorang mengikuti arahan-arahan dari badan resmi Pemerintah, karena arahan-arahan ini berkaitan dengan kebutuhan mayoritas orang. Dan hal-hal yang berkaitan dengan mayoritas orang maka dikembalikan kepada waliyyul amri.


“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu)”. (QS. An-Nisa': 83)


Maka dalam hal-hal yang berkaitan dengan keamanan manusia dan problematika umum seperti ini, seharusnya kita menjadi satu barisan dan bergandengan tangan di bawah komando pemerintah dan arahan para ahli, jangan memecah belah barisan.


Barangsiapa yang memiliki pendapat pribadi maka hendaknya dia menyimpannya untuk dirinya sendiri. Rujukan kita adalah para ulama dan ulil amri. Allah Azza wa jalla berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS. An Nisa': 59) *“Al Ahkam Al Fiqhiyyah Al Muta’alliqoh Bi Wabai Corona” hlm. 4.*


Prof Dr. Sulaiman Ar-Ruhaili Hafizahullah berkata dalam twiternya:


“Mendengar dan taat kepada pemimpin kaum muslimin merupakan salah satu prinsip agama kita yang dengannya akan tercapai kemaslahatan dan terhindar keburukan.


Dan mempertimbangkan antara maslahat dan mafsadat dalam hal ini dikembalikan kepada pakar dan ahlinya.


Keputusan yang diambil oleh pemerintah sebagai langkah antisipasi menghadapi corona merupakan kewajiban mereka walau dengan meniadakan shalat jumat dan jamaah di masjid karena kondisi dharurat dan wajib bagi rakyat untuk mendengar dan taat”.


KIAT-KIAT CEGAH CORONA ANTARA MEDIS DAN SYARI’AT

Berikut cara-cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjangkit virus corona dilansir dari Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC), Kementerian Kesehatan dan WHO, yang sejatinya agama islam telah mengajarkannya


1. Sering Mencuci Tangan

Mereka menganjurkan untuk sering-sering mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir selama 20 detik.


Jika kita perhatikan, dalam agama Islam cuci tangan memang dianjurkan dalam agama. Allah Azza wa jalla berfirman tentang wudhu: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki”. (QS. Al-Maidah: 6)


Disebutkan dalam hadits Humran bin Aban Rahimahullah tentang cara wudhu Utsman bin Affan Radiallahu 'anhu: “.. kemudian beliau membasuh kedua tangannya 3 kali”


Di akhir hadits, Utsman mengatakan: “Aku melihat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam berwudhu seperti wudhuku ini” *HR. Bukhari no.1934, Muslim no.226*


Bukan hanya saat wudhu saja, Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam juga menganjurkan dan mencontohkan cuci tangan pada keadaan lainnya, diantaranya:


1. Ketika bangun dari tidur, sebelum memasukkan tangan ke dalam bejana atau melakukan aktifitas lainnya. Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka jangan mencelupkan tangannya ke dalam bejana sebelum ia mencucinya tiga kali. Karena ia tidak mengetahui dimana letak tangannya semalam” *HR. Bukhari no. 162, Muslim no. 278*


2. Ketika sebelum dan sesudah makan

Dalam hadits dari Aisyah Radiallahu 'anhu, beliau berkata: “Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam jika beliau ingin tidur dalam keadaan junub, beliau berwudhu dahulu. Dan ketika beliau ingin makan atau minum beliau mencuci kedua tangannya, baru setelah itu beliau makan atau minum” *HR. Abu Daud no.222, An Nasa’i no.257, dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa’i*


Dan dari Abu Hurairah Radiallahu 'anhu, ia berkata: َ“Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam memakan daging bahu kambing, kemudian beliau berkumur-kumur, mencuci kedua tangannya, baru setelah itu shalat” *HR. Ibnu Majah no. 405, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah*


Dan jika para ahli medis menganjurkan untuk cuci tangan dengan benar yaitu dengan menyela-nyela antara jari, maka ketahuilah bahwa Nabi kita juga telah memerintahkan kita untuk menyela-nyela antara jari-jari saat wudhu. Beliau bersabda kepada sahabat Laqith bin Shabirah: “Sempurnakanlah wudhu dan selailah antara jari jari dan semangatlah untuk istinsyaq kecuali ketika sedang berpuasa”. *HR. Abu Dawud 142 dan Tirmidzi 788 dan beliau menshahihkannya*



Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :



MOESLIM BOOK CENTRAL


جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء

Postingan Terakhir

Lihat Semua
JIHAD MELAWAN PERDUKUNAN (8)

Jihad Melawan Perdukunan Merupakan tugas bagi setiap kita semua untuk bersama-sama berjuang membasmi segala praktek perdukunan, sihir dan...

 
 
 
JIHAD MELAWAN PERDUKUNAN (7)

Penulis: Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi Dipublish: Moeslim Book Central Hukum Mendatangi Dukun Sungguh sangat disayangkan,...

 
 
 
JIHAD MELAWAN PERDUKUNAN (6)

Penulis: Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi Dipublish: Moeslim Book Central 4. Keempat: Menjadi musuh dan selalu dicurigai...

 
 
 

Komentar


© 2023 by Money Savvy. Proudly created with wix.com

Get Social

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey LinkedIn Icon
  • Grey YouTube Icon
bottom of page