RAMADHAN DALAM BAYANG-BAYANG COVID-19 (15)
- Muhammad Basyaib
- 1 Apr 2021
- 3 menit membaca
Penulis: Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi
Dipublish: Moeslim Book Central
Di antara contoh cara pengobatan Islami yang sangat dianjurkan adalah bekam, madu, ruqyah dan obatan-obatan lain baik tradisional maupun modern yang terbukti secara ilmu medis dan tidak bertentangan dengan syariat. *Lihat Ahkamul Adwiyah Fi Syariah Islamiyyah karya Dr. Hasan bin Ahmad)*
Dan perlu diketahui juga bahwa cara kesehatan dan pengobatan yang telah diajarkan Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam jauh lebih baik daripada kedokteran-kedokteran lainnya.
Maka selayaknya bagi kita semua untuk menghidupkan konsep ajaran kesehatan Islami dan selayaknya pula bagi para aktivis kedokteran untuk menghidupkan cara pengobatan syariāah karena itu jauh lebih mudah dan lebih bermanfaat.
Mari kita semua menjaga kesehatan kita dan menggunakan kesehatan kita dalam rangka untuk mendekatkan diri kita kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
TAATILAH ARAHAN PEMERINTAH, JANGAN BANDEL
Ketaatan kepada para pemimpin merupakan kewajiban dalam Islam selagi bukan dalam hal kemaksiatan kepada Allah. Allah Azza wa jalla berfirman: āHai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamuā. (QS. An-Nisa': 59)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah mengatakan, āUlil Amri mencakup dua golongan, yaitu ulama dan penguasaā. *Majmu Fatawa 18/158*
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda: āWajib bagi seorang muslim untuk mendengar dan taat (kepada penguasa) dalam perkara yang ia senangi dan ia benci kecuali apabila diperintah kemaksiatan. Apabila diperintah kemaksiatan maka tidak perlu mendengar dan taatā. *HR. Bukhari 13/121, Muslim 3/1469*
Al-Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah mengatakan: āHadits ini menunjukkan wajibnya taat kepada penguasa, hal itu berlaku dalam perkara yang bukan maksiat. Hikmahnya taat kepada penguasa adalah agar menjaga persatuan kalimat, karena yang namanya perpecahan adalah kehancuranā. *Fathul Bari 13/112.*
Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah berkata: Perintah pemerintah terbagi menjadi tiga macam:
1. Perintah yang sesuai dengan perintah Allah Subhanahu wa ta'ala seperti shalat fardhu, maka wajib mentaatinya.
2. Perintah yang maksiat kepada Allah Subhanahu wa ta'ala seperti cukur jenggot, maka tidak boleh mentaatinya.
3. Perintah yang bukan perintah Allah Subhanahu wa ta'ala dan bukan juga maksiat kepada Allah Subhanahu wa ta'ala seperti undang-undang lalu lintas, undangundang pernikahan dan sebagainya yang tidak bertentangan dengan syariāat, maka majib ditaati juga, bila tidak mentaatinya maka dia berdosa dan berhak mendapatkan hukuman setimpal.
Adapun anggapan bahwa tidak ada ketaatan kepada pemimpin kecuali apabila sesuai dengan perintah Allah saja, sedangkan peraturan-peraturan yang tidak ada dalam perintah syariāat maka tidak wajib mentaatinya, maka ini adalah pemikiran yang bathil dan bertentangan dengan Al-Qurāan dan Sunnah. *Lihat Syarh Riyadhus Sholihin 3/652-656.*
Termasuk dalam hal ini adalah mentaati arahan-arahan pemerintah dalam langkah-langkah mereka menghadapi wabah covid-19. Hal ini telah dipahami dan dipraktekkan oleh generasi terbaik umat ini sebagai ketundukan mereka kepada perintah agama.
Imam Malik Rahimahullah meriwayatkan dalam Al-Muwathoā 1/424 dari Ibnu Abi Mulaikah bahwa Umar bin Khothob pernah melewati seorang wanita dari Bani Makhzum yang tengah thawaf di Kaābah padahal dia terkena penyakit lepra, Umar menegur wanita itu seraya mengatakan; ā Wahai hamba Allah, janganlah engkau menyakiti manusia, seandainya kamu menetap di rumahmu niscaya lebih baikā. Wanita itu akhirnya tetap tinggal di rumahnya, hingga suatu saat ada seorang yang mengatakan padanya; Sesungguhnya orang yang melarangmu keluar (maksudnya, Umar) kini telah meninggal dunia, maka keluarlah. Wanita itu menjawab: āBagaimana mungkin saya taat padanya saat dia masih hidup lalu memaksiatinya saat dia telah meninggalā.
Al-Khothib Al Baghdadi Rahimahullah dalam Tarikhnya 5/334 dan Ibnu Asakir dalam Tarikhnya 53/228 meriwayatkan bahwa Ibnu Sirin pernah dipenjara karena hutang untuk menolong orang. Para penjaga penjara pernah mengatakan padanya: āBila malam telah tiba, pulanglah ke keluargamu, dan kembalilah ke sini lagi pagi hariā. Mendengar itu, Ibnu Sirin berkata: āTidak, demi Allah, Aku tidak ingin untuk membantumu dalam mengkhianati pemimpinā.
Bahkan para salaf menilai jika ada seseorang tidak menunaikan kewajiban taat kepada para pemimpin maka berarti ilmunya tidak bermanfaat.
Imam Adz Dzahabi Rahimahullah menyebutkan dalam Siyar Aālam Nubalaā 15/507 dalam biografi Abu Wahb Al Andalusi wafat thn 344 H, pernah dikatakan padanya: āMarilah kita pergi sekarang untuk ziarah ke fulanā Dia menjawab: āMana Ilmu? Kita harus taat kepada pemimpin, dia telah melarang kita jalan-jalan di malam hari.
Subhanallah, demikianlah potret indah ketaatan para salaf kepada para pemimpin. Maka jadikanlah mereka teladan dalam hidupmu jika engkau ingin bahagia, karena mereka adalah generasi emas yang dipuji oleh Allah dan Rasul-Nya.
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRALŲ¬ŁŲ²ŁŲ§ŁŁŁ Ł Ų§ŁŁŁŁ Ų®ŁŁŁŲ±ŁŲ§ ŁŁŲ«ŁŁŁŲ±ŁŲ§ ŁŁŲ¬ŁŲ²ŁŲ§ŁŁŁ Ł Ų§ŁŁŁŁ Ų§ŁŲŁŲ³ŁŁŁ Ų§ŁŁŲ¬ŁŲ²ŁŲ§Ų”

Komentar