PANDUAN LENGKAP PUASA RAMADHAN Menurut al-Qur’an dan Sunnah (5)
- Muhammad Basyaib
- 2 Apr 2021
- 3 menit membaca
Penulis: Abu Abdillah Syahrul Fatwa bin Luqman,
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi
Dipublish: Moeslim Book Central
BAB KEEMPAT ◾ Keutamaan Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan mempunyai kedudukan yang sangat agung. Ia memiliki keutamaan dan ganjaran yang sangat besar.
Imam al-’Izz bin Abdus Salam Rahimahullah berkata: “Keutamaan waktu dan tempat ada dua bentuk, bentuk pertama bersifat duniawi dan bentuk kedua bersifat agama. Keutamaan yang bersifat agama adalah kembali kepada kemurahan Allah untuk para hamba-Nya dengan cara melebihkan pahala bagi yang beramal, seperti keutamaan puasa Ramadhan atas seluruh puasa pada bulan yang lain demikian pula seperti hari ’Asyura'. Keutamaan ini kembali pada kemurahan dan kebaikan Allah bagi para hamba-Nya di dalam waktu dan tempat tersebut.” *Qawa’id al-Ahkam 1/38 al-’Izz bin Abdis Salam*
Di antara keutamaan puasa Ramadhan adalah:
A. Termasuk Rukun Islam
Islam itu dibangun di atas lima perkara. Tidak sempurna keislaman seseorang kecuali dengan mengerjakan lima perkara tersebut. Puasa Ramadhan termasuk rukun Islam, berdasarkan hadits: “Islam itu dibangun di atas lima perkara: persaksian bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, membayar zakat, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa di bulan Ramadhan.” *HR. Bukhari No. 8, Muslim No. 16*
B. Menghapus Dosa yang Telah Lalu
Dari Abu Hurairah Radiallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa berpuasa Ramadhan karena keimanan dan mencari pahala akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” *HR. Bukhari No. 38, Muslim No. 860*
Perhatikan hadits tersebut wahai saudaraku, bahwa ampunan terhadap dosa yang telah lalu hanya untuk orang-orang yang puasanya karena keimanan dan mencari pahala(!) karena iman dan mencari pahala adalah barometer dan pembeda apakah puasanya itu karena kebiasaan dan ikut-ikutan ataukah benar-benar niatnya ibadah!! Barang siapa niat puasanya bukan karena iman dan mencari pahala tidak termasuk dalam janji hadits di atas. *Ash-Shaum fi Dhail Kitab was Sunnah hlm. 12 Umar Sulaiman al-Asyqar*
C. Merupakan Sebab Masuk Surga
Dasarnya ialah hadits: Dari Abu Abdillah Jabir bin Abdillah al-Anshari Radiallahu 'anhu, bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam: “Bagaimana pendapatmu jika aku melaksanakan shalat-shalat fardhu, berpuasa Ramadhan, menghalalkan yang halal, mengharamkan yang haram, dan aku tidak menambah sedikit pun atas hal itu, apakah aku akan masuk Surga?” Beliau menjawab: “Ya.” *HR. Muslim No. 15*
Hadits di atas menunjukkan bahwa orang yang mencukupkan untuk mengerjakan perkara yang wajib dan meninggalkan yang haram maka dia akan masuk surga. Akan tetapi, barang siapa meninggalkan perkara-perkara yang sunnah dan tidak mengerjakannya sedikit pun maka dia telah rugi besar, tidak mendapat pahala yang banyak. Orang yang semacam itu kurang agamanya dan cacat kepribadiannya. *Al-Mufhim Lima Asykala Min Talkhis Kitab Muslim 1/166 al-Qurthubi*
D. Do’anya Terkabulkan
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. al-Baqarah [2]: 186)
Perhatikanlah, Allah Azza wa jalla meletakkan ayat ini setelah menjelaskan tentang kewajiban puasa, sebagai isyarat pentingnya do’a ketika berpuasa. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai orang-orang yang akan dibebaskan (dari neraka) setiap hari dan malam. Setiap hamba dari mereka punya do’a yang mustajab.” *HR. Ahmad 12/420. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ No. 2169.*
Al-Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah berkata: “Yaitu pada bulan Ramadhan.” *Athraf al-Musnad 7/203, sebagaimana dalam ash-Shiyam fil Islam hlm. 34 Sa’id bin Ali al-Qahthani. Hal senada dikatakan pula oleh Imam al-Munawi dalam Faidhul Qadir 2/614.* Ini merupakan keutamaan besar bagi bulan Ramadhan dan orang yang berpuasa, menunjukkan keutamaan do’a dan orang yang berdo’a. *Faidhul Qadir 2/614 al-Munawi*
E. Pahala yang Berlipat Ganda Tanpa Batas
Dasarnya ialah hadits: “Semua amalan bani Adam akan dilipatgandakan, satu kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikpuasa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan aku yang akan membalasnya.’” *HR. Muslim No. 2763*
Al-Hafizh Ibnu Rajab Rahimahullah mengatakan: “Tatkala puasa itu sendiri pahalanya dilipatgandakan daripada amalan-amalan yang lain, maka puasa Ramadhan pahalanya akan berlipat ganda dibandingkan dengan puasa-puasa yang lainnya. Sebabnya ialah kemuliaan waktu, karena puasa ini Allah wajibkan bagi seluruh hamba, dan karena puasa ini salah satu rukun Islam yang Islam itu dibangun di atasnya.” *Latha'iful Ma’arif hlm. 286 *
Bahkan pahala yang mereka peroleh tidak terbatas, sebagaimana konteks hadits di atas, Allah Azza wa jalla berkehendak untuk melipatgandakan pahala puasa sekehendak-Nya. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman: Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. az-Zumar [39]: 10)
Imam al-Auza’i Rahimahullah mengatakan: “Tidak ada timbangan dan takaran untuk pahala orang yang berpuasa, tetapi mereka akan dibuatkan kamar khusus tersendiri.” *Tafsir Ibnu Katsir 7/80*
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRALجَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء

Komentar