PANDUAN LENGKAP PUASA RAMADHAN Menurut al-Qur’an dan Sunnah (32)
- Muhammad Basyaib
- 13 Apr 2021
- 3 menit membaca
Penulis: Abu Abdillah Syahrul Fatwa bin Luqman,
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi
Dipublish: Moeslim Book Central
E. Waktu Mengeluarkan Zakat Fithri
Menurut pendapat yang terkuat dan berdasarkan dalil-dalil yang shahih, waktu mengeluarkan zakat fithri ada dua: *Ittihaf Ahlil Iman Bi Durus Syahri Ramadhan hlm. 124 Shalih al-Fauzan, Ahkam Ma Ba’da ash-Shiyam hlm. 12–13 Muhammad bin Rasyid al-Ghufaili*
1. Waktu yang afdhal (lebih utama)
Yaitu sejak malam hari raya hingga sebelum shalat Idul Fithri. Berdasarkan hadits Ibnu Umar Radiallahu 'anhu dia berkata: “Adalah Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan agar menunaikan zakat fithri sebelum keluarnya manusia menuju shalat.” *HR. Bukhari No. 1503, Muslim No. 984*
Imam Ibnu Tin berkata: “Yaitu sebelum keluarnya manusia menuju shalat ’id dan setelah shalat shubuh.” *Fathul Bari 7/145 Ibnu Hajar*
2. Waktu yang boleh
Yaitu satu hari atau dua hari sebelum hari raya. Ibnu Umar Radiallahu 'anhu berkata: “Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam mewajibkan sedekah fithri ... dan mereka para sahabat memberikannya satu hari atau dua hari sebelum hari raya.” *HR. Bukhari No. 1511, Muslim No. 984*
Dan tidak boleh mengeluarkan zakat fithri setelah shalat ’id. Barang siapa yang membayar zakat fithri setelah shalat ’id, maka dia berdosa dan tidak diterima zakatnya *Asy-Syarh al-Mumthi’ 6/172 Ibnu Utsaimin, Fatawa Lajnah Da'imah 9/373*. Ibnu Abbas Radiallahu 'anhu berkata: “Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri sebagai pembersih orang yang puasa dari perbuatan yang sia-sia dan kotor serta memberi makan orang miskin. Barang siapa yang menunaikannya sebelum shalat, maka itu adalah zakat yang diterima. Dan barang siapa yang menunaikannya setelah shalat maka dia adalah sedekah seperti sedekah-sedekah lainnya.” *HR. Abu Dawud No. 1609, Ibnu Majah No. 1827, dihasankan oleh al-Albani dalam al-Irwa' No. 843.*
Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata: “Tuntutan dua hadits ini, bahwasanya tidak boleh mengakhirkan pembayaran zakat fithri setelah shalat ’id. Dan waktunya dianggap habis dengan selesainya shalat ’id. Inilah yang benar, tidak ada yang dapat menentang dua hadits ini, dan tidak ada yang menghapusnya serta tidak ada ijma’ yang dapat menolak pendapat yang didasari dua hadits ini.” *Zadul Ma’ad 2/21*
Faedah. Masalah Badan Pengelola Zakat Terkadang di antara kita ada yang mewakilkan pemberian zakat kepada badan-badan pengelola zakat. Masalahnya, bolehkah menyerahkan zakat fithri kepada badan-badan pengelola zakat yang terkadang memberikannya kepada fakir miskin setelah selesai shalat hari raya Idul Fithri? Jawaban atas masalah ini diperinci sebagai berikut:
• Apabila badan pengurus zakat tersebut mewakili pemberi zakat dan penerima zakat, seperti badan-badan resmi yang ditunjuk atau diizinkan pemerintah, maka boleh memberikan zakat kepada mereka meskipun mereka akan memberikannya kepada fakir miskin setelah hari raya.
• Apabila badan pengurus hanya mewakili pemberi zakat saja, bukan mewakili penerima zakat, seperti badan-badan yang tidak resmi dari pemerintah atau tidak mendapat izin pemerintah, maka mereka harus memberikan zakat fithri kepada fakir miskin sebelum shalat ’id, dan tidak boleh mewakilkan kepada badan-badan tersebut jika diketahui bahwa mereka memberikannya kepada fakir miskin setelah shalat ’id. *Lihat Nawazil Zakat hlm. 512–513 Abdullah bin Manshur al-Ghufaili*
F. Ukuran dan Jenisnya
1. Ukuran zakat fithri
Ukuran zakat fithri adalah satu sha’ Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Hal ini berdasarkan hadits-hadits yang masyhur dari Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam, di antaranya adalah: Abu Sa’id al-Khudri Radiallahu 'anhu berkata: “Dahulu kami mengeluarkan zakat fithri satu sha’ makanan, atau satu sha’ gandum, atau satu sha’ kurma, atau satu sha’ keju atau satu sha’ anggur kering.” *HR. Bukhari No. 1506, Muslim No. 985 *
Satu sha’ adalah empat mud. Satu mud adalah satu cakupan kedua tangan laki-laki berperawakan sedang, dalam keadaan jari-jemari tidak menggenggam juga tidak melebar. *Al-Qamus al-Muhith hlm. 407 dan 955 Fairuz Abadi, Fathul Bari 11/597, Fatawa Lajnah Da'imah 9/365.*
Maka satu sha’ bila ditimbang hasilnya sekitar 2,04 kilogram. *Majalis Syahri Ramadhan hlm. 327 Ibnu Utsaimin*
Catatan. Lalu bagaimana dengan ukuran beras? Karena ukuran di atas adalah untuk ukuran gandum, maka bagaimanakah jika berupa beras? Setelah dilakukan uji coba di Pondok Pesantren al-Furqon al-Islami *Yang beralamat di Ds. Srowo, Kec. Sidayu, Kab. Gresik 61153.* pada tahun 1426 H, ternyata ukuran satu sha’ bila dengan beras hasilnya adalah 2,33 kilogram atau 2,7 liter beras kualitas sedang. Allahu A’lam. *Ukuran Zakat Fithri oleh Ustadzuna al-Fadhil Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf pada Majalah Al Furqon edisi khusus Th. 7 1428 H*
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRALجَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء

Komentar