top of page

PANDUAN LENGKAP PUASA RAMADHAN Menurut al-Qur’an dan Sunnah (17)


Penulis: Abu Abdillah Syahrul Fatwa bin Luqman,

Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi

Dipublish: Moeslim Book Central



BAB KESEBELAS ◾ Hal-Hal yang Tidak Membatalkan Puasa

Orang yang memahami agama ini dengan baik, pasti tidak akan ragu bahwa agama ini memberi kemudahan kepada para hamba Allah dan tidak menyulitkan mereka. Islam telah membolehkan beberapa perkara bagi orang yang puasa. Bila perkara-perkara ini dikerjakan, puasanya sah dan tidak batal. Apa saja perkara-perkara tersebut?


A. Memasuki Pagi Hari Dalam Keadaan Junub

Barang siapa yang tidur ketika puasa kemudian mimpi basah maka puasanya tidak batal, bahkan hendaknya dia meneruskan puasanya berdasarkan kesepakatan ulama. *al-Mughni 3/341, al-Majmu’ 6/370* Demikian pula barang siapa yang mimpi basah pada malam harinya, kemudian ketika bangun pagi hari masih dalam keadaan junub dan hendak puasa, maka puasanya sah, sekalipun dia tidak mandi kecuali setelah fajar. *Imam Ibnu Hubairah dan Imam an-Nawawi telah menukil kesepakatan ulama dalam masalah ini, lihat al-Ifshah 1/244 dan Syarh Shahih Muslim 7/231* Hal itu berdasarkan haditsnya Aisyah dan Ummu Salamah Radiallahu 'anhuna: “Adalah Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah memasuki fajar pada bulan Ramadhan dalam keadaan junub sehabis berhubungan badan dengan istrinya bukan karena mimpi. Kemudian beliau berpuasa.” *HR. Bukhari No. 1926, Muslim No. 1109 *


Demikian pula masuk dalam masalah ini adalah wanita yang haid dan nifas apabila darah mereka terhenti dan melihat sudah suci sebelum fajar, maka hendaknya ikut puasa bersama manusia pada hari itu sekalipun belum mandi kecuali setelah terbitnya fajar karena ketika itu dia sudah menjadi orang yang wajib puasa. *Ahadits Shiyam Ahkam wa Adab hlm. 107 Abdullah bin Shalih al-Fauzan*


B. Berciuman dan Berpelukan Bagi Suami Istri Asalkan Aman dari Keluarnya Mani

Boleh bagi suami istri untuk berpelukan dan berciuman *Lihat atsar-atsar para sahabat dan tabi'in yang membolehkan hal tersebut dalam Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 3/63, Ma Shahha Min Atsari ash-Shahabah fil Fiqh 2/647–652 Zakaria bin Ghulam Qadir al-Bakistani.* pada siang hari Ramadhan jika dirinya mampu menahan syahwat hingga terjaga dari keluarnya air mani dan tidak terjatuh dalam perbuatan haram berupa jima'. Berdasarkan haditsnya Aisyah Radiallahu 'anha, dia berkata: “Dahulu Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah mencium dan bercumbu padahal beliau sedang puasa, tetapi beliau adalah seorang di antara kalian yang paling mampu menahan syahwatnya.” *HR. Bukhari No. 1927, Muslim No. 1106*


Imam Ibnul Arabi Rahimahullah mengatakan: “Sesungguhnya berciuman dan berpelukan adalah pengecualian dari keharaman al-Qur'an, melakukannya boleh, berdasarkan perbuatan Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam.” *Aridhatul Ahwadzi 3/262 Ibnul Arabi* Imam ath-Thahawi Rahimahullah mengatakan: “Sungguh atsar-atsar ini telah datang dari jalan yang mutawatir dari Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya beliau berciuman ketika sedang puasa, hal ini menunjukkan bahwa ciuman tidak membatalkan orang yang puasa.” *Syarh Ma’ani al-Atsar karya ath-Thahawi, Nazhmul Mutanatsir hlm. 131 al-Kattani. *


Jika berciuman dan berpelukan menyebabkan keluarnya air madzi dari suami istri maka puasanya sah tidak batal. *Jami’ Ahkam an-Nisa' 2/361 Mushthafa al-Adawi* Akan tetapi, barang siapa berciuman dan berpelukan hingga menyebabkan air maninya keluar, maka sungguh puasanya telah batal, dan wajib mengganti puasa yang batal tersebut pada hari yang lain menurut pendapat yang terkuat. *Al-Umm 2/86, al-Majmu’ 6/322 * Dan wajib pula baginya untuk taubat dan menyesali perbuatannya, menjauhi segala perbuatan yang dapat membangkitkan syahwatnya. Karena orang yang puasa dituntut untuk meninggalkan segala kelezatan dan syahwatnya, dan termasuk dalam masalah ini adalah menjaga diri agar tidak keluar air maninya. Wallahu A’lam. *At-Tarjih fi Masa'il ash-Shaum waz Zakat hlm. 96 Muhammad Umar Bazimul*


Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin Rahimahullah berkata: “Ciuman terbagi menjadi tiga macam:


• Pertama. Ciuman yang tidak diiringi dengan syahwat. Seperti ciuman seorang bapak kepada anak-anaknya yang masih kecil. Maka hal ini boleh, tidak ada pengaruh dan hukumnya bagi orang yang puasa.


• Kedua. Ciuman yang dapat membangkitkan syahwat tetapi dirinya merasa aman dari keluarnya air mani, menurut pendapat madzhab Hanabilah ciuman jenis ini dibenci. Akan tetapi, yang benar adalah boleh, tidak dibenci.


Ketiga. Ciuman yang dikhawatirkan keluarnya air mani, maka jenis ciuman ini tidak boleh, haram dilakukan jika persangkaan kuatnya menyatakan bahwa air maninya akan keluar jika berciuman. Seperti seorang pemuda yang kuat syahwatnya dan sangat cinta kepada istrinya.” *Asy-Syarh al-Mumthi’ 6/427*



Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :



MOESLIM BOOK CENTRAL


جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء

Postingan Terakhir

Lihat Semua
JIHAD MELAWAN PERDUKUNAN (8)

Jihad Melawan Perdukunan Merupakan tugas bagi setiap kita semua untuk bersama-sama berjuang membasmi segala praktek perdukunan, sihir dan...

 
 
 
JIHAD MELAWAN PERDUKUNAN (7)

Penulis: Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi Dipublish: Moeslim Book Central Hukum Mendatangi Dukun Sungguh sangat disayangkan,...

 
 
 
JIHAD MELAWAN PERDUKUNAN (6)

Penulis: Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi Dipublish: Moeslim Book Central 4. Keempat: Menjadi musuh dan selalu dicurigai...

 
 
 

Komentar


© 2023 by Money Savvy. Proudly created with wix.com

Get Social

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey LinkedIn Icon
  • Grey YouTube Icon
bottom of page