top of page

MEREKA YANG MERUGI (8)

Diperbarui: 20 Mar 2021


ree

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Dipublish: Moeslim Book Central



Kaidah kelima: Dakwah dengan mengetahui keadaan yang didakwahi

‘Ali bin Abi Thalib Radiallahu 'anhu berkata, “Sampaikanlah kepada manusia menurut apa yang mereka ketahui. Apakah engkau menginginkan Allah dan RasulNya didustakan?” (HR. Bukhari, no. 127).


Hadits berikut juga membicarakan tentang pemilihan waktu dalam berdakwah, tidak sampai membuat orang lain bosan.


Dari Abu Wa’il, ia berkata bahwa Abdullah (bin Mas’ud) memberi pelajaran kepada orang-orang setiap hari Kamis, kemudian seseorang berkata, “Wahai Abu Abdurrahman (Ibnu Mas’ud), aku ingin engkau memberi pelajaran kepada kami setiap hari.” Dia menjawab, “Sungguh, aku tidak mau melakukannya karena takut membuat kalian bosan. Aku ingin memperhatikan kalian saat memberi pelajaran sebagaimana Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam memperhatikan kami karena khawatir kami jenuh dan bosan.” (HR. Bukhari, no. 70).


Agar dakwah diterima dan berpengaruh

Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan hafizahullah menjelaskan pula bagaimana dakwah bisa diterima dan membawa pengaruh dengan memiliki sifat-sifat berikut ini:

1. Bertakwa dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan.

2. Ikhlas, mengharapkan wajah Allah dengan dakwah-Nya.

3. Berilmu, hendaklah ia punya ilmu dengan apa yang ia dakwahkan dengan pemahaman dari AlQur’an dan Sunnah Rasul Shalallahu 'alaihi wa sallam.

4. Lemah lembut dan berusaha menahan marah.

5. Memulai dari yang terpenting terlebih dahulu, masalah akidah tentu harus lebih didahulukan. (Lihat Hushul Al-Ma’mul, hlm. 21).


Akidah dan tauhid yang pertama didakwahi

Lihatlah bagaimana dakwah Nabi Nuh 'Alaihissallam, “Sungguh Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia berkata; Wahai kaumku, sembahlah Allah tiada bagi kalian sesembahan selain-Nya.” (QS. Al-A’raaf: 59).


Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa dakwah Nabi Nuh adalah dakwah tauhid. Lihat pula bagaimana materi dakwah Nabi Hud 'Alaihisallam, “Dan kepada kaum ‘Aad, Kami utus saudara mereka yaitu Hud. Dia berkata; Wahai kaumku, sembahlah Allah tiada bagi kalian sesembahan selain-Nya.” (QS. Al-A’raaf: 65). Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa dakwah Nabi Hud adalah dakwah tauhid.


Lihatlah dakwah Nabi Shalih 'Alihissallam, “Dan kepada kaum Tsamud, Kami utus saudara mereka yaitu Shalih. Dia berkata; Wahai kaumku, sembahlah Allah tiada bagi kalian sesembahan selain-Nya.” (QS. Al-A’raaf: 73). Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa dakwah Nabi Shalih adalah dakwah tauhid.


Lihat pula dakwah Nabi Syu’aib 'Alaihissallam, “Dan kepada kaum Madyan, Kami utus saudara mereka yaitu Syu’aib. Dia berkata; Wahai kaumku, sembahlah Allah tiada bagi kalian sesembahan selain-Nya.” (QS. Al-A’raaf: 85). Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa dakwah Nabi Syu’aib adalah dakwah tauhid.


Demikian pula Nabi Ibrahim 'Alaihissallam, “Sungguh telah ada teladan yang baik pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya, yaitu ketika mereka berkata kepada kaumnya; Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari segala yang kalian sembah selain Allah. Kami ingkari kalian dan telah nyata antara kami dengan kalian permusuhan dan kebencian untuk selamanya sampai kalian mau beriman kepada Allah saja.” (QS. Al-Mumtahanah: 4). Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa dakwah Nabi Ibrahim adalah dakwah tauhid.


Bahkan demikianlah dakwah segenap Rasul untuk meluruskan akidah dan mentauhidkan Allah, “Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak; sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (QS. An-Nahl: 36). Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa dakwah seluruh rasul adalah dakwah tauhid.


Juga disebutkan dalam hadits akan pentingnya mendahulukan dakwah tauhid. Dari Ibnu ‘Abbas Radiallahu 'anhu, ia berkata, “Ketika Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam mengutus Mu’adz ke Yaman, ia pun berkata padanya, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari ahli kitab. Maka jadikanlah dakwah engkau pertama kali pada mereka adalah supaya mereka mentauhidkan Allah Azza wa jalla. Jika mereka telah memahami hal tersebut, maka kabari mereka bahwa Allah telah mewajibkan pada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah shalat, maka kabari mereka, bahwa Allah juga telah mewajibkan bagi mereka zakat dari harta mereka, yaitu diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan disalurkan untuk orang-orang fakir di tengah-tengah mereka. Jika mereka menyetujui hal itu, maka ambillah dari harta mereka, namun hati-hati dari harta berharga yang mereka miliki.” (HR. Bukhari, no. 7372 dan Muslim no. 19).



Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :



MOESLIM BOOK CENTRAL


جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء


Postingan Terakhir

Lihat Semua
JIHAD MELAWAN PERDUKUNAN (8)

Jihad Melawan Perdukunan Merupakan tugas bagi setiap kita semua untuk bersama-sama berjuang membasmi segala praktek perdukunan, sihir dan...

 
 
 
JIHAD MELAWAN PERDUKUNAN (7)

Penulis: Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi Dipublish: Moeslim Book Central Hukum Mendatangi Dukun Sungguh sangat disayangkan,...

 
 
 
JIHAD MELAWAN PERDUKUNAN (6)

Penulis: Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi Dipublish: Moeslim Book Central 4. Keempat: Menjadi musuh dan selalu dicurigai...

 
 
 

Komentar


© 2023 by Money Savvy. Proudly created with wix.com

Get Social

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey LinkedIn Icon
  • Grey YouTube Icon
bottom of page