top of page

MEREKA YANG MERUGI (7)

Diperbarui: 20 Mar 2021


ree

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Dipublish: Moeslim Book Central



Kaidah kedua: Dakwah dengan ilmu

‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz Rahimahullah mengatakan, “Barang siapa yang beribadah pada Allah tanpa ilmu, maka ia akan membuat banyak kerusakan dibanding mendatangkan banyak kebaikan.” (Majmu’ah AlFatawa, 28:136).


Begitu pula Mu’adz bin Jabal Radiallahu 'anhu pernah mengatakan, “Ilmu adalah pemimpin amalan. Sedangkan amalan itu berada di belakang ilmu.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 28:137).


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang membekali dirinya dengan ilmu, maka hal itu akan cepat mengantarkan kepada tujuan.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 28:137).


Kaidah ketiga: Dakwah dengan hikmah

Hikmah adalah tepat dalam perkataan, perbuatan dan keyakinan, serta meletakkan sesuatu pada tempatnya yang sesuai.


Allah Azza wa jalla berfirman, “Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl: 125).


Ada tiga contoh hadits yang menunjukkan hikmah dalam berdakwah dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam. Hadits pertama, dari Mu’awiyah bin Hakam AsSulamiy Radiallahu 'anhu, ia berkata, “Aku ketika itu shalat bersama Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam lalu ada seseorang yang bersin dan ketika itu aku menjawab ‘yarhamukallah’ (semoga Allah merahmatimu). Lantas orang-orang memalingkan pandangan kepadaku. Aku berkata ketika itu, “Aduh, celakalah ibuku! Mengapa Anda semua memandangku seperti itu?” Mereka bahkan menepukkan tangan mereka pada paha mereka. Setelah itu barulah aku tahu bahwa mereka menyuruhku diam. Lalu aku diam. Tatkala Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam selesai shalat—ayah dan ibuku sebagai tebusanmu (ungkapan sumpah Arab)—aku belum pernah bertemu seorang pendidik sebelum dan sesudahnya yang lebih baik pengajarannya daripada beliau. Demi Allah! Beliau tidak menghardikku, tidak memukul, dan tidak memakiku. Beliau bersabda saat itu, ‘Sesungguhnya shalat ini, tidak pantas di dalamnya ada percakapan manusia, karena shalat itu hanyalah tasbih, takbir, dan membaca Al-Qur’an.’” (HR. Muslim, no. 537).


Hadits kedua adalah hadits riwayat Abu Daud disebutkan bahwa Abu Bakrah rukuk sebelum masuk shaf, kemudian ia berjalan menuju shaf. Ketika Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam selesai shalat, beliau berkata, “Siapa di antara kalian yang tadi rukuk sebelum masuk shaf lalu ia berjalan menuju shaf?Abu Bakrah mengatakan, “Saya.” Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallm bersabda, “Semoga Allah memberikan terus semangat padamu. Namun seperti itu jangan diulangi.” (HR. Abu Daud, no. 684. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).


Hadits ketiga, dari Anas bin Malik Radiallahu 'anhu, beliau berkata,“Ada seorang Arab Badui pernah memasuki masjid, lantas dia kencing di salah satu sisi masjid. Lalu para sahabat menghardiknya. Namun Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam melarang tindakan para sahabat tersebut. Tatkala orang tadi telah menyelesaikan hajatnya, Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam lantas memerintah para sahabat untuk mengambil air, kemudian bekas kencing itu pun disiram.” (HR. Bukhari, no. 221 dan Muslim, no. 284).


Kaidah keempat: Dakwah dengan sabar

Karena pasti dalam dakwah selalu ada tantangan dan gangguan. Cukup ayat berikut sebagai renungan, “Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasulrasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka.” (QS. Al-An’am: 34).


Syaikhul Islam mengatakan, “Setiap orang yang ingin melakukan amar makruf nahi mungkar pastilah mendapat rintangan. Oleh karena itu, jika seseorang tidak bersabar, maka hanya akan membawa dampak kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 28:136).


Luqman pernah mengatakan kepada anaknya, “Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman: 17).


Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata, “Suatu penjelasan dan dakwah pada suatu masalah bisa saja diakhirkan hingga waktu yang memungkinkan sebagaimana Allah Subhanahu wa ta'ala mengakhirkan turunnya suatu ayat dan penjelasan hukum hingga waktu yang memungkinkan saat Rasul bisa menerima dan bisa menjelaskannya.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 20:59).



Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :



MOESLIM BOOK CENTRAL


جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء


Postingan Terakhir

Lihat Semua
JIHAD MELAWAN PERDUKUNAN (8)

Jihad Melawan Perdukunan Merupakan tugas bagi setiap kita semua untuk bersama-sama berjuang membasmi segala praktek perdukunan, sihir dan...

 
 
 
JIHAD MELAWAN PERDUKUNAN (7)

Penulis: Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi Dipublish: Moeslim Book Central Hukum Mendatangi Dukun Sungguh sangat disayangkan,...

 
 
 
JIHAD MELAWAN PERDUKUNAN (6)

Penulis: Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi Dipublish: Moeslim Book Central 4. Keempat: Menjadi musuh dan selalu dicurigai...

 
 
 

Komentar


© 2023 by Money Savvy. Proudly created with wix.com

Get Social

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey LinkedIn Icon
  • Grey YouTube Icon
bottom of page