top of page

MEREKA YANG MERUGI (6)

Diperbarui: 20 Mar 2021


ree

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Dipublish: Moeslim Book Central



Berdakwah

Jika seseorang sudah kuat dalam ilmu dan kuat dalam beramal, hendaklah ia memberikan kebaikan kepada yang lain sebagaimana dilakukan pula oleh Rasul Shalallahu 'alaihi wa sallam.


Adapun ayat yang memotivasi untuk berdakwah adalah firman Allah, “Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orangorang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yusuf: 108).


Berdakwah di atas bashirah dalam ayat ini maksudnya adalah berdakwah dengan ilmu dengan mengetahui: (1) syariat, (2) keadaan orang yang didakwahi, dan (3) cara untuk mencapai tujuan.


Mengenai besarnya pahala berdakwah disebutkan dalam hadits, “Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah.” (HR. Bukhari, no. 2942 dan Muslim, no. 2406, dari Sahl bin Sa’ad).


Lima kaidah dalam berdakwah

Ada lima kaidah penting dalam berdakwah yang disebutkan oleh para ulama:

1. Dakwah harus ikhlas mencari ridha Allah.

2. Dakwah dengan ilmu.

3. Dakwah dengan hikmah.

4. Dakwah dengan sabar.

5. Dakwah dengan mengetahui keadaan yang didakwahi.


Kaidah pertama: Dakwah harus Ikhlas Mencari Ridha Allah

Allah Azza wa jalla berfirman, “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat: 33).


Ibnul Jauzi r menjelaskan bahwa para ulama menafsirkan berbeda mengenai maksud orang yang memiliki perkataan yang baik tersebut. Ada yang mengatakan mereka adalah muazin. Ada yang mengatakan mereka adalah para dai yang berdakwah pada tauhid ‘laa ilaha illallah’ (tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah). Pendapat kedua ini menjadi pendapat Ibnu ‘Abbas, As Sudi, dan Ibnu Zaid. Sedangkan pendapat yang lain seperti dari Al-Hasan Al-Bashri, yang dimaksud adalah adalah mukmin yang Allah menerima dakwah-Nya karena ia telah menempuh jalan Allah, lalu ia pun mengajak yang lain pada jalan tersebut. (Lihat Zaad Al-Masiir, 7:256-257).


Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di Rahimahullah menjelaskan, “Ayat ini bermakna: tidak ada yang memiliki ucapan dan jalan yang lebih baik daripada seorang yang berdakwah ilallah.”


Yang termasuk berdakwah ilallah selanjutnya disebutkan oleh beliau Rahimahullah,


Yang dimaksud “ِ “dai di jalan Allah adalah dai yang memberi pengajaran kepada orang-orang yang belum paham, memberi peringatan kepada orang yang lalai dan menentang, serta menyanggah pendukung kebatilan. Dai tersebut juga mengajak dan mendorong untuk beribadah kepada Allah dalam segala macam bentuk peribadahan, serta menyeru untuk memperbagus ibadah sesuai kemampuan. Dai tersebut juga mengingatkan dengan keras laranganlarangan Allah, menjelaskan jeleknya larangan tersebut dan wajib untuk menjauhinya. Materi dakwah yang utama adalah memperbaiki ushulud diin (akidah), menyanggah hal-hal yang bertentangan dengan ushulud diin tersebut dengan cara yang baik, serta melarang dari kekufuran dan kesyirikan. Para dai tersebut gemar pula beramar makruf dan nahi mungkar. Yang termasuk berdakwah di jalan Allah adalah menjelaskan kecintaan Allah kepada hamba-Nya dengan menyebut berbagai nikmat-Nya, luasnya karunia dan kesempurnaan rahmat-Nya, juga menjelaskan kesempurnaan sifat Allah dan kemuliaan-Nya.


Yang termasuk berdakwah di jalan Allah adalah menyemangati umat dengan membawakan berbagai kutipan ilmu dan petunjuk dari Al-Qur’an dan hadits Rasul Shalallahu 'alaihi wa sallam, hal ini dengan menempuh berbagai cara yang mengantarkan padanya. Termasuk dalam hal ini adalah menjelaskan akhlak yang mulia, berbuat ihsan kepada seluruh makhluk, membalas setiap kejelekan dengan kebaikan, memerintahkan untuk menyambung hubungan dengan kerabat, dan berbakti pada orang tua.


Yang termasuk berdakwah di jalan Allah adalah menasihati manusia di momen-momen manusia banyak berkumpul (seperti saat musim haji), ketika banyak yang tertimpa musibah dengan nasihat yang bersesuaian dengan momen tersebut.


Yang didakwahi bukanlah hanyalah segelintir orang. Materi yang didakwahi adalah seluruh kebaikan, ditambah dengan mengingatkan dari segala macam kejelekan. Lihat Tafsir As-Sa’di, hlm. 794.



Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :



MOESLIM BOOK CENTRAL


جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء


Postingan Terakhir

Lihat Semua
JIHAD MELAWAN PERDUKUNAN (8)

Jihad Melawan Perdukunan Merupakan tugas bagi setiap kita semua untuk bersama-sama berjuang membasmi segala praktek perdukunan, sihir dan...

 
 
 
JIHAD MELAWAN PERDUKUNAN (7)

Penulis: Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi Dipublish: Moeslim Book Central Hukum Mendatangi Dukun Sungguh sangat disayangkan,...

 
 
 
JIHAD MELAWAN PERDUKUNAN (6)

Penulis: Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi Dipublish: Moeslim Book Central 4. Keempat: Menjadi musuh dan selalu dicurigai...

 
 
 

Komentar


© 2023 by Money Savvy. Proudly created with wix.com

Get Social

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey LinkedIn Icon
  • Grey YouTube Icon
bottom of page