MEREKA YANG MERUGI (3)
- Muhammad Basyaib
- 19 Mar 2021
- 2 menit membaca
Diperbarui: 20 Mar 2021

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Dipublish: Moeslim Book Central
Belajar Agama
Tadi disebutkan jalan keselamatan pertama adalah dengan beriman. Cara beriman yang benar adalah dengan belajar ilmu agama.
Belajar ilmu agama itu wajib, kita istilahkan dengan ta’allum.
Apa maksud ta’allum? Ta’allum adalah mencari ilmu. Ilmu itu sendiri adalah mengenal petunjuk dengan dalil. Dan ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu syar’i.
Yang dimaksud dengan wajib dipelajari berarti adalah ilmu yang fardhu ‘ain seperti mengenal rukun iman, rukun Islam, mengenal yang haram untuk dijauhi, dan ilmu yang dibutuhkan untuk muamalah. Intinya, yang dimaksud dengan yang wajib adalah sesuai kaidah, “Sesuatu yang tidak sempurna yang wajib kecuali dengan mempelajarinya, maka wajib untuk belajar tentangnya.”
Imam Ahmad Rahimahullah berkata, “Wajib bagi kita menuntut ilmu supaya bisa menjalankan agama dengan baik.” Beliau lantas ditanya, “Semisal ilmu apa yang wajib dipelajari?” Jawab beliau, “Ilmu yang wajib dipelajari adalah ilmu yang tidak boleh kita bodoh di dalamnya, yaitu ilmu tentang shalat, puasa, dan semacamnya.” (Al-Furu’ karya Ibnu Muflih, 1:525).
Maksud Imam Ahmad, ilmu yang wajib dipelajari adalah ilmu yang jika kita tidak mempelajarinya akan terjadi dalam meninggalkan kewajiban atau terjatuh dalam yang haram.
Dalil yang menunjukkan wajib menuntut ilmu adalah sabda Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam dari hadits Anas bin Malik Radiallahu 'anhu disebutkan, “Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya penuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh segala sesuatu sampai pada ikan di lautan.” (HR. Ibnu Majah, Abu Ya’la dalam musnadnya, Ath-Thabrani dalam Al-Ausath. Syaikh Al-Albani menyebutkan dalam Shahih Al-Jami’, no. 3914 bahwa hadits ini shahih)
Lihat kata Imam Bukhari, Berilmu Dulu Baru Beramal
Amirul Mukminin dalam bidang hadits yaitu Imam Bukhari Radiallahu 'anhu menyatakan dalam kitabnya Shahih AlBukhari, Bab “Al-‘Ilmu Qabla Al-Qaul wa Al-‘Amal” (Ilmu Sebelum Berkata dan Beramal), lantas beliau menyebutkan dalil, “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu.” (QS. Muhammad: 19). Dalam ayat ini, Allah memulai dengan berilmu lalu beramal.
Di sini menunjukkan bahwa kita mesti berilmu sebelum beramal. Tidaklah sah suatu amalan yang tidak didasari ilmu terlebih dahulu. Orang yang beramal tanpa ilmu, itulah yang mirip dengan kaum Nashrani. Demikian dijelaskan oleh Syaikh Haytsam bin Muhammad Jamil Sarhan dalam penjelasan risalah Tsalatsatul Ushul.
Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan menjelaskan sebagai berikut.
Kalimat “ “ menunjukkan perintah untuk berilmu dahulu. Sedangkan kalimat “ ” menunjukkan amalan.
Surah Muhammad ayat 19 sekaligus menunjukkan keutamaan berilmu.
Abu Nu’aim Rahimahullah dalam Hilyah Al-Auliya’ (7:305) dari Sufyan bin ‘Uyainah ketika ditanya mengenai keutamaan ilmu, ia menyatakan, “Tidakkah engkau mendengar firman Allah Azza wa jalla ketika memulai dengan ’artinya dimulai dengan ilmu, baru setelah itu disebutkan perintah untuk beramal pada “.Lihat Hushul Al-Ma’mul, hlm. 29.
Kesimpulannya surah Muhammad ayat 19 menunjukkan:
1. Keutamaan ilmu.
2. Berilmu lebih didahulukan daripada beramal.
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRALجَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء

Komentar