MEREKA YANG MERUGI (2)
- Muhammad Basyaib
- 17 Mar 2021
- 4 menit membaca
Diperbarui: 20 Mar 2021

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Dipublish: Moeslim Book Central
Dua Catatan Faedah
‘Ashr bisa diartikan dengan waktu ‘Ashar, bisa diartikan pula dengan waktu. Kali ini dijelaskan dua catatan penting tentang shalat ‘Ashar dan tentang manajemen waktu.
Faedah keutamaan shalat ‘Ashar
‘Ashr dalam surah Al-‘Ashr diartikan dengan shalat ‘Ashar. Kalimat sumpah dalam surah tersebut menunjukkan akan pentingnya menjaga shalat ‘Ashar.
Shalat ‘Ashar termasuk shalat wustha. Tentang shalat wustha ini, Allah Azza wa jalla berfirman, “Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wustha.” (QS. Al-Baqarah: 238).
Shalat wustha adalah shalat ‘Ashar sebagaimana disebutkan dalam hadits,“Mereka telah menyibukkan kami dari shalat wustha yaitu shalat Ashar.” (HR. Muslim, no. 627, 628).
Ada keutamaan bagi yang menjaga shalat Ashar dan shalat Shubuh. Dari Abu Musa Radiallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang mengerjakan shalat bardain (yaitu shalat Shubuh dan Ashar) maka dia akan masuk surga.” (HR. Bukhari, no. 574 dan Muslim, no. 635).
Bagi yang meninggalkan shalat Ashar akan mendapatkan ancaman yang berat. Dari Burairah h, ia berkata bahwa Rasulullah g bersabda, “Barang siapa meninggalkan shalat Ashar, maka terhapuslah amalannya.” (HR. Bukhari, no. 594).
Kata Al-Muḥallab Rahimahullah, “Maknanya adalah meninggalkan dengan menyia-nyiakannya dan menganggap remeh keutamaan waktunya padahal mampu untuk menunaikannya.” Lihat Syarh Al-Bukhari karya Ibnu Batthol, 3:221.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengatakan, “Terhapusnya amalan tidaklah ditetapkan melainkan pada perkara dosa besar. Begitu pula meninggalkan shalat Ashar lebih parah daripada meninggalkan shalat lainnya. Karena shalat Ashar disebut dengan shalat wustha yang dikhususkan dalam perintah untuk dijaga. Shalat Ashar ini juga diwajibkan kepada orang sebelum kita di mana mereka melalaikan shalat ini. Jadi, siapa saja yang menjaga shalat Ashar, maka ia mendapatkan dua ganjaran.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 22:54).
Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata, “Yang nampak dari hadits, meninggalkan amalan itu ada dua macam. Pertama, meninggalkan secara total dengan tidak pernah mengerjakan shalat sama sekali, maka ini menjadikan amalnya batal seluruhnya. Kedua, meninggalkan pada hari tertentu, maka ini menjadikan amalnya batal pada hari tersebut. Jadi karena meninggalkan secara umum, maka amalnya batal secara umum. Lalu meninggalkan shalat tertentu, maka amalnya batal pada hari tertentu.” (Ash-Shalah wa Hukmu Taarikiha, hlm. 59).
Faedah manajemen waktu
Di antara makna Al-‘Ashr yang digunakan dalam sumpah adalah waktu itu sendiri. Berarti waktu itu sangat penting untuk dijaga.
Dari Ibnu ‘Abbas Radiallahu 'anhu, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang.” (HR. Bukhari, no. 6412).
Dalam Fath Al-Bari, Ibnul Jauzi Rahimahullah mengatakan, ”Terkadang manusia berada dalam kondisi sehat, namun ia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dengan urusan dunianya. Dan terkadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun ia dalam kondisi tidak sehat. Apabila terkumpul pada manusia waktu luang dan nikmat sehat, sungguh akan datang rasa malas dalam melakukan amalan ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu (terperdaya).”
Disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam kitab Al-Jawab Al-Kaafi, Imam Syafi’i pernah mendapatkan nasihat berikut, “ Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia.”
Masih dalam kitab Al-Jawab Al-Kaafi, Ibnul Qayyim Rahimahullah mengatakan, “Waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi, penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung) "Barang siapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak.”
Lalu Ibnul Qayyim mengatakan perkataan selanjutnya yang sangat menancap di hati, “Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang membuat lalai, untuk sekedar menghamburkan syahwat (hawa nafsu), berangan-angan yang batil, hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan (baca: kesia-siaan), maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya.” Lihat Al-Jawab Al-Kaafi, hlm. 109, Penerbit Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah.
Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam Al Fawa’id berkata, “Menyia-nyiakan waktu itu lebih parah dari kematian. Karena menyia-nyiakan waktu memutuskanmu dari (mengingat) Allah dan negeri akhirat. Sedangkan kematian hanya memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.”
Karenanya ingatlah selalu, manfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara.
Dari Ibnu ‘Abbas Radiallahu 'anhu, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah menasihati seseorang, “Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara:
1. Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
2. Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
3. Waktu kayamu sebelum datang waktu miskinmu,
4. Waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu, dan
5. Hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. AlHakim dalam Al-Mustadroknya 4:341. Al- Hakim mengatakan bahwa hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari Muslim namun keduanya tidak mengeluarkannya. Dikatakan oleh Adz-Dzahabi dalam At-Talkhish berdasarkan syarat BukhariMuslim. Syaikh Al-Albani dalam Shahih AtTarghib wa At- Tarhib mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Kiat manajemen waktu yang paling utama adalah menjalankan hadits berikut.
Dari Abu Hurairah Radiallahu 'anhu, dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, ِ“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.” (HR. Tirmidzi, no. 2317; Ibnu Majah, no. 3976. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRALجَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء

Komentar