MEREKA YANG MERUGI (1)
- Muhammad Basyaib
- 17 Mar 2021
- 4 menit membaca
Diperbarui: 20 Mar 2021

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Dipublish: Moeslim Book Central
Sudah Cukup dengan Surah Al-‘Ashr
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3).
Surah ini menerangkan bahwa manusia benarbenar berada dalam kerugian kecuali orang yang beriman, membenarkan Allah, mentauhidkan Allah, mengakui keesaan Allah, menaati Allah, beramal saleh, melaksanakan kewajiban, menjauhi setiap larangan Allah berupa maksiat, kemudian saling menasihati dalam kebenaran (yaitu dalam kitabullah, Al-Qur’an), kemudian saling menasihati dalam untuk bersabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah. Lihat Tafsir Ath-Thabari, 15:368-370.
Khusran yang dimaksud adalah sesat, binasa, penuh kekurangan, atau disiksa. Demikian disebutkan ‘Izzuddin ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdus Salam As-Sulami dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 4:431.
Kata Imam Al-Baghawi, kerugian (khusran) adalah ketika seseorang kehilangan modal hartanya yaitu dengan melakukan maksiat sehingga binasalah diri dan umur kita. Padahal diri kita dan umur kita adalah modal terpenting. Lihat Tafsir Al-Baghawi, 4:679.
Beberapa kitab tafsir memaksudkan mereka yang merugi adalah orang kafir, sebagaimana pendapat AlBaghawi, Abdul ‘Aziz bin ‘Abdus Salam As-Sulami, dan Al-Qurthubi.
Dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, Ibnu Katsir r membawakan perkataan Imam Asy-Syafi’i r. Beliau berkata, “Andai manusia mau merenungkan surah Al-‘Ashr ini, maka itu sudah mencukupi mereka.” (Tafsir AlQur’an Al-‘Azhim, 7:648).
Allah Bersumpah dengan Al-‘Ashr
Apa itu Al-‘Ashr? Ada beberapa pendapat tentang ini:
1. Al-‘Ashr adalah istilah untuk waktu seluruhnya.
2. Al-‘Ashr adalah malam dan siang.
3. Al-‘Ashr adalah umur manusia.
4. Al-’Ashr adalah pagi dan petang.
5. Al-‘Ashr adalah waktu shalat ‘Ashar.
6. Al-‘Ashr adalah shalat ‘Ashar yang menurut jumhur (kebanyakan ulama) termasuk dalam shalat wustha.
7. Al-‘Ashr adalah masa hidup Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam.
8. Al-‘Ashr adalah waktu setelah zawal (matahari tergelincir ke barat) hingga matahari tenggelam.
9. Al-‘Ashr, yang dimaksud adalah umum, semuanya digunakan dalam sumpah yang disebutkan di atas termasuk dalam Al-‘Ashr.
Imam Ath-Thabari Rahimahullah berpendapat bahwa yang benar dari pendapat-pendapat yang ada, Allah itu bersumpah dengan Al-‘Ashr. Al-‘Ashr adalah waktu, yaitu petang, malam, dan siang, tanpa dikhususkan makna tertentu.
Yang termasuk dalam Al-‘Ashr, maka digunakan oleh Allah untuk sumpah dalam ayat ini.
Manusia yang Selamat
Manusia yang selamat adalah yang memiliki empat sifat yaitu beriman, beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati untuk sabar.
Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam Miftah Dar As-Sa’adah menukil pernyataan Imam Syafi’i tentang surah Al-‘Ashr ini, di mana Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah berkata, “Seandainya manusia seluruhnya mau merenungkan kandungan surah Al-‘Ashr, tentu akan mencukupi mereka (mengenai nasihat di dalamnya).”
Tingkatan manusia sampai tingkatan “perfect”
Dari surah Al-‘Ashr dapat disimpulkan bahwa manusia itu ada empat tingkatan. Jika empat tingkatan ini disempurnakan, maka akan menggapai kesempurnaan.
1. Mengilmui atau mengenal kebenaran.
2. Mengamalkan kebenaran.
3. Mengajarkan kebenaran kepada yang lainnya yang belum tahu.
4. Bersabar ketika belajar, beramal, dan mengajarkannya.
Tingkatan pertama adalah berilmu.
Tingkatan kedua adalah beramal saleh, yaitu mengamalkan kebenaran yang telah diilmui.
Tingkatan ketiga adalah saling menasihati dalam kebenaran satu dan lainnya, dengan mengajarkan dan memberikan petunjuk.
Tingkatan keempat adalah saling menasihati dalam kesabaran, yaitu bersabar di atas kebenaran, saling menasihati agar bersabar dan istiqamah.
Jika keempat tingkatan di atas dijalankan, maka seseorang telah menggapai kesempurnaan karena ia telah menyempurnakan dirinya dan orang lain, juga ia memperbaiki dirinya dalam ilmu dan amal. Ia telah memenuhi kesempurnaan ilmu dengan beriman dan kesempurnaan amal dengan beramal saleh. Ia menyempurnakan diri dan orang lain. Ia juga bersabar di atas kebenaran, ia menasihati untuk bersabar dalam ilmu dan amal. Lihat penjelasan Syaikh Musthafa Al-‘Adawi dalam At-Tashil li Ta’wil At-Tanzil – Juz’u A’mma, hlm. 532-533.
Manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kerugian di sini adalah lawan dari keberuntungan. Kerugian sendiri ada dua macam kata Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di Rahimahullah.
Yang pertama, kerugian mutlak yaitu orang yang merugi di dunia dan akhirat. Ia luput dari nikmat dan mendapat siksa di neraka Jahim.
Yang kedua, kerugian dari sebagian sisi, bukan yang lainnya. Allah mengglobalkan kerugian pada setiap manusia kecuali yang punya empat sifat: (1) iman, (2) beramal saleh, (3) saling menasihati dalam kebenaran, (4) saling menasihati dalam kesabaran.
1. Mereka yang memiliki iman
Yang dimaksud dengan orang yang selamat dari kerugian yang pertama adalah yang memiliki iman. Syaikh As-Sa’di Rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah perintah beriman kepada Allah dan beriman kepada-Nya tidak diperoleh kecuali dengan ilmu. Iman itu diperoleh dari ilmu.
Syaikh Shalih Alu Syaikh hafizahullah berkata bahwa iman di dalamnya harus terdapat perkataan, amalan dan keyakinan. Keyakinan (i’tiqad) inilah ilmu. Karena ilmu berasal dari hati dan akal. Jadi orang yang berilmu jelas selamat dari kerugian.
2. Mereka yang beramal saleh
Yang dimaksud di sini adalah yang melakukan seluruh kebaikan yang lahir maupun yang batin, yang berkaitan dengan hak Allah maupun hak manusia, yang wajib maupun yang sunnah.
3. Mereka yang saling menasihati dalam kebenaran
Yang dimaksud adalah saling menasihati dalam dua hal yang disebutkan sebelumnya. Mereka saling menasihati, memotivasi, dan mendorong untuk beriman dan melakukan amalan saleh.
4. Mereka yang saling menasihati dalam kesabaran
Yaitu saling menasihati untuk bersabar dalam ketaatan kepada Allah dan menjauhi maksiat, juga sabar dalam menghadapi takdir Allah yang dirasa menyakitkan. Karena sabar itu ada tiga macam: (1) sabar dalam melakukan ketaatan, (2) sabar dalam menjauhi maksiat, (3) sabar dalam menghadapi takdir Allah yang terasa menyenangkan atau menyakitkan.
Sukses pada diri dan orang lain
Syaikh As-Sa’di Rahimahullah menjelaskan, “Dua hal yang pertama (iman dan amal saleh) untuk menyempurnakan diri manusia. Sedangkan dua hal berikutnya untuk menyempurnakan orang lain. Seorang manusia menggapai kesempurnaan jika melakukan empat hal ini. Itulah manusia yang dapat selamat dari kerugian dan mendapatkan keberuntungan yang besar.” (Tafsir As-Sa’di, hlm. 981).
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRALجَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء

Komentar