Keutamaan Bulan SYA'BAN (3)
- Muhammad Basyaib
- 12 Mar 2021
- 5 menit membaca
Diperbarui: 13 Mar 2021

Oleh : Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas Hafizahullahu Ta'ala
Dipublish : Moeslim Book Central
3. Memperbanyak Amalan Shalih
Sebab pada bulan Sya’ban amal-amal seluruh manusia akan diangkat kepada Allah Azza wa jalla. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam, “... Di bulan itu diangkat amal-amal (manusia) kepada Allah Rabb semesta alam, maka aku senang apabila saat amalku diangkat aku sedang berpuasa.” *Hasan: HR. An-Nasa`i (IV/201) dan dihasankan Syaikh Al-Albani dalam Shahiih AtTarghiib wat Tarhiib (I/595, no. 1022).*
Oleh karena itu perbanyak amal-amal shalih di bulan Sya’ban ini dengan:
a. Melaksanakan shalat lima waktu dan rawatibnya.
Rasulullah bersabda, “Kerjakanlah shalat (sunnah) di rumah kalian. *Dalam hadits ini dianjurkan untuk mengerjakan shalat-shalat sunnat di rumah, adapun shalat wajib lima waktu dikerjakan di masjid dengan berjama’ah. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam dalam kondisi sakit pun tetap mengimami para Shahabat Radiallahu 'anhuma. Kecuali di akhir hayatnya, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam menjadi imam menggantikan beliau. * Karena sebaik-baik shalat seseorang adalah yang dikerjakan di rumahnya, kecuali shalat wajib.” *Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 731, 6113, 7290), Muslim (no. 781), Ahmad (V/182, 187), Abu Dawud (no. 1447), Ad-Darimi (I/317), Ibnu Khuzaimah (no. 1204), dan Ibnu Hibban (no. 2482–At-Ta’liiqaatul Hisaan). Lafazh ini milik Muslim. *
b. Shalat Tahajjud dan Shalat Witir.
c. Shalat Dhuha.
d. Baca al-Qur’an, khatamkan dan fahami isinya.
e. Memperbanyak dzikir kepada Allah, baca dzikir pagi dan petang, hafalkan dan fahami artinya!
f. Memperbanyak sedekah, baik berupa uang maupun makanan.
g. Membantu dan menolong orang-orang susah, orangorang yang sakit, orang-orang yang mengalami kesulitan, mendamaikan orang yang bersengketa.
Dan amal-amal shalih lainnya.
4. Kesempatan Untuk Mengqadha’ Puasa Ramadhan
Wajib untuk diperhatikan dan menjadi peringatan bagi orang yang masih mempunyai utang puasa Ramadhan sebelumnya untuk membayarnya sebelum masuk bulan Ramadhan berikutnya. Dan tidak boleh mengakhirkannya hingga Ramadhan berikutnya, kecuali darurat. Misalnya, udzur yang terus berlanjut sampai dua Ramadhan.
Dari ‘Aisyah Radiallahu 'anhu, ia berkata, “Suatu ketika aku memiliki hutang puasa Ramadhan dan aku tidak bisa mengqadha’nya selain pada bulan Sya’ban.” *Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 1950) dan Muslim (no. 1146).*
5. Melatih Diri untuk Menyongsong Bulan Ramadhan
Telah disebutkan sebelumnya bahwa puasa di bulan Sya’ban adalah sebagai latihan untuk menghadapi puasa di bulan Ramadhan, sehingga seorang hamba tidak merasa terlalu berat dan sulit dalam berpuasa sebulan penuh padanya karena sebelumnya telah terlatih berpuasa. Seseorang yang berpuasa pada bulan Sya’ban sebelum Ramadhan akan mendapatkan kelezatan berpuasa sehingga ia menghadapi puasa Ramadhan dengan penuh semangat dan kekuatan.
Karena bulan Sya’ban merupakan langkah awal dalam menyongsong bulan Ramadhan, maka hendaklah kaum Muslimin mengisi bulan ini dengan melatih diri beramal ketaatan kepada Allah, mulai dari berpuasa, bersedekah dan membaca Al-Qur`an supaya jiwa benar-benar siap dalam menyambut Ramadhan.
Salamah bin Kuhail Rahimahullah berkata, “Dahulu dikatakan bahwa Sya’ban adalah bulannya para qurraa’ (pembaca AlQur`an).” Juga diriwayatkan dari ‘Amr bin Qais Al-Mula`i Rahimahullah apabila bulan Sya’ban telah masuk, maka ia menutup tokonya dan meluangkan waktu (khusus) untuk membaca Al-Qur`an. *Lathaa`iful Ma’aarif fiimaa Limawaasimil ‘Aam minal Wazhaa`if (hlm. 258-259) karya Al-Hafizh Ibnu Rajab , tahqiq: Yasin Muhammad As-Sawaas, cet. V, th. 1420 H, Daar Ibnu Katsir–Beirut. *
Maksudnya, para ulama Rahimahullah ketika telah masuk bulan Sya’ban mereka sibuk membaca Al-Qur`an, terutama lagi para imam yang mengimami shalat lima waktu dan shalat Tarawih (Qiyamu Ramadhan) mereka sibuk muraja’ah hafalan Al-Qur`an. Jadi sejak bulan Sya’ban mereka sudah meluangkan waktu sepenuhnya untuk membaca Al-Qur`an, lebihlebih lagi kalau sudah masuk bulan Ramadhan yang merupa-kan Syahrul Qur`an, mereka membacanya siang dan malam hari.
F. KEYAKINAN-KEYAKINAN SESAT DAN AMALANAMALAN BID’AH SEPUTAR BULAN SYA’BAN
1. Keyakinan bahwa Ajal, Umur, dan Rizki Manusia Ditentukan pada Bulan Sya’ban
Ini adalah keyakinan yang bathil. Sebab, tidak ada dalil dari Al-Qur`an Al-Karim dan As- Sunnah Ash-Shahihah yang menjelaskan hal ini. Adapun dalil yang banyak digunakan oleh kebanyakan orang adalah hadits yang lemah dan palsu.
Misalnya: “Dari ‘Utsman bin Al-Mughirah Radiallahu 'anhu, ia berkata, “Nabi Shalallahu ' 'alaihi wa sallam bersabda, ‘Ajal manusia ditetapkan dari bulan Sya’ban ke Sya’ban berikutnya, sehingga ada seorang yang menikah dan dikaruniai seorang anak, lalu namanya keluar sebagai orang-orang yang akan mati.’”
Hadits ini mursal. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam Jaami’ul Bayaan (no. 31043) dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (no. 3558), tetapi sanadnya terhenti sampai pada ‘Utsman bin Al-Mughirah saja, tidak sampai kepada Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam. Al-Hafizh Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan, “Hadits ini mursal, tidak bisa untuk menentang nash-nash (yang lain).” *Tafsiir Ibnu Katsir (VII/246), cet. Daar Thaybah.* Bahkan Hadits ini lemah sekali, karena ada rawinya yang sangat lemah.
2. Keyakinan bahwa Al-Qur`an Diturunkan pada Malam Nishfu Sya’ban
Mereka berdalil dengan firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan.” (QS. Ad-Dukhaan [44]: 3)
Mereka mengatakan bahwa maksud dari ayat ini adalah malam Nishfu Sya’ban sebagaimana yang diriwayatkan dari Ikrimah dan yang lainnya. Akan tetapi, penafsiran ini adalah bathil, sebab maksud dari ayat tersebut adalah malam Lailatul Qadar yang adanya hanya di bulan Ramadhan dengan dalil dari Al-Qur`an. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Hafizh Ibnu Katsir . *Tafsiir Ibnu Katsir (VII/246), cet. Daar Thaybah.*
3. Mengkhususkan Bulan Sya’ban untuk Berziarah Kubur
Sya’ban adalah bulan menjelang Ramadhan yang diyakini banyak orang sebagai waktu utama untuk ziarah kubur, yaitu mengunjungi (jawa = nyadran) kubur-kubur orang tua, karib kerabat, atau para wali, kyai, dan sebagainya.
Ziarah kubur tidak khusus pada bulan Sya’ban saja. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan ummatnya untuk berziarah kubur supaya melembutkan hati dengan mengingat kematian. Beliau Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Ziarah kuburlah kalian karena hal itu lebih mengingatkan kalian pada kematian.” *Shahih: HR. Muslim (no. 976 (108)), Abu Dawud (no. 3234), An-Nasa`i (IV/90), dan lainnya. *
Karena itu, ritual sebagian masyarakat dimana mereka mengkhususkan berziarah kubur (nyadran atau nyekar) pada waktu-waktu tertentu seperti menjelang bulan Ramadhan, adalah suatu kesalahan karena tidak ada keterangannya dari syari’at Islam yang mulia.
4. Ritual Ruwahan
Sebagian masyarakat mengadakan ritual kirim do’a bagi kerabat yang telah meninggal dunia dengan membaca surah Yaasiin (Yasinan) atau disertai juga dengan Tahlilan. Ritual ini dikenal dengan Ruwahan. Orang Jawa menyebut bulan Sya’ban dengan Ruwah, yang berasal dari kata arwah, sehingga bulan Sya’ban menjadi identik dengan kematian. Karena itu, tradisi Yasinan atau Tahlilan di bulan Sya’ban menjadi laris. Padahal semua ini tidak ada contoh dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam dan para Shahabat Radiallahu 'anhuma. Semua perbuatan ini adalah bid’ah.
5. Ritual Nishfu Sya’ban
Sebagian masyarakat mengkhususkan malam Nishfu Sya’ban untuk mengerjakan shalat dan berdo’a.
Perlu diketahui bahwa mengkhususkan suatu amalan ibadah pada waktu-waktu tertentu memerlukan dalil atau keterangan yang jelas dari Al-Qur`an dan As-Sunnah yang shahih. Jika tidak, maka amalan tersebut adalah bid’ah yang tercela.
Adapun tentang amalan tertentu di malam Nishfu Sya’ban, maka tidak ada hadits yang shahih tentangnya. Seluruh hadits yang menyebutkan tentang amalan di malam Nishfu Sya’ban adalah hadits maudhu’ (palsu) dan dha’if (lemah). Sehingga, tidak ada amalan khusus apapun di malam ini, baik itu membaca Al-Qur`an (Tadarusan), shalat Alfiyah, do’a jama’ah, dan sebagainya. Inilah pendapat dari kebanyakan ulama, dan ini adalah pendapat yang benar. Wallaahul Muwaffiq.
Mudah-mudahan penjelasan tentang bulan Sya’ban ini bermanfaat bagi penulis dan kaum Muslimin. *Bila anda ingin tahu tentang amalan sunnah dan amalan bid’ah pada bulan-bulan Hijriyah, silahkan baca buku “AMALAN SUNNAH SETAHUN” penerbit Khazanah Fawa-id-Depok, cet. Ke-3 1440 H/Juli 2019 M.*
Semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam, keluarganya, para Shahabatnya, dan orang-orang yang mengamalkan dan membela Sunnah beliau sampai akhir zaman.
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRALجَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء

Komentar