Keutamaan Bulan SYA'BAN (2)
- Muhammad Basyaib
- 12 Mar 2021
- 4 menit membaca
Diperbarui: 13 Mar 2021

Oleh : Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas Hafizahullahu Ta'ala
Dipublish : Moeslim Book Central
C. MALAM NISHFU SYA’BAN
Adanya keutamaan di malam Nishfu Sya’ban. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam, “Allah melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nishfu Sya’ban, lalu Dia mengampuni seluruh makhlukNya kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” *Shahih: Syaikh Al-Albani berkata, “Hadits shahih. Diriwayatkan dari sejumlah Shahabat dengan beragam jalan yang saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Di antaranya, Mu’adz bin Jabal, Abu Tsa’labah Aal-Khusyani, ‘Abdullah bin ‘Amr, Abu Musa Al-Asy’ari, Abu Hurairah, Abu Bakr Ash-Shiddiq, ‘Auf bin Malik, juga ‘Aisyah .” Lihat Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah (III/135-139, no. 1144). *
Dari Abu Tsa’labah Radiallahu 'anhu, Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Apabila sampai malam Nishfu Sya’ban, maka Allah melihat kepada para hamba-Nya di lalu mengampuni orang-orang yang beriman.” *Hasan: HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (V/359, no. 3551) dan Ibnu Abi ‘Ashim (no. 523), dari Abu Tsa’labah Al-Khusyani . Lihat Shahiihul Jaami’ (no. 771)*
Dan dalam riwayat dari Abu Musa disebutkan bahwa Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala melihat (kepada makhlukNya) di malam Nishfu Sya’ban, dan memberi ampunan bagi orang-orang yang beriman kecuali orang musyrik dan orang yang mendengki.” *Hasan: HR. Ibnu Majah (no. 1390), dari Abu Musa Al-Asy’ari . Lihat Shahiihul Jaami’ (no. 1819).*
Maka ini adalah kesempatan bagi setiap Muslim untuk meraih ridha Allah Subhanahu wa ta'ala dan mengharap masuk Surga, yaitu dengan menghilangkan kedengkian antara dirinya dengan orang lain, baik dekat maupun jauh, seperti apabila terjadi dalam keluarganya... Juga berdo’a dan bertaubat dari maksiat dan dosa durhaka kepada kedua orang tua, melalaikan shalat, berlaku zhalim kepada orang, dosa riba, ghibah, namimah (mengadu domba), mendengarkan musik dan lagu, dan dosa kemaksiatan lainnya.
Peringatan!
Tidak boleh mengkhususkan hari tersebut dengan puasa, shalat dan semacamnya, sebab Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam tidak mengkhususkan hari tersebut dengan hal-hal itu, beliau tidak pernah menetapkannya, dan tidak pula para Shahabatnya yang mulia Radiallahu 'anhuma.
Dan diriwayatkan tentang hal ini, hadits yang bathil dari ‘Ali bin Abi Thalib Radiallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Apabila datang malam Nishfu Sya’ban, maka shalatlah pada malam itu dan puasalah di siangnya. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta'ala pada malam itu turun ke langit dunia sejak terbenamnya matahari, lalu Dia berfirman, ‘Ketahuilah, orang yang meminta ampunan maka akan diampuni, orang yang meminta rizki maka akan diberi rizki, siapa yang sakit maka akan disehatkan, siapa yang begini maka akan begitu... hingga terbit matahari.’”
Hadits ini adalah dusta atas nama Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 1388), di sanadnya ada Abu Bakrah bin ‘Abdillah bin Muhammad bin Abi Sabrah Al-Qurasyi Al-‘Amiri Al-Madini. Adz-Dzahabi berkata dalam Miizaan, “Didha’ifkan oleh Al-Bukhari dan selainnya.” *Lihat takhrij kitab Al-Ihya’ (I/164), Tadzkirah Al-Madhuu’aat (I/312), Dha’iif Ibni Majah (no. 294), Silsilah Adh-Dha’iifah (no. 2132), Misykaatul Mashaabiih (no. 1308), dan Dha’iif At-Targhiib (no. 623). *
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz Rahimahullah berkata, “Seandainya mengkhususkan ibadah pada malam tersebut disyari’atkan tentunya malam Jum’at lebih utama daripada malam-malam selainnya. Sebab, hari Jum’at merupakan hari yang paling utama berdasarkan dalil-dalil yang shahih. Karenanya, ketika Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam memperingatkan ummatnya dari mengkhususkannya dengan shalat malam, maka hal itu menunjukkan bahwa malam selainnya lebih utama untuk tidak boleh, kecuali ada dalil yang mengkhususkannya.
Oleh karena itu, ketika malam Lailatul Qadar dan malammalam di bulan Ramadhan disyari’atkan untuk dihidupkan dengan ibadah, maka Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan ummatnya untuk menghidupkannya dan beliau sendiri juga memberikan teladan. Seandainya malam Nishfu Sya’ban, malam Jum’at pertama di bulan Rajab, atau malam Isra’ Mi’raj disyari’atkan untuk mengkhususkannya dengan perayaan atau ibadah tertentu, tentu Nabi akan menganjurkannya kepada ummat beliau atau mencontohkannya. Dan seandainya hal itu terjadi, niscaya akan dinukil oleh para Shahabat kepada ummat dan mereka tidak akan menyembunyikannya. Sebab, mereka adalah sebaik-baik manusia dan bersemangat memberi nasihat setelah para Nabi.” *At-Tahdziir minal Bida’ (hlm. 15-16).*
Imam As-Suyuthi Rahimahullah mengatakan, “Adanya riwayatriwayat –baik yang marfu’ maupun atsar (yang mauquf)–, ini sebagai dalil bahwa bulan Sya’ban adalah bulan mulia. Akan tetapi tidak ada dalil tentang amalan shalat secara khusus dan untuk menyemarakkannya.” *Al-Amru bil Ittiba’ (hlm. 178).*
D. HADITS-HADITS PALSU TENTANG AMALAN NISHFU SYA’BAN
Terdapat beragam hadits-hadits palsu tentang amalan di malam Nishfu Sya’ban, di antaranya:
“Wahai ‘Ali, barangsiapa shalat seratus raka’at pada malam Nishfu Sya’ban dengan membaca surah Al-Fatihah sepuluh kali pada setiap raka’at, maka Allah akan memenuhi seluruh kebutuhannya.”
Hadits ini maudhu’ (palsu). Imam Ibnul Jauzi Rahimahullah berkata, “Tidak diragukan lagi bahwa hadits ini maudhu’ (palsu).” *Al-Maudhuu’aat (II/129),cet. Daarul Kutub Al-‘Ilmiyyah.*
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata, “Hadits ini maudhu’ berdasarkan kesepakatan ahli hadits.” *Iqtidhaa’ Ash-Shiraathal Mustaqiim (II/138). *
Imam Ibnul Jauzi Rahimahullah menambahkan, “Dan sungguh kami telah melihat mayoritas orang yang melakukan shalat Alfiyah ini sampai larut malam, hingga mereka pun malas shalat Shubuh atau bahkan tidak shalat Shubuh.” *Al-Maudhuu’aat (II/51), cet. Daarul Kutub Al-‘Ilmiyyah.*
Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata, “Di antara contoh hadits-hadits maudhu’ adalah hadits tentang shalat Nishfu Sya’ban.” *Al-Manarul Muniif (hlm. 98-99), tahqiq ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah.*
E. AMALAN-AMALAN SUNNAH DI BULAN SYA’BAN
Ada beberapa amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah Shalallahu ;alaihi wa sallam khusus pada bulan Sya’ban, yaitu:
1. Memperbanyak Puasa Sunnah
‘Aisyah Radiallahu 'anha berkata, “Bulan yang paling dicintai oleh Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam untuk berpuasa padanya adalah (bulan) Sya’ban kemudian beliau Shalallahu 'alaihi wa sallam menyambungnya dengan Ramadhan.” *Shahih: HR. Abu Dawud (no. 2431), dan lainnya. Dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud (VII/2101). *
2. Memperbanyak Amal Ketaatan pada Waktu-waktu yang Banyak Manusia Lalai Darinya
Rasulullah bersabda, ... “Bulan itu, banyak manusia yang lalai, yaitu (bulan) di antara Rajab dan Ramadhan...” *Hasan: HR. An-Nasa`i (IV/201), Ahmad (V/201), dan dihasankan Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah (no. 1898).*
Dalam hadits ini terdapat dalil disunnahkannya untuk menghidupkan waktu-waktu yang banyak manusia lalai darinya dengan amal-amal shalih dan ketaatan.
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRALجَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء

Komentar