Keutamaan Bulan SYA'BAN (1)
- Muhammad Basyaib
- 12 Mar 2021
- 3 menit membaca
Diperbarui: 13 Mar 2021

Oleh : Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas Hafizahullahu Ta'ala
Dipublish : Moeslim Book Central
Alhamdulillaah, kita bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang tidak terhingga. Kalau kita mau hitung nikmat-nikmat Allah, maka kita tidak akan bisa dan tidak akan mampu menghitungnya.
Allah berfirman, “Dan Allah telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim [14]: 34)
Kalau kita bandingkan antara nikmat-nikmat Allah yang kita peroleh dengan musibah, pasti yang banyak adalah nikmat. Adapun musibah hanya sebentar tidak lama.
Di antara nikmat Allah, kita sekarang berada di bulan Sya’ban. Apa saja Sunnah-sunnah yang harus kita lakukan di bulan Sya’ban ini dan apa saja yang tidak boleh kita lakukan?
A. DEFINISI BULAN SYA’BAN
Dinamakan Sya’baan diambil dari lafazh yang artinya kelompok atau golongan– karena orang-orang Arab dahulu pada bulan tersebut berpencar-pencar untuk mencari sumber air. Juga karena mereka berpisahpisah (terpencar) di gua-gua. Dan dikatakan sebagai bulan Sya’ban karena bulan tersebut muncul di antara dua bulan mulia, yaitu Rajab dan Ramadhan. Bentuk jamaknya adalah dan Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Dinamakan Sya’ban karena sibuknya mereka mencari air atau sumur setelah berlalunya bulan Rajab yang mulia. Dan ada juga yang berpendapat selain itu.” Wallaahu a’lam. *Lihat Lisaanul ‘Arab dan Fat`hul Baarii (IV/251).*
B. KEUTAMAAN BULAN SYA’BAN
1. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam Sering Berpuasa di Bulan Sya’ban
Hal ini berdasarkan riwayat dari ‘Aisyah Radiallahu 'anha, ia berkata, “Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam selalu berpuasa hingga kami mengatakan beliau tidak pernah berbuka; dan pernah beliau senantiasa berbuka hingga kami mengatakan beliau tidak pernah berpuasa.
Aisyah Radiallahu 'anha melanjutkan, “Aku tidak melihat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam menyempurnakan puasa sebulan, kecuali Ramadhan. Dan aku tidak melihat beliau berpuasa lebih banyak dari bulan-bulan yang lain melainkan pada bulan Sya’ban.” *Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 1969) dan Muslim (no. 1156 (175)).*
Dari Abu Salamah Radiallahu 'anhu, ‘Aisyah Radiallahu 'anha pernah menceritakan kepadanya, ia berkata, “Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak daripada bulan Sya’ban. Beliau berpuasa pada bulan Sya’ban sepenuhnya. Beliau Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ‘Lakukanlah amalan (sunnah) semampu kamu. Sesungguhnya Allah tidak akan merasa bosan (terhadap amal yang terusmenerus kalian lakukan), hingga kalianlah yang merasa bosan.’ Shalat yang paling dicintai Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam adalah shalat yang dikerjakan secara terus-menerus (konsisten), walaupun hanya sedikit. Apabila beliau mengerjakan suatu shalat, beliau mengerjakannya secara terus-menerus (konsisten).” *Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 1970)) dan Muslim (no. 782).*
Dari ‘Abdullah bin Abi Qays, bahwasanya ia mendengar ‘Aisyah Radiallahu 'anha mengatakan, “Bulan yang paling disukai Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam untuk berpuasa adalah bulan Sya’ban. Karena itulah, beliau menyambungkan puasa pada bulan itu dengan puasa bulan Ramadhan.” *Shahih: HR. Ahmad (VI/188), Abu Dawud (no. 2431), An-Nasaa`i (IV/199), Ibnu Khuzaimah (no. 2077), dan Al-Hakim (I/434).*
2. Bulan Sya’ban adalah Bulan Diangkatnya Amal-amal Manusia kepada Allah Ta’ala
Hal ini berdasarkan hadits dari Usamah bin Zaid Radiallahu 'anhu, ia mengatakan, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, saya tidak melihat engkau berpuasa di suatu bulan seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban.”
Beliau Shalallahu 'alaihi wa sallam menjawab, “Bulan itu, banyak manusia yang lalai, yaitu (bulan) antara Rajab dan Ramadhan, bulan diangkatnya amalamal kepada Rabb semesta alam, dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa.” *Hasan: HR. An-Nasaa`i (IV/201), Ahmad (V/201), dan dihasankan Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahiihah (no. 1898).*
3. Memperbanyak puasa di bulan Sya’ban sangat membantu badan dan hati untuk lebih siap menyambut bulan Ramadhan dalam menjalani ketaatan kepada Allah Azza wa jalla. *Lihat Lathaaiful Ma’aarif (hlm. 258).*
● Larangan berpuasa di pertengahan bulan Sya’ban
Dari Abu Hurairah Radiallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Jika telah memasuki pertengahan bulan Sya’ban, maka janganlah kalian berpuasa.” *Shahih: HR. Abu Dawud (no. 2337), At-Tirmidzi (no. 738), Ad-Darimi (II/17), Ibnu Majah (no. 1651), Ahmad (II/442), dan lainnya. At-Tirmidzi berkata: “Hadits ini hasan shahih.” Lihat Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 2025). *
Larangan dalam hadits ini berkaitan dengan orang yang baru mulai puasa dari pertengahan Sya’ban atau bagi orang yang kalau dia puasa dia akan lemah. Adapun orang yang sudah biasa melakukan puasa Sunnah dan dia kuat ketika melaksanakan puasa sunnah tersebut, maka dianjurkan bagi dia puasa dari awal Sya’ban *Fat`hul Baarii (IV/129), Syarh Ma’aanil Aatsaar (II/84-85), dan Fat`hu Dzil Jalaalil wal Ikraam bi Syarhi Buluughil Maraam (VII/449)* sampai dua hari menjelang Ramadhan. Karena mendahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari, tidak boleh dengan dasar hadits yang shahih, kecuali bagi orang yang sudah terbiasa berpuasa.
Dari Abu Hurairah Radiallahu 'anhu, bahwasanya Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, “Jangan sekali-kali salah seorang di antara kalian mendahului puasa Ramadhan dengan melakukan puasa sehari atau dua hari (sebelumnya), kecuali seseorang yang terbiasa berpuasa (dan waktu kebiasaan puasanya itu jatuh) pada hari itu, maka silahkan dia berpuasa pada hari itu.” *Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 1914) dan Muslim (no. 1082)*
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRALجَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء

Komentar