JIHAD MELAWAN PERDUKUNAN (3)
- Muhammad Basyaib
- 17 Apr 2021
- 2 menit membaca
Penulis: Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi
Dipublish: Moeslim Book Central
Dukun Hitam Dukun Putih
Seyogianya seorang muslim bersikap cerdas dalam menilai sesuatu. Hendaknya dia tidak mudah terkecoh dengan tipuan penampilan. Justru dia tetap menjadikan substansi sesuatu sebagai tolok ukur penilaian.
Dukun bukan hanya yang notabene beraliran hitam, yang biasanya ditandai dengan mengenakan belangkon atau ikat kepala dan pakaian serba hitam. Tidak lupa menyelipkan sebilah keris di pinggang serta menyalakan kemenyan dan dupa di depannya. Namun, termasuk mereka juga adalah yang menamakan diri “dukun putih”. Yang kedua ini kerap berbusana bak seorang wali, dengan serban di kepala dan jubah putih, serta tidak lupa bersenjatakan seuntai tasbih yang bijibijinya terkadang mengalahkan besarnya bola pingpong. Mereka semua sama! *Pembahasan lebih lanjut baca di buku Dukun Hitam Dukun Putih – Menguak Rahasia Kehebatan Sekutu Setan, karya Abu Umar Abdillah.*
Sebagai dampak kebodohan umat terhadap agama Islam atau terlalu liciknya tipu muslihat seorang paranormal dalam menjalankan aksinya, dengan berkedok sebagai seorang ustadz, kiai, atau habib, atau praktik pengobatan, ritual kesesatan ini semakin tumbuh subur di tengah masyarakat. Dengan menggunakan simbol-simbol dan amalan-amalan yang berbau Islam yang diambil dari ayat-ayat suci al-Qur‘an, kesesatan ritual mereka semakin tidak tampak. Apalagi penampilan mereka terkesan begitu islami, misalkan dengan serban, gamis, dan berjenggot dan memenuhi ruang praktiknya dengan ayat-ayat alQur‘an atau tulisan Asma‘ul Husna yang dipajang di dinding, yang membuat orang awam semakin terkecoh dan tidak bisa mengelak, apalagi mengatakan bahwa pengobatan yang dilakukan si paranormal itu menyimpang, karena bacaan yang dibaca si pasien adalah lafal Islam, seperti: Bismillah, Allahu Akbar, dan sebagainya. “Bagaimana mungkin berlandaskan ayat-ayat al-Qur‘an dan tidak merugikan orang dikatakan menyimpang?” Begitu keyakinan mereka.
Ada banyak contoh ritual yang dipergunakan oleh paranormal yang berkedok sebagai ustadz, kiai, atau habib berkaromah, di antaranya adalah:
1. Terapi dengan amalan-amalan dzikir yang tidak ada tuntunannya dari al-Qur‘an maupun sunnah Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam. Misalnya dengan membaca dzikir-dzikir aneh, seperti: membaca ayat-ayat surat al-Ikhlash dengan lafal kul kul kul…hu… hu hu hu… dan sebagainya dengan jumlah tertentu.
2. Terapi dengan menjalani ritual puasa, seperti puasa mutih, puasa 40 hari, puasa 100 hari, dan sebagainya.
3. Ritual memindahkan penyakit pasien kepada hewan ternak (kambing), ayam, telur ayam, dan sebagainya.
4. Memberi minuman air putih yang sudah dibacai mantra-mantra.
5. Memberikan rajah yang sudah ditulis di kertas atau di kain, yang dapat dikenakan atau dimasukkan dalam minuman atau diminum oleh pasien.
6. Memberikan jimat atau benda keramat, seperti: cincin, gelang, kalung, sabuk, susuk, dan sebagainya.
7. Transfer energi atau tenaga dalam disertai dengan dzikir dan amalan khusus.
8. Ruqyah jama’ah yang dilakukan oleh sebagian kelompok yang kurang paham tentang perbedaan sunnah dan bid’ah. *Membongkar Dunia Klenik dan Perdukunan Berkedok Karomah hlm. 108–109 oleh Ustadz Zainal Abidin bin Syamsuddin*
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRAL
جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء
Yorumlar