JIHAD MELAWAN PERDUKUNAN (1)
- Muhammad Basyaib
- 17 Apr 2021
- 3 menit membaca
Penulis: Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi
Dipublish: Moeslim Book Central
Muqaddimah Fenomena perdukunan di negeri ini sudah sangat mengenaskan. Operasi mereka sekarang pun sudah tidak lagi sembunyi-sembunyi, tetapi sudah terang-terangan bak matahari di siang hari. Kian hari mereka semakin gencar menjajakan perdukunan syirik mereka melalui berbagai media baik elektronik maupun cetak, mulai televisi, koran, hingga internet tanpa tedeng aling-aling lagi.
Masyarakat pun semakin banyak yang terkecoh. Banyak di antara mereka yang silau pada dukun sebab banyak dukun sekarang yang bergaya ustadz, habib, dan kiai, sehingga banyak di antara masyarakat kita menggandrungi para dukun serta mengetuk pintu mereka:
• Pejabat yang menginginkan kelanggengan kedudukannya…
• Tokoh politik yang membidik kursi panas jabatannya…
• Bos yang berhasrat disegani dan terlihat berwibawa di depan karyawannya…
• Bawahan yang bercita-cita naik pangkatnya…
• Pedagang yang mengharapkan kelancaran rezekinya…
• Pengusaha yang berkeinginan untuk menjatuhkan saingan bisnisnya…
• Remaja yang ingin mengintip masa depan ‘cintanya’…
• Bujangan yang mengincar wanita idamannya…
• Istri yang berharap suaminya tidak melirik ‘rumput tetangga’…
• Rumah tangga yang bermimpi memiliki keturunan di tengah-tengah mereka…
• Siswa sekolah yang menginginkan kelulusan dalam ujiannya…
• Bahkan pelacur agar laris didatangi oleh pelanggannya… *“Perdukunan, No Way”, makalah Khutbah Jum’at Ustadz Abdullah Zaen, dimuat di Majalah kita Al Furqon edisi 116.*
Banyak di antara mereka tergopoh-gopoh datang mengetuk pintu para dukun, menghiba bantuannya. Inilah sebuah fenomena nyata di tengah-tengah kita yang menunjukkan betapa menjamurnya dunia klenik dan perdukunan di negeri kita. Realita ini sungguh aneh tapi nyata. Coba bayangkan, di zaman yang serba teknologi dan alat canggih ini ternyata klenik, mistik, dan perdukunan masih begitu lengket, bahkan pada tokoh-tokoh nasional dan pejabat tinggi. Yang maju memang teknologinya, tetapi mental dan otaknya masih terbelakang.
Lantas, apa kira-kira faktor penyebab dan pemicu utama yang menjadikan mayoritas masyarakat kita kepincut dengan propaganda sesat dukun dan paranormal (baca: para-gaknormal)?!!
Faktor Larisnya Perdukunan di Indonesia
Ada beberapa faktor yang menjadikan perdukunan begitu marak di Indonesia, di antaranya adalah:
1. Latar belakang bangsa Indonesia yang masih mewarisi keyakinan melekat animisme dan dinamisme, atau hindu dan buddha, sehingga mudah sekali terpengaruh dengan adegan mistik dan dunia klenik, ditambah keislaman yang dianut kaum muslimin Indonesia bercorak tasawuf yang berpikir mistis dan esoteris.
2. Mereka tidak berpegang pada aqidah yang benar ditambah jauhnya mereka dari ilmu agama yang benar serta ulama rabbaniyyun. Mereka masih jauh dari sentuhan tauhid yang murni dan ilmu yang benar.
3. Adanya beberapa orang yang dianggap sebagai tokoh agama malah membela mati- matian dunia klenik dan perdukunan.
4. Kurang sabar dalam menerima ujian kemiskinan sehingga ingin hasil secara instan dan cepat saji.
5. Banyak kalangan pebisnis dan elit politik yang memanfaatkan jasa dukun untuk kelancaran usaha dan politiknya, sehingga mereka menjadi panutan orang-orang awam untuk mendatangi para dukun karena ngiler dengan kesuksesan dan keberhasilan mereka.
6. Jalan pintas untuk meraih kesuksesan ini dianggap paling mudah dan ringan, apalagi setelah melihat banyak bukti dan beragam cerita dari orang-orang yang berhasil dalam waktu yang singkat dengan memanfaatkan jasa dukun.
7. Pemerintah yang terkesan membiarkan bahkan cenderung mendukung praktik perdukunan, karena tidak ada sanksi tegas dan hukuman yang jelas buat mereka yang menyesatkan umat lewat dunia klenik dan perdukunan.
8. Salah kaprah dalam memandang sosok dukun atau kiai sakti. Mereka menjadikan orang pintar (baca: orang gak-pintar), paranormal (baca: para-gaknormal) sebagai tempat bertanya dan mencurahkan keluh kesah dan tempat bersandar serta bergantungnya layaknya seperti Tuhan, padahal tidak ada yang mampu memberikan manfaat dan mudarat atau mengubah nasib kecuali hanya Allah semata.
9. Mayoritas masyarakat lebih percaya kepada wejangan dan titah dukun ketimbang para ulama yang memahami al-Qur‘an dan as-Sunnah. Orang ingin cepat mendapat jodoh, sembuh dari penyakit, cepat kaya, naik pangkat, semuanya datang kepada dukun. Seolah-olah mereka adalah serba bisa dan serba mampu mengatasi masalah. Semua itu mereka menganggap sebagai ikhtiar (usaha dan upaya), sehingga sering mereka menggunakan trik “Ini ‘kan hanya ikhtiar, yang menentukan ‘kan Tuhan”. Sebuah trik yang sangat efisien untuk memperdayai orang-orang bodoh. *Membongkar Dunia Klenik dan Perdukunan Berkedok Karomah hlm. 99–101 oleh Ustadz Zainal Abidin bin Syamsuddin. Tulisan kami ini banyak mengambil faedah dari buku tersebut dengan beberapa tambahan dari referensi lainnya. Kami sarankan kepada pembaca untuk menelaah buku beliau tersebut karena sangat penting dan bagus dalam masalah ini. Wallahu A’lam*
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRAL
جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء
Comments