JANGAN GEGABAH MEMVONIS KAFIR (BAGIAN : 5)
- Muhammad Basyaib
- 9 Feb 2021
- 4 menit membaca
Diperbarui: 25 Feb 2021

Disusun : Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi
Dipublish : Moeslim Book Central
BAB KE-5 ~ MENGKAFIRKAN ULAMA DAN UMARA
Para ulama dan umara’ adalah golongan yang dimulikan oleh Allah, sebagaimana dalam firman-Nya: ...Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu. (QS. an-Nisa’: 59)
Para ulama mengatakan bahwa Ulil Amri mencakup dua golongan, yaitu ulama dan penguasa. *Lihat Tafsir ath-Thabari 5/93, Tafsir Ibnu Katsir 1/530, Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah 18/158), Risalah Tabukiyah hlm. 46 oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah*
Begitu banyak dalil-dalil yang menganjurkan kita untuk memuliakan para ulama dan umaro’ dalam hal bukan maksiat, karena hal itu mengandung kemaslahatan yang banyak bagi manusia. Namun, bagaimanakah kiranya jika mereka dilecehkan, dihina, bahkan dikafirkan?!!
Syaikhul Islam Rhahimahullah berkata tatkala menjelaskan ciri-ciri khawarij: Biang kesesatan mereka adalah keyakinan mereka bahwa para ulama dan kaum muslimin keluar dari garis keadilan dan mereka semua dalam kesesatan. Inilah letak ketergelinciran kelompok-kelompok yang menyimpang dari sunnah seperti kaum Rafidhah dan sejenisnya.” *Majmu’ Fatawa 28/497*
Beliau juga mengatakan: Sesungguhnya perbuatan orang-orang jahil yang mengkafirkan ulama muslimin termasuk kemungkaran yang sangat besar. Sumbernya adalah dari kaum Khawarij dan Rafidhah yang mengkafirkan para imam kaum muslimin karena dianggap salah dalam agama, padahal para Ahli Sunnah wal Jama’ah telah bersepakat bahwa ulama kaum muslimin tidak boleh dikafirkan hanya karena kesalahan semata, tetapi semua orang bisa diterima dan bisa ditolak ucapannya kecuali Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam, tidak semua orang yang salah mesti dikafirkan.” *Idem 35/100*
Berikut beberapa contoh pengkafiran terhadap ulama yang dilakoni oleh sebagian orang yang memiliki penyakit dalam hatinya:
• Tatkala Imam Ahmad Rhahimahullah disiksa, maka beliau mengingatkan kepada pemimpin saat itu: “Wahai Amirul Mukminin, ingatlah saat engkau berdiri nanti di hadapan Allah!! Seketika pemimpin menghentikan siksaan, maka Ibnu Abi Duad khawatir bila sang pemimpin kasihan kepada Imam Ahmad, maka dia mengatakan: “Dia adalah seorang yang kafir kepada Allah, sesat dan menyesatkan!!” *Siyar A’lam Nubala’ 11/262 oleh adz-Dzahabi* Dalam lafazh lainnya: “Wahai Amirul Mukminin, demi Allah dia kafir musyrik, telah berbuat syirik lebih dari sekali.” *Idem 11/253*
• Ibnu Hajar al-Haitami berkata: Janganlah tertipu dengan pengingkaran Ibnu Taimiyyah terhadap sunnahnya ziarah kubur Nabi, karena dia adalah manusia yang disesatkan oleh Allah (!), sebagaimana dikatakan alIzzu bin Jama’ah dan dibantah secara panjang lebar oleh as-Subki dalam kitab khusus .... Dan dia telah dikafirkan (!) oleh kebanyakan ulama *Sungguh, alangkah bagusnya ucapan al-Allamah Mahmud bin Ahmad al-Aini tatkala ditanya tentang orang yang mengkafirkan Ibnu Taimiyyah , beliau berkata — setelah memujinya: Kalau demikian perkaranya, maka kewajiban para pemimpin adalah menghukum orang bodoh dan perusak yang mengkafirkan Ibnu Taimiyyah dengan berbagai macam hukuman berupa pukulan keras dan penjara lama. Barang siapa menuduh kafir seorang muslim, niscaya akan kembali pada dirinya sendiri, lebih-lebih berani melontarkan ucapan najis seperti ini pada pakar ulama ini. Ditambah lagi, beliau sudah meninggal dunia, sedangkan Allah melarang mencela orang yang sudah meninggal dunia. Sungguh Allah pasti menampakkan kebenaran. (Lihat ar-Raddul Wafir hlm. 284 oleh Ibnu Nashiruddin ad-Dimasyqi)*, semoga Allah membalasnya dengan keadilan dan menghinakan orang-orang yang mengikutinya atas kedustaannya terhadap syari’at yang mulia ini. *Hasyiyah Syarh al-Idhah hlm. 489 *
Aduhai, kalau dalam pembahasan sebelumnya telah kita jelaskan betapa bahayanya mengkafirkan kaum muslimin secara umum, lantas bagaimanakah kiranya dengan mengkafirkan ulama dan pemerintah?! Tentu ini lebih berbahaya dan dampaknya sangat mencekam. Sebab mengkafirkan ulama dan umara memiliki dua dampak negatif yang besar; dampak negatif dari segi syar’i dan kemasyarakatan:
• Pertama: Dampak negatif dari segi syar’i, karena ulama yang dicap kafir tidak akan dipercaya oleh manusia lagi, atau minimal adalah diragukan kredibilitas mereka. Dengan demikian maka pada hakikatnya orang yang mengkafirkan ulama tersebut berarti menghancurkan syari’at Islam, sebab syari’at Islam itu diambil dari para ulama para pewaris Nabi, sedangkan para nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham tetapi mereka mewariskan ilmu. *HR. Abu Dawud: 3641, Tirmidzi: 2682, Ibnu Majah: 223, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani; dan Imam Ibnu Rajab memiliki buku khusus tentang penjelasan hadits ini berjudul Waratsatul Anbiya’ fi Syarhi Hadits Abi Darda’.*
• Kedua: Dampak kemasyarakatan, karena apabila pemerintah telah dianggap kafir maka akan terjadi kerusakan, kekacauan dan pemberontakan yang tidak diketahui kesudahannya kecuali oleh Allah.
Oleh karenanya, kita harus waspada terhadap pemikiran seperti ini dan hendaknya mengingatkan orang yang berpemikiran rusak tersebut dan mengatakan padanya: “Jika Anda menilai bahwa seorang alim melakukan kekufuran maka hubungilah dia dan berdialoglah dengannya tentang masalah tersebut agar jelas masalahnya.” *Tulisan Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Koran al-Muslimun, Edisi 593, tanggal 28/1/1417 H dan 14/6/1996 M, sebagaimana dalam Fitnah Takfir hlm. 69–70 oleh Ali bin Husain Abu Lauz. *
Ketahuilah wahai saudaraku yang gegabah melakukan tindakan ini—semoga Allah selalu membimbing kita semua—bahwa pengkafiran kalian kepada ulama tidaklah membahayakan mereka sedikit pun, karena mereka tidak begitu menghiraukan tuduhan kalian, karena mereka mengetahui bahwa orang yang lebih mulia dari mereka juga mendapatkan celaan dan hinaan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta'ala : Demikianlah tidak seorang Rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan: “Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila.” (QS. adz-Dzariyat: 52)
Bahkan, pengkafiran tersebut justru sangat membahayakan diri kalian sendiri, karena sebagaimana kata Imam Ibnu Asakir Rhahimahullah : “Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa daging para ulama—semoga Allah merahmati mereka—beracun. Allah Subhanahu wa ta'ala pasti menyingkap tirai para pencela mereka, karena menuduh dan menodai kehormatan mereka merupakan perbuatan dosa besar.” *Tabyin Kadzibil Muftari hlm. 29 oleh Imam Ibnu Asakir*
Dan alangkah bagusnya ucapan seorang penyair:
Hai orang yang akan menabrak gunung tinggi untuk menghancurkannya
Kasihanilah kepala Anda, jangan kasihan pada gunungnya. *Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlihi Ibnu Abdil Barr 2/310*
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRALجَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء




Komentar