top of page

JANGAN GEGABAH MEMVONIS KAFIR (BAGIAN : 11)

Diperbarui: 25 Feb 2021



ree

Disusun : Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi

Dipublish : Moeslim Book Central



BAB KE-11 ~ SOLUSI MELAWAN TAKFIR


Setiap penyakit pasti ada obatnya, setiap problem pasti ada solusinya, setiap fitnah pasti ada jalan keluarnya. Demikian pula fitnah takfir ini dapat kita basmi dan berantas apabila kita semua bahu-membahu dan saling membantu untuk membuntu setiap lubangnya. Hal itu dapat ditempuh dengan beberapa cara sebagai berikut:


A. Menyebarkan Ilmu Syar’i dan Menimbanya dari Ulama

Hal ini penting sekali, terutama masalah-masalah yang berkaitan tentang aqidah dan manhaj. Hal ini dapat dilakukan dengan penyebaran buku-buku, majalah-majalah dan kaset-kaset Islami, khususnya yang berkaitan tentang manhaj, dakwah, jihad, politik dan pemerintahan. Cara lainnya lagi dengan mengadakan seminar-seminar dan dialog ilmiyyah yang dipandu oleh para ustadz yang mapan ilmunya guna menangkis beberapa syubhat yang melekat di pikiran anggota khawarij.


Cara ini sangat efektif untuk membendung dan mengobati pemikiran karena kebanyakan para pelaku tersebut adalah orang-orang semangat kuat tapi jahil dan memiliki beberapa syubhat yang harus dihilangkan.


Dengan demikian, otomatis harus ada hubungan harmonis antara para ustadz/da’i/alim dengan para pemuda/pelajar. Orang yang berilmu hendaknya menyayangi para pemuda dan selalu siap melayani keluhan mereka. Demikian pula sebaliknya, para pelajar/pemuda hendaknya menghormati kedudukan orang berilmu. Cara inilah yang diterapkan oleh para sahabat seperti Abdullah bin Mas’ud Rhadiallahu 'anhu dan Abdullah bin Abbas Rhadiallahu 'anhu serta para ulama yang mengikuti jejak mereka dalam menghadapi fitnah khawarij.


B. Kembali Kepada Para Ulama

Para ulama yang mengetahui ilmu al-Qur’an dan hadits dengan pemahaman yang benar adalah pelita umat, mereka sangat dibutuhkan oleh umat dalam menghadapi problematika yang menimpa.


Oleh karenanya hendaknya bagi kita untuk menimba ilmu dari mereka, menyebarkan kebaikan dan jasa mereka serta bertanya kepada mereka dalam hal-hal rumit yang perlu dipecahkan bersama. Allah berfirman: Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau pun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri (pemimpin dan ulama) di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut setan, kecuali sebagian kecil saja (di antaramu). (QS. an-Nisa’: 83)


Syaikh Abdur Rahman as-Sa’di Rhahimahullah berkata: Dalam ayat ini terdapat kaidah adab bahwa ketika ada suatu permasalahan maka hendaknya diserahkan kepada ahli di bidangnya dan tidak mendahului mereka, karena hal itu akan lebih mendekati kebenaran dan lebih selamat dari kesalahan. *Taisir Karimir Rahman hlm. 194 cet. Dar Ibnul Jauzi*


Maka kembalikanlah kepada para ulama yang mengetahui wajah fitnah awal munculnya, berbeda dengan para pemuda ingusan yang tidak mengetahui wajah fitnah kecuali setelah nasi menjadi bubur!! Hasan al-Bashri berkata: “Fitnah apabila pertama muncul maka diketahui oleh setiap alim, dan apabila telah selesai maka diketahui oleh setiap jahil.” *Dikeluarkan Bukhari dalam Tarikh Kabir 4/321.*


Aduhai, para pemuda dan para aktivis memperhatikan adab mulia ini, bukan malah mencela para ulama dan melarikan manusia dari mereka dengan gelar-gelar dan tuduhan-tuduhan mengerikan seperti: ulama pemerintahan, ulama Vatikan, ulama haid dan nifas, ulama tidak mengerti waqi’ (realita umat), dan sebagainya!!


Ingatlah kisah seorang tabi’in yang bernama Yazid bin Shuhaib al-Faqir Rhahimahullah di mana tatkala dia simpati dengan pemahaman khawarij karena pemahamannya terhadap ayat-ayat secara tekstual, lalu dia dan rombongan hajinya menanyakannya kepada sahabat Jabir bin Abdillah , ternyata beliau menyalahkan pemahamannya dan meluruskannya. Maka ketika dia pulang ke Kufah, dia mengatakan kepada para sahabatnya: “Celaka kalian, apakah kalian mengira bahwa Syaikh (Jabir) berdusta atas Rasulullah ?! Lalu kami keluar dari pemikiran khawarij dan tidak ada yang ikut perang brutal seorang di antara kami kecuali hanya satu orang saja.” *Lihat kisah selengkapnya dalam Shahih Muslim: 191.*


Perhatikanlah tabi’in yang mulia ini, dia dapat mengambil manfaat dan keluar dari pemahaman kelirunya tatkala percaya kepada ulama dan menimba ilmu dari mereka!!


C. Menyebarkan Manhaj Salaf

Khususnya dalam masalah menyikapi kemunkarankemunkaran yang ada, yaitu dengan bertaubat kepada Allah dan memperbaiki diri dalam aqidah, ibadah dan akhlak.


Ketahuilah wahai saudaraku, musibah yang silih berganti datang menimpa negeri kita adalah ketentuan Allah yang tidak bisa ditolak. Maka jangan salahkan siapa-siapa. Jangan salahkan penguasa, para elemen negeri, atau rakyatnya. Bercerminlah terhadap diri kita masing-masing. Intropeksi diri terhadap kesalahan, karena tidaklah musibah yang menimpa melainkan sebab ulah kita sendiri. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. ar-Rum: 41)


Dosa syirik, bid’ah, maksiat masih banyak dikerjakan oleh kita, sadarkah bahwa ini adalah salah satu sebab musibah?? Lantas bagaimana agar musibah ini lepas atau minimalnya berkurang? Solusinya mudah sekali wahai saudaraku, perhatikan firman Allah sebagai berikut: … Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri… (QS. ar-Ra’d 11)


Maka kebaikan negeri ini tergantung dari diri kita masing-masing. Berusahalah agar selalu taat kepada Allah, tinggalkan dosa, insya Allah musibah ini akan hilang, negeri menjadi makmur, dan Allah pun akan memilihkan para pemimpin yang baik pula. *Lihat risalah bagus tentang hal ini Kama Takunu Yuwalla ’Alaikum oleh Syaikh Abdul Malik Ramadhani al-Jazairi.*


Alkisah ada seorang khawarij yang datang menemui Ali bin Abi Thalib Rhadiallahu 'anhu seraya berkata: “Wahai Khalifah Ali, mengapa pemerintahanmu banyak dikritik oleh orang, tidak sebagaimana pemerintahannya Abu Bakar dan Umar?!” Sahabat Ali menjawab: “Karena pada zaman Abu Bakar dan Umar yang menjadi rakyat adalah aku dan orang-orang yang semisalku, sedangkan rakyatku adalah kamu dan orang-orang yang semisalmu!!” *Syarh Riyadhush Shalihin 2/36 oleh Muhammad bin Shalih alUtsaimin*


Ya, demikianlah cara jitu yang Islami. Adapun penyakit yang merajalela sekarang ini berupa takfir (asal vonis kafir) dan penyesatan, maka hal itu tidaklah menyelesaikan problem, bahkan memperparah masalah. Perumpamaannya adalah seperti seorang yang sakit panu di jari-nya lalu dia langsung memotong jari tersebut!! Aduhai, sayangilah dirimu, jangan kau potong semua anggota badanmu!! *Shilatul Irtibath Bainal Ulama fil Qadim hlm. 17 oleh Syaikh Abdurrahman bin Yahya al-Mu’allimi*


D. Peran Ulama dan Para Pembimbing

Membina keluarga dan anak-anak muda dengan pendidikan yang benar serta memilihkan teman yang baik untuk mereka sehingga tidak terseret dalam jerat-jerat kesesatan dan penyimpangan serta menjelaskan kepada mereka kekeliruan ideologi-ideologi tersebut dengan cara yang lembut dan kasih sayang serta menepis segala kerancuan dalam masalah ini. Dan ini lebih ditekankan kepada para pendidik, da’i, dan setiap orang tua muslim.


Orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mendidik putra-putrinya. Oleh karenanya, Islam memperhatikan masalah pendidikan anak. Allah Ta’ala berfirman: orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu… (QS. at-Tahrim: 6)


Ali bin Abu Thalib  menjelaskan: “Maksudnya, ajari dan didiklah mereka.” *Tafsir al-Qur’anil Azhim 5/167 oleh Ibnu Katsir*


Dari Abdullah bin Umar Rhadiallahu 'anhu berkata: “Aku mendengar Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ‘Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya … dan seorang ayah adalah pemimpin dalam rumah tangganya, dia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.’” *HR. Bukhari 893 dan Muslim 1829*


E. Kekuatan

Cara ini khusus bagi para pemerintah yang memiliki kekuatan dan kemampuan. Sebagai pemerintah yang mendambakan kesejahteraan rakyatnya, ia harus berupaya membersihkan segala noda-noda hitam khawarij dan memberantas habis kekuatan mereka hingga ke akar-akarnya, bukan hanya dipenjarakan sementara saja. Cara inilah yang ditempuh oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib Rhadiallahu 'anhu.


Namun, perlu diketahui bahwa cara yang pertama jauh lebih baik daripada yang terakhir ini karena obat yang manjur untuk mengatasi ideologi-ideologi keliru ini agar hilang sampai ke akar-akarnya adalah obat ilmu syar’i yang dibangun di atas al-Qur’an dan sunnah dengan pemahaman salaf shalih. Adapun sekadar dengan kekerasan dan kekuatan saja maka hal ini sekalipun mengurangi namun pemikiran-pemikiran tersebut akan tetap berkeliaran dan menular.



Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :



MOESLIM BOOK CENTRAL


جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء


Komentar


© 2023 by Money Savvy. Proudly created with wix.com

Get Social

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey LinkedIn Icon
  • Grey YouTube Icon
bottom of page