top of page

JANGAN GEGABAH MEMVONIS KAFIR (BAGIAN : 10)

Diperbarui: 25 Feb 2021



ree

Disusun : Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi

Dipublish : Moeslim Book Central



BAB KE-10 ~ FAKTOR PENYEBAB TAKFIR


Pepatah mengatakan: “Tidak ada api tanpa asap.” Demikian pula penyimpangan dalam ideologi pengkafiran tanpa dalil ini, di balik itu pasti ada faktor penyebabnya. Ada beberapa faktor yang cukup banyak sekali, tetapi faktor penyebab yang paling inti adalah sebagai berikut:


A. Kejahilan Tentang Agama

Kejahilan tentang agama Allah termasuk faktor utama penyimpangan dalam masalah takfir tanpa dalil ini, sebab hanya orang jahil yang berani gegabah dalam masalah ini. Adapun orang yang mengerti tentang dalil-dalil yang berisi ancaman keras dari pengkafiran orang yang tidak berhak dikafirkan.


Lihatlah para ulama, karena ilmu dan ketaqwaan mereka, maka mereka sangat berhati-hati dan tidak gegabah dalam mengkafiran sampai jelas bagi mereka bahwa perkataan atau perbuatan tersebut adalah kekufuran, bahkan mereka tidak menghukumi individu orang dengan kafir sehingga terpenuhi padanya syarat-syaratnya dan hilang segala penghalangnya. Para ulama menyebutkan bahwa termasuk tandatanda ahli bid’ah adalah menggabung antara kejahilan dan kezhaliman dalam mengkafirkan orang yang tidak sependapat dengan mereka, sedangkan ahli ahli sunnah mereka menggabung antara ilmu dan keadilan dalam menyikapi orang yang tidak sependapat dengan mereka.


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rhahimahullah berkata ketika membantah al-Bakri: Metode yang ditempuh oleh orang ini dan semisalnya adalah metode ahli bid’ah yang menggabung antara kejahilan dan kezhaliman, mereka membuat suatu bid’ah yang menyelisihi al-Qur’an, sunnah, dan ijma’ umat lalu mengkafirkan orang yang menyelisihi mereka dalam kebid’ahan mereka…


Adapun ahlus sunnah wal jama’ah, ahli ilmi dan iman, mereka menggabung antara ilmu, keadilan, dan kasih sayang, mereka mengetahui al-haq (kebenaran) dan selamat dari kebid’ahan, dan berbuat adil kepada orang yang menyimpang sekalipun mereka dizhalimi oleh para penyimpang tersebut. *Ar-Radd ’ala al-Bakri 2/487–490 *


Sungguh benar tatkala al-Qurthubi Rhahimahullah menyifati para pemilik ideologi rusak tersebut: Semua ini adalah hasil ibadah orang-orang jahil yang tidak tersinari oleh cahaya ilmu, mereka tidak mendapatkan tali yang kuat dan tidak mendapatkan taufiq. Cukuplah sebagai bukti bahwa tokoh mereka berani menggugat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam dan menuduhnya dengan kecurangan, padahal seandainya dia berpikir lebih lanjut tentu dia akan menyadari bahwa tidak mungkin Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam berbuat curang sebagaimana tidak mungkin Allah berbuat curang. *Al-Mufhim Lima Usykila min Talkhish Kitab Muslim 3/114 *


B. Mengikuti Hawa Nafsu dan Berpaling dari Dalil

Para ahli takfir tidak berpegang kepada dalil dan kebenaran, tetapi hanya berpedoman pada hawa nafsu belaka. Oleh karenanya, pengkafiran termasuk tanda-tanda ahli bid’ah dan pengekor hawa nafsu. Jadi pengkafiran tanpa dalil dan mengikuti hawa nafsu adalah dua hal yang saling berkaitan, karena keadilan kepada penyimpang tidak mungkin terwujudkan kecuali dengan melawan hawa nafsu. Oleh karena itulah, Allah Subhanahu wa ta'ala memerintahkan kepada para rasul-Nya agar berbuat  adil dalam memberikan hukum dan memperingatkan mereka dari mengikuti hawa nafsu. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman: Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. (QS. Shad: 26)


Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka … (QS. al-Maidah: 49)


C. Penyelewengan Dalil

Perbuatan menyelewengkan dalil merupakan faktor utama bagi ahli takfir dalam mengkafirkan kaum muslimin tanpa dalil. Sebab, tidak mungkin seorang muslim berani menilai orang lain kafir kecuali menurutnya ada dalil yang mengkafirkan orang lain tersebut. Hal itu tidak mungkin kecuali dengan menyelewengkan dalil agar sesuai dengan keyakinannya sekalipun sebenarnya dalil tersebut tidak mendukungnya bahkan mungkin malah membantahnya.


Oleh karena itu, para ulama menilai bahwa penyelewengan dalil termasuk faktor utama kejelekan dan fitnah yang terjadi pada umat ini. Imam Ibnul Qayyim Rhahimahullah mengatakan: Kesimpulannya, perpecahan Yahudi dan Nasrani, dan perpecahan umat ini menjadi tujuh puluh tiga golongan adalah disebabkan penyelewengan dalil .... Para musuh-musuh Islam dari ahli filsafat, Qaramithah, Bathiniyyah, Ismailiyyah, dan Nashiriyyah masuk merusak Islam lewat pintu penyelewengan dalil. Tidaklah Islam diberi cobaan kecuali disebabkan penyelewengan dalil. *I’lamul Muwaqqi’in 4/251*


Para ulama juga menyebutkan bahwa faktor utama fitnah Khawarij dalam keyakinan mereka mengkafirkan kaum muslimin adalah karena sebab penyelewengan dalil. Dhahak  berkata: Ahli Nahrawan menyelewengkan ayat-ayat alQur’an untuk orang Islam padahal ayat-ayat itu yang turun untuk ahli kitab, sehingga mereka jahil tentang ilmunya, menumpahkan darah, merampas harta, dan menyesatkan kita. *Ma’alim Tanzil 1/37 oleh al-Baghawi*


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rhahimahullah berkata: “Kaum khawarij, mereka menyelewengkan al-Qur’an agar sesuai dengan keyakinan mereka lalu mereka memvonis orang yang menyelisihinya sebagai kafir.” *Majmu’ Fatawa 20/164 *


Imam asy-Syathibi Rhahimahullah berkata tatkala membicarakan kelompok Khawarij: Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan tanda gembong mereka dan menjelaskan bahwa pemikiran mereka dalam menentang syari’at dibangun di atas dua hal:

Pertama: Mengikuti tekstual al-Qur’an tanpa renungan terhadap maksud dan tujuannya dan menghukumi secara gegabah, padahal sifat seperti ini sangat menghalangi dari mengikuti kebenaran dan menghalangi dari jalan yang lurus.

Kedua: Memerangi umat Islam dan membiarkan para penyembah berhala, sangat berbeda dengan tujuan syari’at. *Al-Muwafaqat 5/149, Tahqiq Syaikh Masyhur bin Hasan Salman*


D. Tipu Daya Iblis

Ini adalah faktor utama yang menjadikan ahli takfir mengkafirkan kaum muslimin secara zhalim, sebab setan dengan tipu dayanya telah menghiasi perbuatan buruk tersebut dalam hati mereka, sehingga setan mampu untuk menjerumuskan mereka ke murka Allah dan kezhaliman kepada manusia berupa pertumpahan darah dan perampasan harta. Oleh karenanya, Ali bin Abi Thalib Rhadiallahu 'anhu berkata setelah memerangi para Khawarij: “Celaka kalian, telah mencelakakan kalian orang yang menipu kalian.” Mereka bertanya: “Wahai Amirul Mukminin! Siapakah yang menipu mereka?” Beliau menjawab: “Setan dan jiwa-jiwa jelek yang memerintahkan kejelekan dan menipu mereka dengan angan-angan.” *Al-Bidayah wa Nihayah Ibnu Katsir 10/588 *


Ibnul Jauzi Rhahimahullah menyebutkan tipu daya setan kepada kaum khawarij, beliau berkata: Maka hendaknya kita perhatikan tipu daya Iblis terhadap orang-orang bodoh yang melakukan perbuatan-perbuatan tersebut, dan mereka meyakini bahwa Ali bin Abi Thalib—karramallahu wajhahu *Pengkhususan Sahabat Ali bin Abi Thalib  dengan do’a ini adalah menyerupai kaum Rafidhah, maka hendaknya dihindari. Lihat Mu’jam al-Manahi Lafzhiyyah hlm. 454 oleh Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid.*—dan orang-orang muhajirin dan anshar yang bersamanya dalam kesalahan, sedangkan mereka yang berada di atas kebenaran, lalu menghalalkan darah anak-anak tetapi tidak menghalalkan makan buah tanpa dibayar. *Talbis Iblis hlm. 131*


E. Pergaulan yang Keliru

Salah satu faktor yang cukup ganas adalah bergaul dengan para pemilik ideologi rusak tersebut, karena pengaruh teman sangatlah dahsyat. Oleh karenanya, Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Seorang itu berdasarkan agama temannya, maka hendaknya dia melihat kepada siapakah dia berteman.” *HR. Abu Dawud: 4833, Tirmidzi: 2378, dan dihasankan alAlbani dalam ash-Shahihah: 927*


Sejarah menjadi saksi bisu akan dahsyatnya faktor ini. Alkisah, Imran bin Hiththan dahulunya adalah seorang tokoh ulama sunnah, namun akhirnya berubah menjadi gembong khawarij tulen. Kisahnya, dia punya saudari sepupu berpemahaman khawarij bernama Hamnah. Karena kecantikannya, maka Imran pun jatuh cinta padanya dan hendak menikahinya. Tatkala ditegur oleh sebagian temannya, Imran menjawab: “Saya ingin menikahinya untuk mengentaskannya dari cengkeraman paham khawarij!” Namun ternyata bukannya dia yang mengubah istrinya, tetapi malah dia yang diubah oleh istrinya sehingga menjadi khawarij tulen!! *Siyar A’lam Nubala’ adz-Dzahabi 4/214, Mizanul I’tidal adzDzahabi 5/286, Tahdzib Tahdzib Ibnu Hajar 8/127–129.*


Syaikh Bakr Abu Zaid Rhahimahullah berkomentar tentang kisah ini: Dengan demikian, Anda mengetahui bahaya bergaul dan menikah dengan para ahli bid’ah dan aliran-aliran sesat. Tidaklah perubahan drastis Iraq dari mayoritas Ahli Sunnah menjadi mayoritas Syi’ah melainkan karena ahli sunnah menikah dengan Syi’ah sebagaimana dalam al-Khuthuth al-’Aridhah oleh Muhibbuddin al-Khathib. *An-Nadhair hlm. 90–91*


Itulah beberapa faktor utama secara umum yang menyebabkan penyimpangan sebagian kalangan dalam masalah ini. Di sana ada beberapa faktor lainnya secara khusus yang mendorong mereka seperti kondisi lingkungan dan keadaan, namun hal ini berbeda-beda sesuai perbedaan tempat dan waktu. *Poin pembahasan di atas dinukil dari at-Takfir wa Dhawabithuhu hlm. 45–49 oleh Dr. Ibrahim bin Amir ar-Ruhaili. Dan lihat pula risalah Mazhahir Akhtha’ fi Takfir wa Tafsiq Asbabu Dzalika wa Ilajuhu hlm. 65–72 oleh Syaikh Dr. Shalih bin Ghanim as-Sadlan dan risalah Asbabu Zhahirah Irhab oleh Syaikh Abdullah bin Muhammad al-Amru.*



Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :



MOESLIM BOOK CENTRAL


جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء


Komentar


© 2023 by Money Savvy. Proudly created with wix.com

Get Social

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey LinkedIn Icon
  • Grey YouTube Icon
bottom of page