top of page

BIOGRAFI IMAM MALIK

Diperbarui: 22 Jan 2021


ree

PROFIL IMAM MALIK ( IMAM DARUL HIJRAH )

Disusun: Abu Humaid Arif Syarifuddin

Disalin dari Majalah FATAWA Vol 03/I/1423H/2003M

Dipublish: Moeslim Book Central


IMAM MALIK (Imam Darul Hijrah)

Islam adalah agama yang Allah 'Azza wa Jalla ridhai. Di antara bentuk keridhaan-Nya adalah menjaga agama Islam ini dari kepunahan dan kerusakan. Satu di antara bentuk penjagaan itu ialah dengan memunculkan para ulama sebagai penerus dan pewaris Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam rangka menyampaikan risalah suci kepada manusia, membela dan mempertahankannya dari gangguan tangan-tanganā€Ÿ musuh Islam dan muslimin, yang tidak senang dengan langgengnya kemurnian Islam, baik dari orang-orang kafir, kaum munafik, ahli bidā€žah atau siapa saja yang serupa dan mengikuti jejak mereka.


Banyak sekali ulama Islam yang muncul setelah masa kenabian, dan salah satunya adalah yang ingin kami hadirkan ke hadapan para pembaca guna mengambil pelajaran dan ibrah dari perjalanan hidupnya. Dia adalah salah satu dari empat imam dari generasi ketiga yang tentu tidak asing lagi di telinga kita yakni Imam Malik rahimahullah.


NASAB DAN PERTUMBUHAN

la adalah Malik bin Anas bin Malik bin Abu Amir AlAshbahi *Anak keturunan Dzu Ashbah yang bernama asli Al-Harits bin 'Auf.* Al-Himyari *Nisbat kepada Himyar Al-Ashghar yang nama aslinya adalah Zur'ah.* Al-Madani *Nisbat kepada kota Madinah, tempat lahir dan tinggalny* . Ibunya bernama Wliyah binti Syuraik Al-Azdiyah.


Imam Darul Hijrah adalah gelar yang disandangnya, dengan kun-yah Abu Abdillah.


la terlahir di kota Madinah pada tahun 93 H *Ada pula yang mengatakan tahun 94 H.* . Tahun itu kaum muslimin berkabung karena wafatnya Anas bin Malik An-Najjari Al-Anshari radhiyallahu 'anhu.


Tanda-tanda keluarbiasaannya telah tampak sejak ia berada dalam kandungan, karena tak seperti bayi yang lain, ia berada dalam kandungan ibunya selama tiga tahun. *Seperti diberitakan oleh Yan'aqid, Al-Waqidi, dan Muhammad bin Adh-Dhahhak.*


Pada masa pertumbuhannya, Malik bin Anas hidup dalam lingkungan yang terjaga, penuh suasana bahagia dan keindahan. Ia mulai menuntut ilmu pada usianya yang belia. Ketika masih berusia belasan tahun, beliau sudah menimba ilmu dari ulama generasi tabi'in yang masih ada saat itu *Tepatnya setelah wafatnya dua anak Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma, yaitu Al-Qasim dan Salim.* seperti Nafiā€Ÿ maula Ibnu Umar, Sa'id Al-Maqburi, 'Amir bin Abdullah bin Az-Zubair bin al-Awwam, Muhammad bin AlMunkadir, Az-Zuhri, Abdullah bin Dinar, Ayub As-Sikhtiyani, Ja'far bin Muhammad Ash-Shadiq, Humaid Ath-Thawil, Rabi'ah Ar-Raā€Ÿy, Zaid bin Aslam, Salamah bin Dinar, Shalih bin Kaisan, Abu Zinad Abdullah bin Dzakwan, Wtha' AlKhurasani, Hisyam bin Urwah, Yahya bin Sa'id Al-Anshari dan masih banyak lagi yang lainnya dari generasi tabi'in. Begitu pula ia mengambil ilmu dari teman-teman seangkatannya dari para atba' tabi'in yang sama-sama menuntut ilmu. Sehingga bila dihitung jumlah semua orang yang pernah ia ambil ilmunya adalah sekitar 1.400 orang.


Begitu banyak guru yang mengajarnya, sehingga tidaklah mengherankan bila kemudian ia menjadi sosok seorang alim sejati yang pada usia dua puluh satu tahun sudah bisa berfatwa. Usia yang masih relatif muda untuk ukuran seorang alim pada zamannya. Bahkan ia menjadi seorang imam dalam bidang hadits di kota kelahirannya, Madinah, kota Nabi shallallahu ā€žalaihi wasallam; kota tempat kaum muslimin berhijrah pada awal perjuangan Islam. Karena itulah ia digelari dengan Imam Darul Hijrah. Selain sebagai seorang ahli dalam bidang hadits, ia juga adalah seorang yang fakih di masanya. Ijtihad dan pendapat-pendapatnya kemudian dijadikan pegangan oleh banyak kaum muslimin dan dijadikan sebagai suatu mazhab yang dianut sampai saat ini.


ILMU IMAM MALIK

Karena keluasan ilmu hadits dan fikih yang dimilikinya, banyak orang yang duduk mengambil faedah dan berguru kepadanya. Bahkan di antara mereka yang turut menimba ilmu darinya adalah guru-gurunya sendiri seperti pamannya sendiri Abu Suhail, Yahya bin Abi Katsir, Az-Zuhri, Yahya bin Sa'id Al-Anshari, Yazid bin Al-Had, Zaid bin Abi Unaisah, Umar bin Muhammad bin Zaid, dan lainnya.


Banyak pula teman-teman sebayanya yang menimba ilmu darinya seperti Ma'mar, Ibnu Juraij, Abu Hanifah, AlAuza'i, Syu'bah, Sufyan Ats-Tsauri, Al-Laits bin Sa'ad, Hammad bin Zaid, dan yang lainnya.


Belum lagi murid-murid yang tingkatannya di bawah beliau seperti Sufyan bin Uyainah, Abdullah bin Al-Mubarak, Ad-Darawardi, Ibnu Ulayyah, Muhammad bin Al-Hasan AlFaqih *Juga menjadi murid Imam Abu Hanifah.* , Abdurrahman bin Mahdi, Abdullah bin Wahb, Waqiā€Ÿ, Yahya al-Qaththan, Abu Hudzafah *Perawi Al-Muwaththaā€Ÿ yang merupakan muridnya yang terakhir wafat.* , dan salah satunya adalah imam yang masyhur di antara imam yang empat, yaitu Imam As-Syafi'i -rahimahullah,- serta masih banyak lagi yang lain yang datang dari berbagai penjuru negeri di masa khalifah Abu Ja'far Al-Manshur, terlebih lagi pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid.


PUJIAN PARA ULAMA TERHADAPNYA

Pujian demi pujian terlayangkan kepadanya, baik dari para ulama sezamannya maupun yang datang setelahnya. Di antara pujian tesebut adalah apa yang dikatakan oleh Ibnu 'Uyainah tatkala menafsirkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu yang berbunyi,

ā€œNanti, akan keluar orang-orang dari arah timur dan barat demi menuntut ilmu, lalu mereka tidak menjumpai seorang pun yang lebih alim daripada alimnya kota Madinah.ā€


Ibnu Uyainah rahimahullah berkata, ā€œDahulu aku katakan yang dimaksud (dengan ā€žalimnya kota Madinahā€Ÿ) dalam hadits tersebut adalah Sa'id bin Al-Musayyib, tetapi bukankah di zamannya masih ada Sulaiman bin Yassar, Salim bin Abdullah, dan yang lainnya? Maka sekarang saya katakan bahwa yang dimaksud hadits tersebut adalah Malik bin Anas, karena tidak ada alim lain yang menandinginya (saat itu).ā€


Di lain waktu Ibnu Uyainah juga berkata, ā€œMalik adalah alimnya penduduk Hijaz, dan ia adalah hujjah di zamannya.ā€ Imam Asy-Syafi'i menyambungnya seraya berkata, ā€œHal itu benar, dan bila ulama disebut-sebut, maka Malik-lah bintangnya.ā€ Dalam riwayat yang lain beliau mengatakan, ā€œBila hadits disebut-sebut maka Malik-lah bintangnya.ā€


Imam An-Nasa'i rahimahullah berkata, ā€œAku tidak punya orang setelah generasi tabi'in yang lebih pandai, mulia, tsiqah, dan terpercaya dalam hadits, selain Malik.ā€ Ibnu Hibban berkata, ā€œMalik adalah orang pertama yang memilahmilah para perawi dari kalangan fuqaha di Madinah.ā€


Yahya bin Sa'id Al-Anshari rahimahullah, ketika ditunjuk oleh Amirul mukminin Abu Ja'far Al-Manshur untuk menjadi qadhi, pernah meminta kepada Malik agar menuliskan untuknya seratus hadits ketika ia hendak pergi ke Irak.


Dan Abu Ja'far sendiri sering bertanya kepadanya tentang halal dan haram, sampai suatu saat ia berkata kepada Malik, ā€œDemi Allah, engkau adalah orang yang paling pandai dan alim.ā€ Malik menjawab, ā€œDemi Allah, tidak demikian, wahai Amirul Mukmininā€. Abu Ja'far berkata, ā€œBetul! Hanya saja engkau menyembunyikannya.ā€ Lalu kata Abu Ja'far lagi, ā€œDemi Allah, sungguh saya akan menulis perkataanmu sebagaimana ditulisnya mushaf-mushaf (Al-Qurā€Ÿan) demi kebaikan kita dan disebar ke berbagai pelosok negeri.ā€


Meskipun banyak pujian yang terarah kepada beliau dari para ulama di zamannya, beliau tetap menunjukkan sikap tawadhuā€Ÿ (rendah hati) dan tidak ingin dilebih-lebihkan sebagaimana ungkapan beliau, ā€œTidaklah aku ini melainkan seorang manusia yang bisa salah dan bisa benar. Karena itu, lihatlah pendapatku, apa saja yang sesuai dengan Sunnah, maka ambillah.ā€


Pada suatu saat datanglah masa ujian dan cobaan bagi Imam Malik rahimahullah. Begini ceritanya. Abu Ja'far AlManshur pernah melarang Imam Malik menyampaikan hadits: ā€œSeorang yang dipaksa (mentalak isterinya), tidak jatuh talaknyaā€ dan berfatwa tentangnya. Kemudian ada seseorang yang ingin memancing di air keruhā€Ÿ bertanya kepada Imam Malik perihal hadits tersebut. Sang Imam pun akhirnya menyampaikannya di hadapan khalayak, yang menunjukkan beliau tidak membenarkan talak dari orang yang dipaksa. Mendengar hal itu Abu Ja'far marah, lalu ia pun memerintahkan Ja'far bin Sulaiman, Gubernur Madinah saat itu, untuk mencambuk Malik. Maka, dicambuklah beliau sebanyak 70 kali hingga lumpuh separuh kedua tangannya. Namun begitu Imam Malik tetap teguh dan bersabar. Beliau mengusap darah di punggungnya lalu masuk ke dalam masjid dan shalat. Setelah itu dia berkata, ā€œSeperti inilah yang dilakukan oleh Sa'id bin Al-Musayyib ketika dahulu dicambuk.ā€ Demikianlah, ujian dan cobaan tidak dapat terlepas dari kehidupan setiap mukmin, apalagi seorang alim yang berjalan mengikuti jejak para nabi dan rasul.


KETEGUHANNYA DI ATAS SUNNAH DAN AQIDAH

Banyak kalimat dan atsar dari beliau yang menunjukkan beliau adalah seorang imam pembela aqidah dan Sunnah, serta memerangi bid'ah dan para pelakunya. Di antaranya, beliau pernah berkata, ā€œRasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para pemimpin setelahnya (Khulafa' Rasyidun) telah menetapkan sunnah-sunnah. Menjalankannya berarti mengikuti Kitabullah yang merupakan bentuk ketaatan sempurna kepada Allah dan keteguhan di atas agama-Nya. Siapa saja yang mengambilnya sebagai petunjuk, maka akan diberi petunjuk, dan siapa pun yang mencari pertolongan dengannya, niscaya dia akan ditolong. Sebaliknya, barangsiapa yang meninggalkan jalan kaum mukminin (yakni para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam), maka Allah akan memalingkannya ke arah mana dia berpaling, lalu memasukkannya ke dalam neraka Jahannam, dan Jahannam itu adalah sejelek-jelek tempat kembali –wal 'iyadzu billah–.ā€


Asy-Syafi'i rahimahullah menceritakan bahwa Imam Malik pernah didatangi oleh sebagian ahli bid'ah lalu beliau berkata, ā€œAdapun aku, maka sungguh aku berada di atas petunjuk agamaku, adapun kamu pergilah kepada orang yang ragu sepertimu,ā€ lalu beliau pun membantah mereka.


Imam Malik rahimahullah pernah ditanya, ā€œApa pendapatmu tentang orang yang mengatakan Al-Qur'an itu makhluk?ā€ Beliau menjawab, ā€œDia itu seorang zindiq (kafir), maka bunuhlah.ā€


Di lain waktu beliau mengatakan, ā€œAl-Qurā€Ÿan itu kalamullah. Kalamullah adalah bagian dari (dzat dan sifat) Allah, dan tidak ada satu pun dari (sifat dan dzat) Allah yang dikatakan makhluk.ā€


Beliau juga pernah ditanya tentang kelompok Qadariyah, jawab beliau, ā€œSaya berpendapat bahwa mereka harus diminta bertaubat. Jika mereka bertaubat, (maka diterima taubatnya), sedang jika tidak, maka dibunuh.ā€


Pernah ada seseorang datang kepada Imam Malik membaca firman Allah Azza wa Jalla:

ā€œAllah Yang Maha Pemurah beristiwaā€Ÿ *Istiwaā€Ÿ artinya tinggi diatas, sebagaimana dinukil oleh Bukhari dalam Shahihnya dari sebagian tabi'in di antaranya Abu Al-'Aliyah.* di atas 'Arsy ā€ (QS. Thaha/20:5)


Kemudian orang itu bertanya, ā€œBagaimana istiwa Allah itu?ā€ Imam Malik marah sampai berkeringat dan mengetukngetuk tongkatnya ke tanah seraya berkata, ā€œIstiwaā€Ÿ itu sama diketahui maknanya (dalam bahasa Arab). Adapun hakekatnya, tidaklah diketahui. Mengimaninya wajib, dan bertanya bagaimananyaā€Ÿ adalah bid'ah. Dan saya kira kamu ini seorang ahli bid'ah.ā€ Beliau lalu meminta agar orang itu dikeluarkan dari majelisnya.


Dalam riwayat lain beliau menjawab, ā€œAllah ber-istiwaā€Ÿ sebagaimana yang la sifati sendiri untuk diri-Nya, tidak boleh ditanya bagaimananya.ā€


Beliau juga mengatakan, ā€œAllah itu di atas langit, dan ilmunya ada di segala tempat. Tiada satu pun yang terluput dari pengetahuan-Nya.ā€


Demikianlah kalimat-kalimatnya yang tegas dalam memegang Sunnah dan aqidah yang lurus, serta memerangi bid'ah dan para pelakunya.


WAFATNYA

Beliau wafat pada bulan Rabiā€Ÿul Awwal tahun 179 H di Madinah dalam usia 86 tahun. Jenazahnya dishalati oleh Gubernur Madinah saat itu, Abdullah bin Muhammad alAbbasi al-Hasyimi, lalu dimakamkan di pemakaman Baqiā€Ÿ.


KARYA-KARYANYA

Imam Malik rahimahulah meninggalkan karya-karya yang sangat berharga dan tinggi nilainya bagi kaum muslimin, di antaranya yang paling terkenal dan menjadi salah satu kitab induk dalam merujuk hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yaitu kitab Al-Muwaththaā€Ÿ. Di samping itu, karyakarya beliau yang lain seperti Risalah fil Qadar, Risalah fil Aqdhiyah, Juzā€Ÿ fit Tafsir, Kitab as-Sir, dan lainnya Belum lagi fatwa-fatwa dan jawaban-jawaban beliau terhadap berbagai permasalahan agama yang termuat dalam kitab AlMudawwanah Al-Kubra yang beliau susun sendiri, dan fatwafatwa beliau dalam kitab At-Tamhid yang disusun oleh Ibnu Abdil Bar rahimahulah.


Sebelum wafat, beliau sempat membaca potongan ayat ke-4 dalam surat Ar-Rum:

ā€œBagi Allah-lah segala urusan sebelum dan sesudah (terjadinya).ā€ (QS. Ar-Rum/30:4)


Itu menunjukkan keridhaan beliau dengan takdir Allah, karena ajal adalah bagian dari takdir-Nya.


Rahimahullahu rahmatan wasi 'ah wa jazahu 'anil Islam wal muslimin khairal jazaā€Ÿ.


Wallahu a'lam.


Referensi:


1. Siyar A 'lam An-Nubalaā€Ÿ karya Adz-Dzahabi.


2. Tahdzib At-Tahdzlb karya Ibnu Hajar.


3. Ats-Tsiqat karya Ibnu Hibban.


4. Kitab-kitab lain tentang rijal dan biografi para ulama.



Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :



MOESLIM BOOK CENTRAL


Ų¬ŁŽŲ²ŁŽŲ§ŁƒŁŁ…Ł Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų®ŁŽŁŠŁ’Ų±Ł‹Ų§ ŁƒŁŽŲ«ŁŁŠŁ’Ų±Ł‹Ų§ ŁˆŁŽŲ¬ŁŽŲ²ŁŽŲ§ŁƒŁŁ…Ł Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų§ŁŽŲ­Ł’Ų³ŁŽŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŽŲ²ŁŽŲ§Ų”



Komentar


© 2023 by Money Savvy. Proudly created with wix.com

Get Social

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey LinkedIn Icon
  • Grey YouTube Icon
bottom of page