top of page

BIOGRAFI IMAM HASAN AL-BASHRI

Diperbarui: 22 Jan 2021



FROFIL IMAM AL-HASAN AL-BASHRI

Disusun: Abul Khoir

Disalin dari Majalah FATAWA Vol 2/I/1423H/2002M

Dipublish: Moeslim Book Central


AL HASAN AL BASRI

*Siyar A’lam an-Nubala al Hasan al Basri IV/563.*

Dia adalah al-Hasan Abu Sa‟id putra dari Abi al-Hasan yang bernama Yassar yang merupakan budak (hasil rampasan perang) dari daerah Maisan *Sebuah daerah yang luas antara kota Bashrah dan Wasith, yang dikenal subur dengan pepohonan kurma dan memiliki banyak desa. (Lihat Mujam al-Buldan V/242).*, yang terdampar dan tinggal di Madinah, lalu dibeli oleh ar-Rubayyi‟ binti anNadhar bibi dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, kemudian dimerdekakan.*Ada pula yang mengatakan maula Zaid bin Tsabit al-Anshari atau maula Abu al-Yasr Ka‟ab bin Amr as-Sulami.* Adapun kata al-Bashri yang disandangnya adalah penisbatan kepada kota dimana ia tinggal dan menghabiskan umurnya.


Ibu dari al-Hasan yang bernama Khairah adalah maulah *Pembantu perempuan yang diambil dari budak yang telah ia bebaskan sendiri.* Ummu Salamah Ummul Mu’minin (isteri Rasulullah) al Makhzumiyah.*Sebagian yang lain mengatakan maulah dari Jamil bin Quthbah.*


KELAHIRAN DAN MASA PERTUMBUHANNYA

Singkat cerita, dari pernikahan Yassar Abu Sa‟id dan Khairah, tepatnya dua tahun terakhir dari masa kekhalifahan Umar bin al-Khathab, lahirlah seorang bayi, yang kelak menjadi ulama besar pada zamannya. Bayi yang Allah berkati dengan do‟a para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, do‟a khalifah Umar bin al-Khathab, dengan do‟anya, “Ya Allah jadikan anak ini orang yang faqih dalam urusan agama, dan jadikan ia orang yang dicintai manusia.” Ditambah regukkan susu dan asuhan Isteri Baginda nabi yang mulia Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, karena memang ibu al-Hasan al-Bashri adalah pembantu isteri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang bertugas menyusukan anaknya. Sehingga, tatkala ummul Mu‟minin menugaskannya untuk suatu keperluan, yang mengaharuskannya untuk keluar rumah, Ummul Mu‟mininlah yang mengantikan pengasuhan al-Hasan al-Bashri yang acap kali menangis sepeninggal ibunya. Untuk meredakan tangis bayi al-Hasan biasanya Umul Mu'minin menyusukannya sambil membawanya berkeliling-keliling kepada para sahabat nabi.


Al-Hasan al-Bashri rahimahullah tumbuh di tengahtengah lautan ilmu dan hadits, karena Allah masih perkenankannya untuk bertemu dengan banyak para sahabat nabi, generasi yang langsung bersentuhan dengan cahaya wahyu serta kedalaman akhlak dan pribadi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Beliau turut menyaksikan peristiwa besar yang terjadi dikalangan sahabat, ikut hadir dalam pelaksanaan shalat jum‟at bersama Utsman, mendengar langsung Utsman berkhutbah; juga turut menyaksikan peristiwa yang menjadi fitnah besar di kala itu, pengepungan rumah khalifah Utsman yang dikenal dengan Yaum ad-Dar. Tatkala itu berusia empat belas tahun.


GURU-GURU DAN MURID-MURIDNYA

Al-Hasan al-Bashri belajar al-Quran dari Hitthan bin Abdullah ar-Raqasy dan dari sejumlah tabi'in. Sedangkan periwayatan hadits beliau banyak meriwayatkannya dari sahabat nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, baik secara langsung maupun tidak langsung seperti Anas bin Malik, Abdullah bin Mughaffal, Abdurrahman bin Samurah, Amr bin Taghlib, dan dari Ahmar (bin Juz' as-Sadusi).*Adapun dari para sahabat yang lainnya beliau meriwayatkannya secara mursal.*


Karena al-Hasan adalah alim besar pada zamannya tidak sedikit dari murid-muridnya dan para ulama sejaman dengannya yang meriwayatkan hadits darijalannya. Yang masyhur diantaranya: Ayub (As-Sikhtiyani), Syaiban bin Abdurrahman an-Nahwi, Yunus bin Ubaid, Abdullah bin „Aun, Hisyam bin Hassan, Humaid at-Thawil, Tsabit al-Bunani, Malik bin Dinar, Jarir bin Hazim, Abu Huraiz Abdullah bin alHusain Qadhi Sijistan, dan lainnya.


SIFAT DAN KEUTAMAAN AL-HASAN AL BASHRI

Beliau adalah salah satu Ulama Tabi'in *Generasi setelah Rasulullah dan sahabat.* , *Tafsir Qurtuby 1/36.* Beliau bukan hanya seorang ulama, guru dan mufti penduduk Bashrah pada saat itu, akan tetapi juga seorang mujahid yang dikenal pemberani pada zamannya. Sosok yang berwibawa, sempurna fisiknya dan dikenal sebagai orang yang sangat mirip pendapatnya dengan Umar bin al-Khathab radhiyallahu ‘anhu.


Sampai-sampai sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mensifatinya sebagai orang yang sangat kuat hapalannya. Dan berkata, "Belum pernah kedua mataku melihat orang yang paling faqih dari pada al-Hasan.


"Al-Hasan al-Bashri adalah orang yang tampan, yang biasa mewarnai lihyah (jenggot)nya dengan warna kuning Sebagian muridnya sering membandingkan ilmu al-Hasan alBashri dengan alim yang lain, sebagaimana yang di katakan Qotadah (ulama tabi'in), "Tidaklah aku kumpulkan ilmu alHasan dengan ulama yang lain melainkan aku dapatkan ia (al-Hasan) memiliki keutamaan/kelebihan, kecuali jika mendapatkan suatu permasalahan, maka ia menulisnya dan mengirimkannya pada Sa‟id bin Musayyib untuk menanyakannya; dan tidaklah aku duduk di majelis orang yang faqih melainkan aku dapatkan kelebihan dari al-Hasan.”


Sekalipun ia bukan seorang sahabat tetapi dengan ketinggian ilmunya menjadikannya sebagai tempat bertanya dan belajar. Sampai-sampai dikatakan salah seorang muridnya Auf, “Aku tidak melihat seorangpun yang lebih tahu jalan menuju syurga dari pada al Hasan.”


Al-Hasan al-Bashri dikenal sebagai ulama yang tawadhu‟ dan qana‟ah sebagaimana yang nampak dari salah satu perkataannya yang diriwayatkan oleh Hausyab, “Wahai anak adam, jika kalian membaca Al-Qur‟an kemudian kalian mengimani isinya, niscaya kalian akan merasakan kesedihan yang berkepanjangan di dunia; kalian akan merasakan ketakutan yang sangat, serta akan banyak menangis.”


Al-Hasan al-Bashri juga dikenal dengan kedalaman ilmunya sehingga salah satu muridnya Abu Salamah alTabuzaki mengatakan “Aku hafal dari al-Hasan 8.000 masalah (agama).”


Ada sebuah kisah yang menunjukkan kebesaran hati dan kefaqihan al-Hasan al-Bashri yang di sampaikan oleh Ibnu alMubarak, dari Ma‟mar, dari Qatadah, ia berkata, “Kami pernah datang kepada al-Hasan. Ketika itu ia sedang tidur. Dan terdapat keranjang di dekat kepalanya.


Ketika kami singkap ternyata berisi roti dan buahbuahan. Kami memakan apa yang ada dari isi keranjang tersebut. Al-Hasan terjaga dan memandangi kami. Ia tersenyum dan membaca ayat: ْ“Atau sahabat kalian maka tidak ada dosa atas kalian.”


Al-Hasan al-Bashri adalah ulama yang selalu mengisi hari harinya dengan ibadah, beliau biasa berpuasa baidh *Puasa tiga hari pada tiap pertengahan bulan.* , puasa pada bulan-bulan haram dan berpuasa setiap hari senin dan kamis. Berkata Qotadah, mengomentari kefaqihan al-Hasan al-Bashri, “Ia adalah termasuk orang yang paling mengerti masalah halal dan haram”


MAJELIS AL HASAN AL BASHRI

Al-Hasan al-Bashri memiliki majelis ta‟lim di rumahnya yang ia khususkan untuk membicarakan permasalahan zuhud *Tidak tamak terhadap apa yang ada pada orang lain dari kelebihan harta dunia yang Allah berikan untuknya. Tetapi bukan berarti tidak peduli dengan kebutuhan duniawi secara mutlak.*, akhlak dan ilmu kejiwaan, yang hampir-hampir tidak membicarakan masalah lainnya selain masalah tersebut. Jika ada seseorang bertanya tentang masalah lainnya, ia tidak akan menjawabnya.


Al Hasan Al Bashri juga memiliki majelis ta‟lim di masjid yang membicarakan masalah hadits, fiqih, ilmu Al Qur‟an, bahasa dan ilmu-ilmu yang lain. Terkadang jika ia ditanya tentang yang lain *Maksudnya adalah hal-hal yang menyangkut perilaku akhlak dan kejiwaan, seperti zuhud, rendah hati, sopan santun, murah hati dan semisalnya.*, ia akan menjawabnya.


Mereka yang hadir di majelis ta‟lim al-Hasan al-Bashri ada yang ingin menimba ilmu hadits; ada pula yang ingin menimba ilmu Al Qur‟an, bayan, balaghah, ada pula yang ingin belajar keikhlasan darinya serta ilmu-ilmu khusus yang lain.


Sudah menjadi sunatullah sebagai seorang ulama tentu ada saja yang berusaha mencari-cari kesalahan serta mencela beliau, akan tetapi beliau selalu mengetahui akan apa yang telah dikatakan tentangnya.*Yaitu bahwa beliau pernah terjatuh dalam satu kesalahan mengenai qadar (takdir), beliau pernah mengatakan bahwa kebaikan itu ditakdirkan oleh Allah, dan keburukan (kejahatan) tidak. Namun alHasan telah rujuk dari kesalahannya tersebut sebagaimana yang dikatakan oleh Sulaiman at-Taimi. Dan itu dibuktikan berdasarkan kabar dari Humaid yang mendengar bahwa al-Hasan mengatakan, “Allah menciptakan syetan, menciptakan kebaikan, dan menciptakan keburukan (kejahatan).”*


Wajarlah jika seandainya Ayyub As-Sikhtiyani berkata, “Seandainya engkau mengikuti majelis ta‟lim al-Hasan niscaya engkau akan mengatakan kalau engkau tidak pernah ikut dalam majelis orang faqih (faham agama) sama sekali kecuali al-Hasan al-Bashri.


Ucapan al-Hasan dikenal menyerupai perkataan para nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dikarenakan untaian-untaian hikmah yang selalu mengalir dari bibirnya.


WAFATNYA

Hari kamis ba‟da ashar pada bulan rajab tahun 110 H, kota Bashrah dan seluruh umat Islam pada saat itu berkabung, dengan perginya seorang ulama umat. Perginya seorang ulama tempat bertanya dan meminta keputusan. Yang selalu dipetik mutiara-mutiara nasihatnya. Pergi untuk selama-lamanya. Beliau pergi dengan meninggalkan goresan tinta emas sejarah ilmu dan hikmah. Allah berkenan mengambilnya pada usianya yang lanjut 88 tahun. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada beliau dan membalasnya dengan kebaikan yang berlimpah. *Disusul wafatnya Muhammad bin Sirrin yang juga merupakan ulama pada saat itu, setelah seratus hari kamatiannya. Wafat menyusul kepergian al-Hasan al-Bashri. *


KEDUDUKAN RIWAYAT AL-HASAN AL-BASHRI

Dinilai shahih riwayat hadits yang berasal dari Al-Hasan jika melalui sahabat Anas bin Malik, Ibnu Umar, Abu Barzah, Abdullah bin Mughaffal, Abdurrahman bin Samurah, Amr bin Ta‟lab, Ahmar dan Mu‟aqqal bin Yassar. *Al-Jarh wa At-Ta’dil III/40 oleh Abu Abdurrahman Ar-Razi At-Taimi. Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Riwayat ini tidak Mustafid.”* Orang yang meriwayatkan hadits darinya adalah As Sa‟bi, Yunus, Ibnu Abdillah dan Syu‟bah.


Al-Hasan dikenal banyak men-tadlis *Yaitu tidak menyebutkan perantara dalam periwayatan hadits, padahal ada.* hadits, dan banyak periwayatannya yang mursal *Jami’ at-Tahshil 1/162. Nasa‟i dan lainnya menisbatkan kepada AlHasan sifat Tadlis Isnad. Lihat kitab Thabaqat al-Mudallis l/29 dan kitab Taqrib at-Tahdzib I/60.* meskipun demikian para ulama memiliki penilaian khusus tentang hadits-hadits yang diriwayatkan oleh beliau, sehingga walaupun ia dikenal sebagai rawi yang banyak mentadlis dan periwayatannya banyak yang mursal para ulama tetap menilai kehujahannya. Sebagaimana yang dikatakan para ulama, seperti Ibnu Hajar menilai al-Hasan al-Bashri sebagai seorang periwayat yang tsiqah, faqih, fadhil, dan masyhur. *Taqrib at-Tahdzib I/60.* la merupakan periwayat terbaik di antara periwayat-periwayat hadits pada Thabakhat (tingkatan) ketiga dalam sanad.


Adz-Dzahabi dalam kitabnya Al Kasyif mengatakan bahwa Al-Hasan meriwayatkan hadits dari Imran bin Husain, Abu Musa, Ibnu Abbas, dan Jundub. Adapun yang meriwayatkan hadits darinya adalah Ibnu Aun, Yunus dan lainnya. Beliau adalah orang besar, terkenal, dan yang menjadi ujung tombak ilmu dan amal pada zamannya.


Muhammad bin Sa‟id berkata, “Setiap hadits yang disandarkan kepadanya atau diriwayatkan oleh orang yang mendengar darinya derajatnya adalah hasan dan menjadi hujjah; sedang hadits yang diriwayatkan secara mursal darinya tidak boleh dijadikan hujjah. *Tadrib ar-Rawi I/204,287.*


Berkata Ibnul Madini, “Hadits-hadits mursal yang diriwayatkan oleh Al-Hasan al-Bashri berderajat tsiqah shahih; hanya sedikit yang Yaskut (diabaikan).


Abu Zur‟ah berkata, “Segala sesuatu yang dikatakan oleh al-Hasan dengan ungkapan “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda” aku menemukan ada asal yang shahih, kecuali empat hadits.”


Yahya bin Sa‟id Al Qaththan berkata, “Hadits yang disampaikan oleh al-Hasan adalah apa yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan kita mendapatkan asalnya, selain satu atau dua hadits.”


Ibnu Taimiyah berkata, “Mungkin yang dimaksud ketiga orang alim diatas adalah apa yang diriwayatkan oleh alHasan dengan ungkapan yang Jazm." *Yaitu dengan menggunakan kata kerja aktif.*


Sulaiman bin Musa berkata, “Jika ilmu datang dari arah Jazirah (negeri Arab) yaitu dari Maimunah bin Mihran kami menerimanya; jika datang dari arah Bashrah yaitu dari alHasan al-Bashri kami menerimanya; jika datang dari arah Hijaz yaitu dari Az-Zuhri kami menerimanya; begitu juga jika datang dari arah Syam yaitu dari Mak-hul kami pun menerimanya. Mereka berempat adalah ulama pada zaman Hisyam. *Tadrib ar-Rawi I/204,281.*


SEBAGIAN UNTAIAN HIKMAH AL-HASAN AL-BASHRI .

Al-Hasan pernah berkata, “Wahai anak Adam, sesungguhnya sebab lemahnya keyakinanmu adalah karena engkau lebih percaya dengan yang ada ditanganmu daripada apa yang ada di tangan Allah.”


Bahwa al-Hasan pernah berkata, “Demi Allah, sungguh ghibah (menggunjing) itu lebih cepat (memakan) agama seorang mukmin daripada ulat-ulat yang memakan tubuhnya.”


Beliau pernah berkata, “Wahai anak Adam, juallah duniamu dengan akhiratmu niscaya kamu akan memperoleh keduanya, dan jangan kamu jual akhiratmu dengan duniamu karena kamu akan kehilangan keduanya.”


Al-Hasan berkata:

Ambillah pelajaran dari amalan seseorang jangan hanya melihat perkataannya.

Karena sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla akan menampakkan kejujuran atau kedustaan perkataannya itu dengan amalannya.


Malik bin Dinar pernah bertanya kepada al-Hasan, “Apa akibatnya bila seorang alim mencintai dunia?” Beliau menjawab, “Hatinya akan mati, karena bila dia mencintai dunia dia akan mencarinya dengan (mengorbankan) amal akhirat, disaat itulah berkah ilmunya akan sirna, dan yang tertinggal hanyalah bekasnya saja.”


Masih banyak lagi untaian-untaian hikmah al-Hasan yang tidak memungkinkan untuk menyampaikannya disini. Semoga kita bisa mengambil pelajaran darinya.


Wallahu a’lam bi as-Shawab.


Referensi:


1. Siyar A’lam an-Nubala, karya Imam ad-Dzahabi (673-748 H), juz IV dari hal.563, Muassat ar-Risalah, Beirut, cet. IX/1413, tahqiq Syu‟aib al-Arna‟uth.


2. At-Thabaqat al-Kubra, karya Ibnu Sa‟ad (168-230 H), juz VII dari hal. 156, Dar Beirut, Beirut, th.1398 H.


3. Al-Jarhu wa at-Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim ar-Razi (327 H), juz 3 dari hal. 40, Dar Ihya‟ at-Turats al-„Arabi, Beirut, cet. 1/1271 H.


4. Jami’ at-Tahsil, karya Abu Sa‟id al-„Ala‟i (694-761 H), juz I dari hal. 162, „Alam al-Kutub, Beirut, cet 11/1407 H, tahqiq as-Syaikh Hamdi as-Salafi.


5. Tahdzib al-Kamal, karya al-Hafizh al-Mizzi (654-742 H), juz VI dari hal. 95, Muassat ar- Risalah, Beirut, cet. 1/1400, tahqiq Dr. Basysyar „Awad Ma‟ruf. Atau copian manuskrip Dar al-Kutub al-Mishriyyah, cet. 11/1413 H, Dar al-Ma‟mun lit Turats, Damaskus - Beirut.


6. Tahdzib at-Tahdzib, karya al-Hafizh Ibnu Hajar (773-852 H), juz II dari hal. 231, Dar al- Fikr, Beirut, cet.1/1404 H.


7. Al-Kasyif, karya Imam ad-Dzahabi (673-748 H), juz I dari hal. 322, Dar al-Qiblah, Jeddah, cet. 1/1413 H, tahqiq Muhammad „Awwamah.


8. Tadzkiratul Huffazh, karya Ibnu Thahir al-Qaysarani (448- 507 H), juz I dari hal. 71, Dar ash-Shumai'l, Riyadh, cet. I/ 1415 H, tahqiq as-Syaikh Hamdi as-Salafi.


9. al-Bidayah wa an-Nihayah, karya Ibnu Katsir (774 H), juz IX hal. 224 dan 226-230, Dar al- Kutub al-„llmiyyah, Beirut, cet. 1/1415 H.


 

Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :



MOESLIM BOOK CENTRAL


جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء












Comments


© 2023 by Money Savvy. Proudly created with wix.com

Get Social

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey LinkedIn Icon
  • Grey YouTube Icon
bottom of page