PANDUAN LENGKAP PUASA RAMADHAN Menurut al-Qur’an dan Sunnah (39)
- Muhammad Basyaib
- 14 Apr 2021
- 3 menit membaca
Penulis: Abu Abdillah Syahrul Fatwa bin Luqman,
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi
Dipublish: Moeslim Book Central
c) Mengangkat tangan ketika takbir
Tidak ada hadits yang jelas tentang mengangkat tangan pada shalat hari raya, tetapi kami berpendapat sunnahnya mengangkat tangan ini berdasarkan keumuman hadits: Dari Wa'il bin Hujr Radiallahu 'anhu berkata: “Saya melihat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam mengangkat tangannya bersamaan dengan takbir.” *Hasan. Riwayat Ahmad 4/316 dan dihasankan al-Albani dalam Irwa'ul Ghalil No. 641.*
Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata: “Dan adalah Ibnu Umar Radiallahu 'anhu—salah seorang sahabat yang sangat bersemangat mengikuti sunnah— mengangkat tangannya pada setiap takbir.” *Zadul Ma’ad 1/443 * Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah berkata: “Saya berpendapat bahwa hadits ini meliputi juga takbir pada shalat hari raya.” *Al-Mughni 3/273*
Ibnu Qudamah rahimahullah menguatkan pendapat ini seraya mengatakan: “Inilah pendapat Atha', al-Auza’i, Abu Hanifah, dan Syafi’i.” *Al-Mughni 3/272*
Al-Firyabi meriwayatkan dalam Ahkamul ’Idain (2/136) dengan sanad shahih dari Walid bin Muslim, dia berkata: “Saya bertanya kepada Imam Malik bin Anas tentangnya (mengangkat tangan pada takbir tambahan), maka beliau menjawab: ‘Ya, angkatlah tanganmu pada setiap takbir dan saya tidak mendengar tentangnya.’”
Pendapat mengangkat tangan ini juga dipilih oleh Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz Rahimahullah dan para ulama lainnya. *Lihat Fatawa Lajnah Da'imah 8/32.*
d) Membaca do’a di sela-sela takbir
Tidak ada penukilan dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam tentang bacaan di sela-sela takbir. Akan tetapi, telah shahih dari Ibnu Mas’ud radiallahu 'anhu bahwa bacaannya adalah pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam serta do’a, dan ini dibenarkan oleh Sahabat Hudzaifah dan Abu Musa al-Asy’ari Radiallahu 'anhuma. *Shahih. Riwayat ath-Thabarani dalam al-Mu’jamul Kabir 3/37, al-Baihaqi 3/291, al-Mahamili dalam Ahkamul ’Idain 2/121; dishahihkan al-Albani dalam Irwa'ul Ghalil No. 642.*
Al-Baihaqi Rahimahullah berkata setelah meriwayatkan atsar ini (3/291): “Ucapan Abdullah bin Mas’ud ini hanya terhenti padanya, dan kami mengikutinya tentang dzikir antara dua takbir, sebab tidak ada pengingkaran dari sahabat lainnya…” Inilah pendapat Imam Ahmad bin Hanbal dan Syafi’i serta dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. *Lihat al-Mughni 3/274, Majmu’ Fatawa 219–230, dan Fatawa Lajnah Da'imah 8/32.*
Perhatian. Point c) dan d) merupakan masalah khilafiyyah (perselisihan) di kalangan ulama. Maka hendaknya seorang penuntut ilmu menyikapi perselisihan mereka dengan lapang dada dan penuh adab tanpa harus saling menghujat dan mencela sehingga menyulut api permusuhan dan memutus tali persahabatan. *Lihat Kitab al-Ilmu hlm. 30–33 Ibnu Utsaimin.*
Semoga Allah merahmati Imam Yunus as-Sadafi tatkala mengatakan: “Tidak pernah saya melihat orang yang lebih cerdik daripada Syafi’i. Saya pernah berdialog dengannya tentang suatu permasalahan kemudian kami berpisah. Tatkala dia berjumpa denganku, dia mengambil tanganku seraya berucap: ‘Wahai Abu Musa! Apakah kita tidak bisa untuk selalu bersahabat walaupun kita tidak bersepakat dalam suatu masalah?!’” *Siyar A’lam Nubala' 10/16 adz-Dzahabi*
e) Membaca al-Fatihah dan surat
Apabila telah selesai takbir, selanjutnya hendaknya membaca Surat al-Fatihah secara keras dan membaca Surat Qaf pada raka’at pertama dan al-Qamar pada raka’at kedua. *HR. Muslim No. 891 *
Sunnah juga apabila membaca Surat al-A’la dan al-Ghasyiyah. *HR. Muslim No. 878* Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan: “Telah shahih dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam kedua bacaan tersebut dan tidak shahih selain dua bacaan tersebut.” *Zadul Ma’ad 1/443*
f) Gerakan lainnya seperti sifat shalat biasa lainnya, tidak ada perbedaan. *Baca Shifat Shalat Nabi dan Ashlu Shifat Shalat Nabi karya Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani.*
7. Ketinggalan shalat hari raya
Orang yang ketinggalan shalat hari raya secara jama’ah hendaknya shalat dua raka’at. Imam Bukhari Rahimahullah membuat bab dalam Shahih-nya “Bab apabila seorang ketinggalan shalat ’id maka shalat dua raka’at”. Berkata Atha': “Apabila ketinggalan shalat ’id maka shalat dua raka’at.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah menjelaskan: “Dalam judul bab ini terdapat dua hukum: • Disyari’atkannya shalat ’id bagi orang yang ketinggalan secara jama’ah, baik karena urusan dharuri ataukah tidak.
• Menggantinya sebanyak dua raka’at.” *Fathul Bari 2/550 *
Imam Malik Rahimahullah berkata: “Setiap orang yang shalat ’id sendirian, baik laki-laki maupun perempuan, menurut saya dia takbir tujuh kali pada raka’at pertama sebelum membaca dan lima kali pada raka’at kedua sebelum membaca.” *Al-Muwatha' No. 592*
Jangan lupa dukung kami dengan cara share & like atau belanja buku dan produk lainnya di :
MOESLIM BOOK CENTRAL
جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيْرًا وَجَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء
Commenti